BAB I PENDAHULUAN. tinggal di pondok pesantren yang kesehariannya mengkaji kitab-kitab salafi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kalanya masalah tersebut berbuntut pada stress. Dalam kamus psikologi (Chaplin,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketika berinteraksi, individu dihadapkan pada tuntutan-tuntutan, baik dari

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sekolah merupakan sarana untuk menuntut ilmu yang di percaya

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa program studi lain di sektor non-medis (Navas, 2012), dimana

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan kaum akademisi yang menempati strata paling

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. oleh individu. Siapapun bisa terkena stres baik anak-anak, remaja, maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Stres adalah realita kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi bangsa Indonesia, pendidikan adalah hal yang sangat penting. Cita-cita untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rosulullah Shallallaahu alaihi wa sallam bersabda: Menuntut ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan pekerjaan ataupun kegiatan sehari hari yang tidak. mata bersifat jasmani, sosial ataupun kejiwaan.

BAB I PENDAHULUAN. individu tentunya akan mengalami tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress pada Perempuan Berstatus Cerai dengan memiliki Anak

BAB I PENDAHULUAN. siapa lagi yang akan dimintai bantuan kecuali yang lebih mampu. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tanggung jawab dan peranan di universitas. Stres yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

Kesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB I PENDAHULUAN. Guna memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Perubahan-perubahan ini

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehingga mempengaruhi kualitas hidupnya. Individu yang merasakan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. mereka harus meninggalkan segala hal yang kekanak-kanakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. masa-masa yang amat penting dalam kehidupan seseorang khususnya dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. lahir hingga meninggal secara mandiri. Contoh konkretnya. sendiri melainkan harus ditunjang dan dibantu oleh sang ibu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi nanti (Rini, 2008). Masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Koping Religius. menimbulkan masalah dinamakan koping. Koping adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan berkompeten di bidangnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2013 tentang perubahan keempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini para peserta didik berlomba-lomba untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademisnya,

juga orang baru dan pemula. Bagi mereka kondisi selama sebelum dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB IV ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KECEMASAN MAHASISWA DAN SOLUSINYA. A. Faktor Penyebab Kecemasan Mahasiswa Fakultas Dakwah dan

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. di pesantren. Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pentingnya pendidikan moral dan sosial. Dhofier (1990) menyatakan moral dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Stres merupakan sebuah istilah yang akrab dalam kehidupan sehari-hari. Hampir

5. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dibagi kedalam beberapa jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB II LANDASAN TEORI

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa sedikit mengalami permasalahan dan beban karena tugas-tugas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang membuat stres. Dalam hal ini stres adalah perasaan tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu menginginkan sebuah pemenuhan dan kecukupan atas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hampir seluruh masyarakat nusantara tidak asing mendengar kata santri. Kata santri sendiri diidentikkan bagi orang yang sedang belajar dan tinggal di pondok pesantren yang kesehariannya mengkaji kitab-kitab salafi atau kitab kuning, dengan mengenakan sarung, peci dan pakaian koko bagi laki-laki dan rok, baju terusan panjang, dan kerudung bagi perempuan yang menjadi pelengkap dan menambah ciri khas tersendiri bagi mereka. Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi dan tuntutan perkembangan zaman, banyak santri yang melanjutkan studi mereka ke perguruan tinggi ataupun universitas, yang mana kegiatan yang ada dalam lembaga perguruan tinggi ataupun universitas berbeda dengan kegiatan pondok pesantren. Di dalam perguruan tinggi maupun universitas, sistem belajarnya menuntut mahasiswa untuk lebih banyak mengkaji sendiri materi yang perlu dipelajari, sedang di pondok pesantren sistem belajar dengan dipandu oleh satu orang yang ahli dalam bidang ilmu tersebut. Dengan menjadi mahasiswa, para santri sebenarnya dituntut untuk mengembangkan keilmuan yang telah diterima di pondok pesantren sekaligus mempraktekkannya. Misalkan pelajaran tentang tata cara mencari ilmu yang baik dan benar, santri diajarkan untuk menghormati guru dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya dengan sebaik-baiknya. Dalam 1

