Kondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada. konsumsi (consumer good), kondisi persaingan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB l PENDAHULUAN. Produk kecantikan pada saat ini telah berkembang sedemikian rupa,

BABI PENDAHULUAN. modern tersebut rnenggeser keberadaan pasar-pasar tradisional. Keberadaan

I.' PENDAHULUAN lndustri farmasi rnerupakan suatu industri dengan tingkat kompetisi

BAB l PENDAHULUAN. Pasar Farrnasi lndonesia rnerupakan salah satu sektor yang

Besamya jurnlah penduduk, kondisi geografis dan pendapatan. bagi usaha penjualan kendaraan roda dua khususnya sepeda motor. PT.

Dalarn rnengantisipasi rneningkatnya perrnintaan konsurnen

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya intensitas kerja masyarakat kota besar di luar rumah merupakan

Kabupaten Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan. (Nongkojajar) Jawa Tirnur rnerupakan daerah sentra produksi ape1

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini di mana perubahan teknologi dan arus informasi

L PENDAHULUAN. Bawang merah merupakan komoditi hortikultura yang tergolong. sayuran rernpah. Bawang merah banyak sekali dibutuhkan untuk

Keinginan masyarakat untuk mendalami pendidikan semakin meningkat. dalam era teknologi dan informasi serta perkembangan ilmu pengetahuan sekarang

yang menerapkan sistem waralaba hanya ada enam restoran. Tetapi, ketika didata lagi pada 1996 meroket menjadi 216 restoran dan terse bar di banyak

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

ANALISIS BAURAN PEMASARAN WIDANINGRUM A

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dilakukan oleh perushaan dalam mempublikasikan atau

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi telah menyebabkan setiap negara harus mampu. bersaing satu dengan lainnya. Hal ini berkaitan dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri ritel nasional yang semakin berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. Dalarn pernbangunan ekonorni Indonesia, sektor perdagangan luar

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perkembangan

BAB l PENDAHULUAN. kompetitif. Keunggulan kompetitif secara berkelanjutan di lingkungan pasar

Globalisasi dan krisis ekonorni rnerupakan dua ha1 pokok yang banyak. mernbawa perubahan yang sangat rnendasar bagi setiap industri.

PENDAHULUAN. Jumlah penduduk lndonesia yang besar dengan laju tingkat

PENDAHULUAN. Latar Belakanq. Setiap keluarga berusaha mernenuhi kebutuhan dengan menggunakan

TREND PEMASARAN BERAS DI INDONESlA

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

Memasuki era pasar bebas, dimana semua bangsa atau negara. batasan yang berarti. Minya setiap negara semakin bebas bergerak dan

BAB l PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Disisi lain, wisata juga dapat rnerusak suatu daerah jika tidak

I. PENDAHULUAN lndustri tepung tapioka merupakan salah satu industri

Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. (Perpres hukum.unsrat.ac.id/pres/perpres_112_2007.pdf. Diakses Tanggal 25 November 2015

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengarah pada yang terkuat yang tetap bertahan. Keberhasilan akan dicapai oleh

memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan agribisnis di yang baik dan benar akan mampu mengeliminasi

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, banyak bermunculan produsen atau

satu yang bisa disebut sukses adalah Hero Supermarket. Dengan jumlah cabang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen tidak beralih pada perusahaan pesaing. Aktivitas pemasaran ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan populasi manusia yang semakin meningkat telah membuat

Peluang untuk pengembangan usaha agribisnis kelapa sawit di. lndonesia masih cukup terbuka luas hampir di semua subsistem baik pada

BAB I. PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk pertanian yang sangat penting,

Ketahanan Pangan yaitu pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnisnya menunjukan perkembangan yang cukup pesat, namun tidak

KERANGKA PEMlKlRAN. Jenis pengeluaran rumahtangga dapat dibagi menjadi dua kelompok besar

Terjadinya krisis ekonorni yang rnultidirnensi berdarnpak terhadap. tingkat kesehatan rnasyarakat di wilayah pedesaan, perkotaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 250 juta jiwa pada tahun 2014,

PENDAHULUAN. krisis ekonorni di Indonesia yang berkepanjangan, diperlukan suatu usaha

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS POLA KEMITRAAN PADA INDUSTRI KERAJINAN UKIR KAYU DAN MEBEL DI KABUPATEN JEPARA

BABI PENDAHULUAN. Anak yang dilahirkan ke dunia diibaratkan bagai kertas putih yang rnasih

