BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Banyak data dan informasi tentang tingkat perilaku delinkuen remaja yang mengarah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ini berpengaruh baik secara langsung ataupun tidak langsung terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

A. Latar Belakang Masalah

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah untuk membantu peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses pendidikan di desain sedemikian rupa untuk memudahkan. siswa memahami pelajaran. Hampir semua dari faktor pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. agar pelajaran yang diterapkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa sehingga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. WHO mendefinisikan, masa remaja (adolence) mulai usia 10 tahun sampai 19

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PROGRAM SEKOLAH DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI SMAN 13 DAN SMAN 7 BANDA ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi telah membuka wawasan dan kesadaran masyarakat yang diikuti dengan munculnya sejumlah harapan dan kecemasan. Harapan dan kecemasan tersebut merupakan konsekuensi logis dari adanya perubahan nilai, identitas, kepribadian, pola pikir, serta kepentingan dan keyakinan sebagai wujud akumulasi dan adaptasi budaya heterogenitas secara global tanpa adanya sekat. 1 Globalisasi yang ditandai dengan kehidupan manusia yang semakin mudah dengan penemuan berbagai ilmu dan teknologi, sehingga jarak antara dua tempat yang selama ini dianggap sangat jauh terasa dekat. Ruang dan waktu bukan penghalang bagi kegiatan manusia untuk melakukan suatu aktivitas. Informasi tersebar dengan cepat, persaingan hidup semakin keras. Pertambahan ilmu secara kognitif semakin banyak yang harus dikuasai atau diketahui para siswa yang tidak ingin tertinggal dari perkembangan ilmu dan teknologi. Di balik kemajuan yang sangat pesat, pengaruh negatif mulai tampak. Hampir setiap hari dapat kita saksikan dalam realitas sosial banyaknya perilaku menyimpang yang dilakukan 1 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), hlm. 1. 1

oleh siswa, seperti menurunnya moral dan tata krama sosial dalam praktik kehidupan sekolah maupun masyarakat, yang pada dasarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya lokal yang dianut masyarakat setempat. Berbagai keluhan dan kerisauan kemudian muncul dari orang tua dan masyarakat mengenai kehidupan anak-anak mereka di masa sekarang maupun di masa yang akan datang akibat maraknya budaya pop, glamor, serta krisis moral yang melanda masyarakat modern. Jauhnya kehidupan anak-anak dari nilai-nilai agama merupakan salah satu dampak nyata perkembangan dan ekses global yang semakin deras tanpa adanya filter yang dapat menjadi perekat identitas yang cukup kuat. Dua pelajar SMP kedapatan tengah mabuk berat tergeletak tak sadarkan diri di sebuah lapangan basket di Kota Sukabumi. Keduanya lalu digelandang di kantor polisi kemudian dibawa ke rumah sakit. 2 Berita lain menulis, pelajar SMP tega menghabisi teman sekelasnya gara-gara menghina dan meludah. 3 Hal yang lebih mengejutkan muncul dari hasil survei Komnas Perlindungan Anak. Komisi Nasional Perlindungan Anak merilis data bahwa 62,7 persen remaja SMP di Indonesia sudah tidak perawan. Hal 2 Dua Pelajar SMP Mabuk Berat, diakses melalui http://video.liputan6.com/main/read/51/1040480/0/dua-pelajar-smp-mabukberat, (25 Oktober 2010), pada 31 Januari 2016. 3 Dihina dan Diludahi, Pelajar SMP Habisi Teman Sekelas, diakses melalui http://video.liputan6.com/main/read/51/1153556/0/dihina-dandiludahi-pelajar-smp-habisi-teman-sekelas, ( 4 September 2013), pada 31 Januari 2016. 2