perkuliahan pun santri dituntut untuk mempraktekkan hal tersebut. Ketika ada hal yang berseberangan pendapat dengan guru atau dosen maka santri tesebut menyampaikan dengan tanpa megurangi rasa hormatnya terhadap orang yang telah memberikan pengetahuan baru kepadanya. Santri dilatih untuk senantiasa mempraktekkan ajaran agama mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi dalam rangka membina ruh spiritual dalam diri santri. Kegiatan harian seperti shalat berjamaah, pengajian kitab kuning, mengaji Al Quran, kebahasaan, taushiyah, kegiatan mingguan seperti diskusi, membaca barzanji dan membersihkan pondok, hingga kegiatan tahunan seperti peringatan hari besar. Rangkaian kegiatan tersebut mereka ikuti tanpa mengabaikan kegiatan mereka sendiri sebagai mahasiswa. Aktifitas sehari-hari santri ternyata memunculkan permasalahanpermasalahan. Permasalahan utama yang sering dialami santri adalah perasaan terkekang akibat peraturan-peraturan yang ketat yang dijalankan pondok, beban moral yang dialami santri kepada orang tua dan masyarakat sekitar tempat tinggalnya terkait status sebagai seorang santri, perbedaan status ekonomi dikalangan santri, yang mengakibatkan santri merasa rendah diri atau minder (Purnomo, 2005, hal.2). Hal tersebut dapat menyebabkan sebagian dari santri merasa stres walaupun sumbernya berasal dari kegiatan sehari-harinya. Berkaitan tugas sebagai mahasiswa juga berkecenderungan memunculkan stres. Stressor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan 2

tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan eksternal dapat bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliahnya, dan penyesuaian sosial di lingkungan kampusnya. Tuntutan ini juga termasuk kompetensi perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama semakin sulit. Tuntutan dari harapan mahasiswa dapat bersumber dari kemampuan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran (Heiman & Kariv, 2005, hal.1). Sebagaimana Heiman & Kariv (2005), Alisyahbana dkk (1977) juga menyatakan bahwa stres yang dialami oleh mahasiswa dikarenakan beberapa sebab, antara lain yaitu studi akademis yang berbeda dengan studi yang selama ini didapatkan disekolahnya dulu, cara belajar yang menuntut lebih mandiri, perpindahan dan perbedaan lingkungan tempat tinggal, beban tugas akademik yang lebih berat, pilihan jurusan yang diambil tidak berdasarkan bakat minat, ketidak sanggupan berkonsentrasi dan kesulitan pergaulan. Mahasiswa dengan sejumlah tuntutan akademik telah dapat menyebabkan dirinya mengalami stres. Padatnya kegiatan dan peraturan didalam pondok juga dapat menyebabkan stres, sehingga mahasiswa yang juga menjadi santri mempunyai beban dan sumber stres yang cenderung lebih banyak dibanding mahasiswa yang lain. Berkaitan dengan fase perkembangan, sebagian besar mahasiswa berada pada usia remaja yang seringkali dihubungkan dengan stres yang bermuara dari berbagai sumber. Sumber-sumber stres tersebut antara lain adalah peristiwa hidup, kesibukan sehari-hari, dan faktor sosial budaya (Santrock, 3

2007, hal 295). Ketegangan dan kerumitan peristiwa sehari-hari dapat menciptaan stres hidup yang tinggi. Dan dalam beberapa kasus dapat menimbulkan gangguan psikologis atau sakit. Dalam sebuah studi yang dilakukan Tolan, Miller dan Thomas, 1988, orang-orang yang mengalami kerumitan sehari-hari adalah orang yang memiliki gambaran diri yang paling negatif. Dampak negatif secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, badan terasa lesu, lemah, dan insomnia. Dampak perilaku yang muncul antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan obat dan alkohol terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang berlebihlebihan serta berisiko tinggi (Heiman & Kariv, 2005, hal.3). Allah menciptakan manusia dengan segenap keunikan. Sejak manusia dilahirkan, sudah mulai belajar mengenal sifat-sifat lingkungannya, dan bagaimana cara menghadapinya. Proses ini terus berputar menerus dalam kehidupannya. Dalam proses itu, ada tuntutan terhadap masalah yang mewarnai kehidupan emosional seseorang. Bisa jadi emosi positif, cinta, bahagia, dan senang; atau emosi negatif, rasa takut, cemas, marah, tertekan, dan rasa bersalah. Situasi yang menekan tersebut menjadi pemicu timbulnya stres. Stres adalah respon individu terhadap stressor, yaitu situasi dan peristiwa yang mengancam mereka dan menuntut kemampuan koping mereka. Dalam penelitian Hans Selye (1974, 1983) disebutkan bahwa semua 4