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor-faktor yana Mempenaaruhi Perilaku Konsumen. Di dalarn kehidupan, manusia rnengkonsumsi produk-produk ekonomi

PDB 59,4 % dan terhadap penyerapan tenaga

menjadi peubah-peubah eksogen, yaitu persamaan harga irnpor dan persarnaan harga dunia. Adanya kecenderungan volume impor daging sapi yang terus

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat akibat perubahan teknologi, ekonomi, dan kondisi situasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang memerlukan barang untuk kebutuhan pribadi dan

- Untuk lebih meningkatkan fokus perusahaan kepada hat-ha1

CATUR WIJAYANTO B

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangan dinamika perekonomian yang terus mengalami

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan perubahan teknologi informasi serta telekomunikasi. Masyarakat sernakin pandai dalam memilih suatu produk dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari profit orientied kepada satisfied oriented agar mampu

I. PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan oleh konsumen dan tidak mengetahui bagaimana cara

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Secara konstitusional koperasi telah mendapat posisi politis

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini tantangan bisnis ke depan akan semakin berat ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Industri ritel merupakan salah satu industri yang strategis di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN dielakkan. Arus globalisasi yang bergerak cepat ke arah rnasyarakat tanpa

PENGARUH IN-STORE PROMOTION TERHADAP KEPUTUSAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN GIANT HYPERMARKET. Oleh ADE YUSRIYANTI H

BAB I PENDAHULUAN. bank. Pesatnya pertumbuhan sektor perbankan memicu timbulnya. persaingan yang ketat di industri perbankan. Bank-bank berlomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. serta mampu mengatasi tantangan dari para pesaing terutama dalam bidang

- persaingan Prirnkopti berada dalarn kuadran (star) bintang. Prirnkopti sarnpai

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis eceran, yang kini populer disebut bisnis ritel, merupakan bisnis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perdagangan eceran atau sekarang kerap disebut perdagangan ritel, bahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru bagi perusahaan yang ada di seluruh dunia. Dengan. konsumen memiliki lebih banyak pilihan dan informasi.

PENDAHULUAN. Kawasan pesisir Indonesia, disarnping kaya akan potensi sumberdaya. alamnya, juga mempunyai potensi untuk dikernbangkan rnenjadi obyek

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertumbuhnya perekonomian suatu negara, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Speciality Reguler. Children

BAB I PENDAHULUAN. minimarket baru dari berbagai perusahaan ritel yang menyelenggarakan programprogram

I. PENDAHULUAN po~.ekonomian dan psrindustrian. Wakil presiden, Hamza Haz dalam kunjungan

BAB l PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan kemajuan tekhnologi informasi serta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. satu yang menjadi faktor penting dalam menopang kinerja

lndustri air minum dalam kemasan (AMDK) dalam beberapa tahun terakhir ini memperlihatkan perkembangan yang sangat pesat. Hal ini

Sejak krisis ekonorni rnelanda Indonesia tahun 1997 yang darnpaknya. sarnpai saat ini rnasih dirasakan, sektor perbankan rnengalarni rnasa-masa

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk rnengernbangkan daerah yang. bersangkutan. Tujuan dari pernbangunan daerah adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB l PENDAHULUAN. Sejak pertengahan tahun 2000 dan puncaknya pada triwulan. semarak. Hal ini disebabkan oleh bangkitnya.para pernain di bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan outlet-outlet baru oleh para retailer lokal maupun asing

MASYARAUAT KE LAS ATAS

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sektor industri manufaktur maupun jasa. Perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemasaran merupakan suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang

Daging olahan merupakan sumber bahan pangan yang bisa menggantikan. daging segar. Dengan semakin meningkatnya jumlah penghasilan serta tingkat

Oleh SUNARTl A

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLlKASl KEBIJAKAN. memiliki struktur yang searah dengan pola yang terjadi secara nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. ritel yang telah mengglobalisasi pada operasi-operasi ritel. Pengertian ritel secara

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, berbagai sektor industri mengalami tantangan yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kegiatan pemasaran harus direncanakan terlebih dahulu sebelum

lndah Nur Aini Nama Mahasiswa : Nomor Pokok : C Program Studi : Sosial Ekonomi Perikanan Disetujui : I. Komisi Pembimbing