tersebut diakibatkan besarnya rasa keingintahuan remaja SMP terhadap seks. Hasil lain dari survei itu, ternyata 93,7 persen siswa SMP dan SMA pernah melakukan ciuman, 21,2 persen remaja SMP mengaku pernah aborsi, dan 97 persen remaja SMP dan SMA pernah melihat film porno. 4 Berita-berita diatas yang seolah menjadi fenomena dewasa ini sangat mengejutkan dan memprihatinkan. Pelajar SMP berusia remaja yang harusnya masih polos, banyak belajar dan mencoba hal baru, serta sibuk mencari mengembangkan potensi yang dimiliki, ternyata sudah melangkah jauh dari nilai-nilai agama. Untuk mengatasi hal tersebut, pendidikan adalah salah satu alternatifnya, khususnya Pendidikan Agama Islam. Tujuan Pendidikan Agama Islam yaitu dapat melahirkan anak shaleh yang akan menghindarkan manusia dari kemungkinan terjebak pada kesesatan dan kehancuran. Dalam kaitan ini, Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat tetap concern terhadap upaya pembentukan kepribadian siswa yang didukung oleh lingkungan masyarakatnya. Artinya, nilai-nilai yang ditanamkan melalui Pendidikan Agama Islam di sekolah hendaknya dijaga supaya tidak sampai berbenturan dengan nilai-nilai yang dianut diluar sekolah, baik dalam keluarga, maupun dalam masyarakat secara umum. Upaya Pendidikan Agama Islam untuk mewujudkan 4 62,7 persen Remaja SMP tidak Perawan, diakses melalui http://megapolitan.kompas.com/read/2010/06/13/08364170/62,7.persen.rem aja.smp.tidak.perawan-5, (Minggu 13 Juni 2010), pada 31 Januari 2016. 3

kepribadian siswa yang kokoh, mantap, dan dinamis tidak akan pernah maksimal manakala nilai-nilai yang diajarkan di sekolah tidak didukung dengan nilai-nilai di luar sekolah. 5 Siswa yang belajar Pendidikan Agama Islam diharapkan memiliki karakteristik tersendiri sebagai ciri khas dari Pendidikan Agama Islam yang dipelajari. Dengan demikian, siswa yang belajar Pendidikan Agama Islam akan memiliki sosok unik dan luhur dalam penampilan, bicara, pergaulan, ibadah, tugas, hak, tanggung jawab, pola hidup, kepribadian, watak, semangat, dan cita-cita, serta aktivitas. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang efektif dalam berbagai bidang tersebut, paling tidak akan mengantarkan siswa memiliki akhlakul karimah. Akhlakul karimah inilah yang diharapkan akan membentuk siswa menjadi anak shaleh dalam kehidupannya, baik di sekolah, keluarga, maupun dalam lingkungan masyarakat. Dengan bekal akhlakul karimah, seorang siswa akan lebih menghayati kehidupannya melalui ajaran agama. Dengan kata lain, siswa akan dapat menghadapi realitas sosialnya secara lebih agamis. Kebutuhan realitas sosial yang berdasarkan pada nilainilai agama tersebut mutlak diperlukan oleh siswa. Tanpa nilainilai agama yang diperoleh dari Pendidikan Agama Islam, siswa cenderung akan mengalami depresi sosial menghadapi nilai-nilai luar yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang dianutnya. 5 Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, hlm. 68. 4

Peristiwa yang sering terjadi akhir-akhir ini di kalangan pelajar yaitu sering melanggar peraturan sekolah, sering melalaikan tugas dari guru dan semakin banyaknya siswa yang sering bolos pada jam pelajaran. Salah satu pelajaran yang tidak disukai atau dianggap sulit bagi beberapa siswa yaitu pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dianggap membosankan oleh siswa. Padahal Pendidikan Agama Islam adalah pengembangan pikiran manusia dan penataan tingkah laku serta emosional yang berdasarkan pada agama Islam, dengan maksud mewujudkan ajaran Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat yakni dalam seluruh lapangan kehidupan. Pelajaran Pendidikan Agama Islam memikul tanggung jawab untuk dapat memberi motivasi dan kompensasi sebagai manusia yang mampu memahami, melaksanakan dan mengamalkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Disini siswa banyak dituntut untuk memahami dan mendalami lebih banyak teori-teori yang terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam tersebut. Karena pada dasarnya untuk penerapan atau pengamalan keagamaan itu tidak akan maksimal hasilnya tanpa dukungan dari segi pemahaman. Dalam hal ini siswa sering mengalami kesulitan dalam mempelajari materi-materi yang terdapat pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, karena 5

melihat begitu luasnya materi yang ada dan siswa dituntut untuk bisa memahami dan mendalami teorinya. 6 Melihat begitu pentingnya arti Pendidikan Agama Islam dalam mewujudkan generasi muda yang mempunyai akhlak dan moral yang baik. Untuk itu, agar dapat menghasilkan pemahaman yang maksimal tentang Pendidikan Agama Islam diperlukan sikap disiplin. Disiplin merupakan suatu sikap mental yang sangat penting dimiliki oleh setiap individu. Sikap disiplin mutlak diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam hal ini adalah terutama anak-anak yang masih belajar. Kedisiplinan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan, karena tanpa adanya kedisiplinan tersebut kemungkinan besar tujuan yang dicapai tidak akan terwujud atau mungkin dapat terwujud namun tidak maksimal. Begitu pula dengan belajar, dimana jika tidak disiplin maka pencapaian tujuan belajar tidak akan maksimal. 7 Disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan. Peraturan dimaksud dapat ditetapkan oleh orang yang 6 M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2009), hlm. 41. 7 Singgih D. Gunarsa dan Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia, 1995), hlm. 144-145. 6