stressor dapat mengakibatkan reaksi tubuh bahkan gejala-gejala yang serupa, seperti kehilangan nafsu makan, kelemahan otot, dan menurunnya minat terhadap dunia sekitar (Hawari,1996). Stressor yang akut dan kronis berkaitan dengan menurunnya fungsi sistem kekebalan tubuh (Kiecoll-Glaser & kawankawan, 2002). Stressor dianggap sebuah faktor penting bagi kesehatan mental dan tingginya tingkat stress berkaitan dengan depresi dan usaha bunuh diri (Nolen-Hoeksema, 2004) (dalam Santrock, 2007, hal.295). Tubuh akan bereaksi dan menunjukkan gejala-gejala fisiologis stress, sebagaimana yang dijelaskan Dadang Hawari, bahwa anggota tubuh seperti rambut kepala, mata, mulut, kulit, jantung, lambung, usus, saluran air seni, libido, pernafasan, kadar gula darah dan daya pikir akan mengalami gangguan. Selain itu gangguan yang dirasakan tubuh ketika terkena stress ialah otot tubuh terasa keju, sehingga mengeluh pegal linu, badan lemah, selalu gelisah, tidak bisa santai, tidak pernah merasa fit. Dan di bidang emosional akan menjadi mudah marah atau sebaliknya menjadi pemurung (Hawari, 1996, hal.97). Stressor dalam bahasa agama disebut sebagai musibah, dan kemampuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah telah dijelaskan dalam kitab suci Al Quran dalam surat Ath-Thalaaq ayat 7 : Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. 5

Kemampuan mengatasi stres disebut koping. Salah satu dari banyak keterangan para peneliti yang menjelaskan tentang koping adalah penjelasan dari Lazarus dan Folkman yaitu upaya secara kognitif dan perilaku yang ditujukan utnuk mengelola tuntutan-tuntutan spesifik dari internal maupun eksternal, bahwa well being tidak ditentukan oleh cara individu mengatasi (cope) terhadap stres. Koping ini bisa dilakukan dengan cara menfokuskan diri untuk menyelesaikan masalah (problem focuse coping) atau dengan melampiaskan diri pada emosi yang disebabkan pada masalah (emotional focus coping). Selain dari dua pola koping diatas, terdapat cara koping yang didasarkan pada keyakinan dan pengetahuan terhadap agama sehingga dikenal sebagai religius koping. Penelitian memuktikan bahwa religiusitas dan spiritualitas mempunyai peran dalam upaya menanggulangi stres yang dialami individu. Diantaranya dalam Journal of Counseling and Values (2001) berjudul Religion and Spirituality in Coping with Stress menerangkan bahwa agama dan spiritualitas berkolerasi positif dalam mengatasi stres. Hill & Pargament (2003) menjelaskan dalam jurnal Advances in the Conceptualization and Measurement of Religion and Spirituality, religiusitas dan spiritual merepresentasikan suatu hal yang berhubungan daripada konteks yang berdiri sendiri. Pargament (1997) melakukan banyak penelitian terkait religius dan dalam penemuannya membuktikan bahwa religius koping berpengaruh terhadap kesejahteraan seorang individu. 6

Religi dan spiritualitas bisa memiliki peran yang penting dalam mengatasi stres. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyaknya penelitian yang menguji hubungan antara religiusitas dengan berbagai aspek kehidupan. Hasilnya yaitu ditemukannya hubungan positif antara religiusitas dengan kebahagiaan (Lewis, 2000), religiusitas dengan kesejahteraan (French & Joseph, 1999), bahkan Koenig & Larson telah mengkaji 850 penelitian dan menemukan adanya hubungan positif antara religiusitas dengan kesehatan mental (dalam Utami, 2012, hal.48). Dan bagi orang muslim cara menemukan makna dan tujuan dalam hidup serta mempercayai dan mengandalkan pada kekuatan yang lebih tinggi itu melalui pendekatan diri pada Tuhan. Prakteknya meliputi pelaksanaan ibadah dan pemaknaan pengalaman hidup. Pargament (1997) memiliki pandangan bahwa religi dapat menjadi sentral dari bagian konstuksi koping. Agama mempunyai peran penting dalam mengelola stres, agama dapat memberikan individu pengarahan/bimbingan, dukungan dan harapan, seperti halnya pada dukungan emosi. Melalui keyakinan beragama, berdoa, dan ritual keagamaan, individu mengelola stres yang dialaminya, karena hal tersebut dapat memberikan pengharapan dan kenyamanan. Mahasiswa santri adalah mahasiswa dari suatu perguruan tinggi atau universitas yang nyantri di pondok pesantren maupun santri dari pondok pesantren yang melanjutkan studinya di suatu perguran tinggi atau universitas. Mahasiswa santri ini memiliki dua peran yang diampu sekaligus olehnya, yaitu peran sebagai mahasiswa di suatu perguruan atau universitas 7