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis seperti kios, pasar modern/tradisional, department store, butik dan lain-lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin modern perkembangan zaman menyebabkan timbulnya berbagai. usaha bisnis yang tentu mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi persaingan pada saat ini telah membawa perubahan pada semua aspek dalam berusaha. Demikian juga dalam bisnis produk konsumsi (consumer good), kondisi persaingan telah menyebabkan perusahaan lebih serius dalam melihat peluang agar tetap dapat bertahan baik dalam menghadapi persaingan maupun dalam menghadapi perubahan dalam bisnis itu sendiri. PT.Frisian Flag sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bisnis produk konsumsi (consumer good), menyadari akan ha1 ini. Tingkat persaingan yang tinggi serta perubahan akan perilaku konsumen dimasa krisis akan membawa pengaruh pada kelangsungan hidup perusahaan. Untuk itu Susu Bendera menyadari bahwa jika tidak melakukan sesuatu yang berarti maka perusahaan akan mengalami ha1 buruk, yaitu kalah dari persaingan dan tidak tertutup kemungkinan perusahaan akan bangkrut karena ditinggalkan oleh konsumennya. Dalam aspek pemasaran, ada banyak ha1 yang perlu ditingkatkan untuk mencapai hasil yang baik dan dapat memenangkan persaingan. Produk yang baik, harga yang sesuai dengan nilai produk serta harapan konsumen, promosi yang tepat, serta penempatan produk di outlet dan siap di beli oleh konsumen akhir merupakan beberapa ha1 yang patut dipikirkan serta ditindak lanjuti untuk dikembangkan. Susu Bendera menyadari ha1 tersebut dan salah satu kunci dari memenangkan persaingan adalah

dengan meningkatkan distribusi produk melalui tingkat ketersediaan produk (availability product) di outlet. Bila dibandingkan dengan pesaing terutama pada kelompok produk (category product) susu bubuk, maka Susu Bendera sangat tertinggal dibanding dengan pesaing utama. Untuk itu perusahaan mencoba mengetahui bagaimana upaya dalam meningkatkan ketersediaan produk (availability product) di outlet sehingga dapat lebih baik dari pesaing Nestle sebagai salah satu kompetitor dari Susu Bendera memiliki produk dengan merek Dancow, sementara lndomilk dan Susu Bendera memiliki produk dengan merek yang sama, dapat digambarkan kualitas distribusi produk tersebut melalui survei AC Nielsen yang dilakukan pada bulan Janueri-Februari 2003 (JF-03), Mei-Juni 2002 (MJ-02) dan Mei-Juni 2001 (MJ-01). Survei tersebut dilakukan dengan cakupan wilayah Bogor, Tangerang, dan Bekasi (Botabek), dan dapat dilihat seperti pada Tabel 1 Tabel 1. Numeric Distribution Powder-Botabek Merek Jan-Peb'03 Mei Jun'O2 Mei Jun'Ol Dancow 52.0 lndomilk 1.O Susu Bendera 18.0 Sumber: AC Nielsen dan Susu Bendera (2003) 50.0 1.O 18. 0 I 40.0 3.0 19.0 Di outlet itu sendiri, faktor yang dapat mempengaruhi tingkat ketersediaan produk (availability product) yaitu, produktivitas wiraniaga, tingkat keuntungan yang diperoleh oleh outlet (retailei) yang tercarmin dari besamya penjualan yang diperoleh, dan promosi dagang (sales promotion).

Tenaga penjual yang melayani daerah atau wilayah tertentu, produktivitasnya biasanya akan diukur dari banyaknya kunjungan yang dilakukan, jumlah outlet yang membeli serta besarnya volume penjualan yang dicapai. Perkembangan dari organisasi dan manajemen penjualan saat ini adalah penekanan pada produktivitas tenaga penjual dengan melakukan kunjungan yang teratur, bagaimana membina hubungan yang baik dengan pengecer, dan bukan hanya pada pencapaian volume penjualan yang tinggi. Untuk itu, jumlah tenaga penjual yang ditetapkan untuk suatu wilayah atau daerah cakupan tertentu akan mempengaruhi kualitas liputan tenaga penjual, dalam memenuhi kewajibannya dalam melakukan kunjungan yang baik, serta dapat rnelayani outlet dengan baik. Sila dibandingkan dengan kompetiitor utama yaitu Nestle, maka jumlah tenaga penjual yang dirniiiki adalah tidak memiliki perbedaan yang mencolok seperti terlihat pada Tabel Tabel 2. Jumlah Tenaga Penjual dan Jumlah Outlet Liputan... Merek Jumlah I Jumlah Outlet I Jumlah Tenana - I Dancow Indomilk Susu Bendera Distributor 2 1 1-3000 2500 3300 Penjual 12 10 17 Namun sebagaimana dikatakan sebelumnya bahwa faktor lainnya yang mempengaruhi pengecer dalam melakukan pembelian adalah volume penjualan dari produk itu sendiri (Sales turnover). Semakin tinggi volume penjualan dan sebuah produk akan semakin memberikan keuntungan yang