bersangkutan maupun berasal dari luar. 8 Disiplin belajar Pendidikan Agama Islam diharapkan dapat menghasilkan pemahaman keagamaan secara maksimal, sehingga dapat menyebabkan perubahan tingkah laku dan sikap terutama dalam nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. SMP Negeri 1 Tambakromo Pati terletak di pinggir kota jauh dari hiruk pikuk kota. Tetapi cukup ramai karena dekat pasar dan dekat kawasan ruko. Dari segi lokasi, letak sekolah ini sangat ideal. Jauh dari kepadatan kota, namun tidak terlalu pelosok, sangat kondusif bagi anak-anak untuk anak-anak belajar. Perilaku siswa SMP Negeri 1 Tambakromo Pati disiplin, menaati peraturan dan sopan, setidaknya ketika di dalam sekolah. Ketika bermasalah diluar sekolah dan tidak menggunakan atribut sekolah, guru atau warga sekolah wajib mengingatkan ketika melihatnya. Basic agama dari siswa SMP Negeri 1 Tambakromo Pati masuk kategori baik. Pihak sekolah juga terus mengupayakan peningkatan keagamaan siswa melalui beberapa kegiatan, seperti jama ah sholat dzuhur, penyuluhan-penyuluhan keagamaan, dan pembacaan asmaul husna.namun tidak semua siswa SMP Negeri 1 Tambakromo Pati antusias mengikuti program keagamaan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah. Ketika jam pulang sekolah dan diluar sekolah, nampak terlihat sebagian kecil yang suka 8 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, Cet. 2, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm. 114. 7

nongkrong, tidak langsung pulang, bahkan ada yang merokok. Dari segi obrolan terselip kata-kata kotor keluar dari mulut mereka. 9 Berdasarkan pemaparan diatas pada penelitian ini akan membahas tentang kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam terhadap pengamalan keagamaan, disinilah peneliti mencoba untuk membuktikan kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam dapat mempengaruhi pengamalan keagamaan siswa. Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang seberapa besar pengaruh kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam terhadap pengamalan keagamaan. Maka dari itu, dari penjelasan latar belakang dan alasan diatas disini peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Kedisiplinan Belajar PAI terhadap Pengamalan Keagamaan Siswa SMP Negeri 1 Tambakromo Pati Tahun Ajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Agar penelitian ini dapat terarah dan dapat mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, maka penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah tingkat kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 1 Tambakromo Pati tahun ajaran 2015/2016? 9 Wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Bapak Sunarji, pada tanggal 1 februari 2016. 8

2. Bagaimanakah tingkat pengamalan keagamaan siswa SMP Negeri 1 Tambakromo Pati tahun ajaran 2015/2016? 3. Seberapa besar pengaruh kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam terhadap pengamalan keagamaan siswa SMP Negeri 1 Tambakromo Pati tahun ajaran 2015/2016? C. Tujuan dan Manfaat Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMP Negeri 1 Tambakromo Pati Tahun Ajaran 2015/2016? 2. Untuk mengetahui tingkat pengamalan keagamaan siswa SMP Negeri 1 Tambakromo Pati Tahun Ajaran 2015/2016? 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kedisiplinan belajar Pendidikan Agama Islam terhadap pengamalan keagamaan siswa SMP Negeri 1 Tambakromo Pati Tahun Ajaran 2015/2016? Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah: 1. Manfaat teoritis Diharapkan dapat menambah sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan pengamalan keagamaan siswa dengan memanfaatkan kedisiplinan belajar PAI. 9

2. Manfaat praktis a. Bagi pihak sekolah Bagi SMP Negeri 1 Tambakromo Pati sendiri yang menjadi fokus penelitian studi ini diharapkan bermanfaat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran di sekolah tersebut dan juga dapat menjadi pertimbangan terhadap pengembangan kebijakan-kebijakan sekolah dalam dunia pendidikan serta dalam pembinaan generasi muda. b. Bagi peneliti lain Diharapkan dapat dijadikan sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya. 10