dan peran sebagai santri di pondok pesantren. Dua peran ini adalah memiliki sisi yang berbeda, dimana mahasiswa adalah orang yang setidaknya memiliki tiga unsur dalam dirinya, yaitu kebebasan berpikir, kemerdekaan berpikir dan kebebasan berkehendak (Robbani, 2012, hal.1). Mahasiswa meyakini tidak ada kebenaran yang absolute, semua orang berhak atas pemikirannya sendiri dan menganggap bahwa dosen adalah orang yang menjadi perantara ilmu, bukan sebagi orang yang memberi ilmu. Selain sebagai mahasiswa, mahasiswa santri juga mempunyai peran sebagai santri, yaitu orang yang sedang menimba ilmu agama dan berusaha mempraktekkan ilmu ajaran agamanya dalam rangka mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Kegiatan sehari-hari santri ditujukan dalam rangka meningkatkan religiusitas mereka, hal inilah yang peneliti asumsikan membedakan kemampuan koping religius mahasiswa santri dengan mahasiswa yang bukan santri. Hal ini dikarenakan mahasiswa santri memiliki peluang mengembangkan religiusitas yang lebih tinggi dibanding dengan mahasiswa bukan santri, karena pendidikan yang diterima di pondok ditujukan pada peningkatan religiusitas santri melalui melalui metode keteladanan, latihan dan pembiasaan, ibrah (makna dan pelajaran dari peristiwa), nasihat (mau idzah hasanah), disiplin, mandiri, dan targhib wa tahzib (janji dan ancaman). Enam metode-metode pendidikan tersebut diberikan di pondok dan terintegrasikan dengan kegiatan-kegiatan yang menunjang pembinaan religiusitas santri, sehingga penulis asumsikan mahasiswa santri memiliki religius koping yang lebih tinggi dibanding mahasiswa yang bukan santri. 8

Berdasarkan sudut pandang teoritis dan realitas empirik yang dijelaskan di atas maka peneliti tertarik untuk mengambil judul Religius Koping Pada Mahasiswa Santri dan Mahasiswa Bukan Santri di Universitas Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan gambaran diatas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat religius koping mahasiswa santri? 2. Bagaimana tingkat religius koping mahasiswa bukan santri? 3. Apakah ada perbedaan tingkat religius koping pada mahasiswa santri dan mahasiswa bukan santri? C. TUJUAN Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui tingkat religius koping mahasiswa santri 2. Mengetahui tingkat religius koping mahasiswa bukan santri 3. Mengetahui adanya perbedaan tingkat religius koping mahasiswa santri dan mahasiswa bukan santri D. MANFAAT Secara garis besar penelitian ini memiliki dua manfaat utama, yaitu 9

manfaat teoritis dan manfaat praktis : a. Manfaat teoritis : secara umum penelitian ini memberikan pengetahuan baru, melalui pengujian dan pengembangan konsep dan teori ilmu psikologi dan agama. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang yang memiliki semangat mengkaji integrasi ilmu pengetahuan umum dengan ilmu agama, sehingga diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangsih terhadap perkembangan keilmuan, khususnya Fakultas Psikologi b. Manfaat praktis : secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi praktis, terutama dalam bidang pengembangan dan peningkatan kualitas mutu mahasiswa dan santri. Manfaat ini tertuju pada : 1. Peneliti : peneliti dapat mengembangkan layanan dan penanganan konseling berorientasi pada kemampuan mengatasi beban stres mahasiswa baik baik yang berdomisili di pesantren maupun tidak. 2. Pesantren : pesantren memperoleh informasi dan mengatur kegiatan-kegiatan di pesantren dalam rangka meningkatkan religiusitas santri. 3. Fakultas Psikologi : berdasarkan hasil penelitian ini, lembaga mampu menyediakan tenaga ahli dan profesional untuk memberikan layanan bantuan dan mengembangkannya sesuai dengan kebutuhan lapangan. 10