berarti bagi pengecer. Tingginya volume penjualan produk susu bubuk Dancow di tingkat pengecer menjadi salah satu ha1 penting yang cukup berpengaruh, ha1 ini sernakin diperjelas rnelalui obsewasi Majalah Swa rnengenai kepuasan konsurnen tahun 2002 yang ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel.3 Kepuasan Konsurnen 2002 Kategori Susu Bubuk Merek QSS VSS PBS (Yo) Dancow 4.03 3.62 76.1 lndomilk Susu Bendera 3.90 3\97 3.70 3.69 49.5 66.3 Sumber : MajalahSwasembada No.18/XV11115-18 SEPTEMBER 2002 QSS =Quality Satisfaction Score VSS PBS = valuesatisfaction Score = Perceipt Best Score TSS =Total Satisfaction Score TSS 0.75 0.15 0.53 Produk Nestle dalarn ha1 ini adalah susu bubuk Dancow mernberikan kepuasan total yang paling tinggi, ha1 ini rnernberikan indikasi bahwa rnerek Dancow lebih disukai konsurnen daripada rnernpergunakan produk susu bubuk Bendera, dan kondisi ini yang rnenyebabkan tingkat perrnintaan konsumen tinggi di outlet pengecer sehingga rnenyebabkan volume penjualan di outlet rnenjadi tinggi. Penguasaan pasar susu bubuk juga rnenjadi salah satu ukuran untuk melihat kinerja dari susu bubuk Bendera. Dengan rnengetahui posisi masing-masing produk dalarn penguasaan pasar, rnaka dapat diketahui posisi pesaing, dalarn ha1 ini adalah susu bubuk Dancow berada. Dari hasil obsewasi AC Nielsen, diketahui bahwa baik penguasaan pasar secara nilai rupiah rnaupun penguasaan pasar dilihat dari volume penjualan, susu bubuk

Bendera masih tertinggal jauh dari produk susu bubuk Dancow. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 4. di bawah ini. Tabel 4. Pangsa Pasar Susu Bubuk PangsaPasar Bendera Volume Share Value Share 21.5 17.8 45.7 38.8 Sumber: AC Nielsen dan Susu Bendera (2003) Jan-Peb 2002 1 Jan-Peb 2003 Susu I Dancow 1 Susu / Dancow Bendera 21.6 16.6 42.6 35.4 Jika dilihat dari penguasaan pasar dari volume penjualan maka dari tahun 2002 ke iahun 2003 susu bubuk Bendera mengalami peningkatan, sementara produk susu bubuk Dancow mengalami penurunan. Seterusnya jika dilihat dari penguasaan pasar dari nilai rupiah, maka baik susu bubuk Bendera maupun susu bubuk Dancow masing-masing mengalami penurunan. Namun yang menjadi perhatian adalah bahwa susu bubuk Bendera dalam ha1 penguasaan pasar sangat tertinggal jauh kinerjanya apabila dibandingkan dengan kompetitomya, yaitu susu bubuk Dancow. Rumusan Masalah, Bila dilihat dari kondisi tersebut maka identifikasi masalah dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Perilaku pengecer sangat mempengaruhi ketersediaan produk susu bubuk Bendera di outlet. Perilaku tersebut diduga dipengaruhi oleh pertimbangan akan volume penjualan produk, kunjungan tenaga penjualan, serta prornosi dagang yang akan dilakukan.

2. Masing-masing variabel tersebut diduga rnerniliki tingkat kepentingan yang berbeda dalarn rnernpengaruhi perilaku pengecer dalarn rneyediakan produk susu bubuk Bendera di outlet, serta kornbinasi dari variabel tersebut rnemiliki pengaruh yang berbeda dalarn menentukan keputusan pengecer dalarn rneyediakan produk susu bubuk Bendera. Dengan dernikian rnaka perurnusan rnasalah adalah dalarn upaya rneningkatkan penjualan susu bubuk Bendera melalui peningkatan keberadaan produk susu bubuk di outlet sangat dipengaruhi oleh perilaku pengecer. Untuk itu perlu diketahui perilaku pengecer yang sangat dominan dalam menentukan pernbelian susu bubuk Bendera. Dari perurnusan rnasalah tersebut rnaka tirnbul pertanyaan rnanajemen antara lain, bagairnana rneningkatkan keberadaan produk susu bubuk Bendera di outlet pengecer, dan seterusnya dikernbangkan pada pertanyaan riset investigasi yaitu, faktor-faktor apa saja yang rnernpengaruhi perilaku pengecer dalarn rnenentukan pernbelian susu bubuk Bendera dan pertanyaan pengukuran antara lain, seberapa besar faktor-faktor tersebut rnernpengaruhi pernbelian dan kornbinasi apa yang terbaik dalam rnenentukan keputusan pernbelian rnereka. 1.3 Tujuan Penelitian ini dirnaksudkan untuk rnengetahui faktor-faktor yang rnernpengaruhi outlet dalarn rnenentukan pernbelian susu bubuk Bendera, serta seberapa besar per~garuh faktor-faktor tersebut rnemberi pengaruh dan kombinasi yang paling tepat dari faktor-faktor tersebut yang paling baik

dilakukan oleh susu bubuk Bendera. Secara sederhana tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk dapat rnenjelaskan perihal sebagai berikut: 1. Menganalisis seberapa besar pengaruh volume penjualan produk susu bubuk Bendera di outlet, dapat rnernpengaruhi pengecer dalarn rnengarnbil keputusan untuk rnenyediakan produk tersebut di rak-rak tokanya. Selanjutnya adalah rnenganalisis seberapa besar pengaruh kunjungan tenaga penjualan dapat mernpengaruhi pengecer rnelalui frekuensi kunjungan rnereka untuk rnenyediakan pruduk susu bubuk Bendera. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah menganalisis seberapa besar pengaruh prornosi dagang rnelalui pernotongan harga, pernberian hadiah kepada outlet, dapat rnempengaruhi keputusan rnereka dalarn rnernbeli produk susu bubuk Bendera. 2. Menganalisis kornbinasi yang terbaik dari potongan harga, kualitas kunjungan dari tenaga penjual, serta bentuk promosi dagang yang akan dilakukan dalarn mempengaruhi keputusan pengecer dalarn upaya rnenyediakan produk susu bubuk Bendera di outlet rnereka. 3. Merurnuskan strategi dalarn rnelakukan penetrasi susu bubuk Bendera dalarn upaya rneningkatkan ketersediaan kelornpok produk bubuk Susu Bendera di outlet.

1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat baik kepada penulis maupun kepada perusahaan. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan penelitian ini diharapkan dapat sebagai rnasukan yang dapat dipertirnbangkan untuk perbaikan kinerja dalam menghadapi persaingan dan perubahan bisnis. 2. Bagi penulis, merupakan peluang dan sarana dalam menerapkan teori dan pengembangan wawasan khususnya pada bidang manajemen pernasaran yang diperoleh selama perkuliahan di MMA IPB. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian akan dilakukan dengan obyek outlet pengecer di wilayah Bogor dan Depok. Batasan tersebut dimaksudkan agar dalarn pengarnbilan sarnpel dapat lebih terarah serta disesuaikan dengan wilayah liputan dari Susu Bendera di wilayah tersebut. Outlet pengecer yang akan dijadikan sarnpel adalah outlet pengecer tradisional, yaitu outlet yang ada di pasar-pasar tradisional dan perumahan, dalarn ha1 ini tidak termasuk outlet pengecer modem seperti pasar swalayan (departement store) dan perkulakan (hypermarket) seperti Makro, Carrefour, Goro atau Alfa. Pengambilan sarnpel tersebut dibatasi oleh karena Susu Bendera melakukan sistern distnbusi serta promosi dagang pada tipe pengecer tersebut adalah berbeda dengan outlet di pasar

tradisional, selain dari pada itu penjualan Susu Bendera di outlet tradisional lebih tinggi dari outlet pengecer modern seperti tampak pada Tabel 5. Tabel 5. Penjualan Susu Bendera Wilayah Bogor dan Depok Jenis Outlet 2002 1 Kontribusi 1 Pengecer Traditional Pengecer modern Total Sumber: Susu Bendera (Rp.000.000) 38.042 18.735 56.777 67 33 100