BAB IV ANALISIS DATA. kepustakaan baik yang diperoleh langsung dari kitab-kitab aslinya atau kitabkitab

dokumen-dokumen yang mirip
Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BAGI HASIL AKAD MUZARA AH DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV. dijadikan obyek dari penelitian ini adalah tanah ladang, dengan tujuan di ambil

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

ANALISIS KERJASAMA MUSAQAH TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS URF TERHADAP PEMBERIAN RUMAH KEPADA ANAK PEREMPUAN YANG AKAN MENIKAH DI DESA AENG PANAS KECAMATAN PRAGAAN KABUPATEN SUMENEP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN OBJEK DARI PRAKTIK PARON HEWAN (SAPI) DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

BAB IV PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN KEWARISAN TUNGGU TUBANG ADAT SEMENDE DI DESA MUTAR ALAM, SUKANANTI DAN SUKARAJA

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

fiqih muamalah "MusaQoh"

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS PERUBAHAN HARGA SECARA SEPIHAK DALAM JUAL BELI DAGING SAPI DI PASAR PLOSO JOMBANG

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

PEDOMAN WAWANCARA DAN JAWABANNYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS TERHADAP SEBAB-SEBAB JANDA TIDAK MENDAPAT WARIS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. A Pelaksanaan Adat Pelangkahan dalam Perkawinan dan Dampaknya Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga

BAB IV PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pemberdayaan Ekonomi Pondok Pesantren Al-Fatah terhadap. 1. Kontribusi dari Koperasi Pondok Pesantren Al-Fatah

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris. Hal itu didasarkan pada luasnya

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijawab dengan tuntas oleh ajaran Islam melalui al-qur an sebagai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Perjanjian Penarikan Tarif Retribusi Parkir Wisata. 1. Menjaga kelancaran Arus Lalu Lintas di kawasan Wisata;

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan bidang penting dalam sebuah negara. Hasil-hasil

BAB IV ANALISA TENTANG TINJAUN HUKUM ISLAM TERHADAP KAWIN DI BAWAH UMUR. A. Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kawin di Bawah Umur

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan akhirat yang kekal abadi. Namun demikian, nasib seseorang di akhirat nanti

BAB I PENDAHULUAN. dalam judul skripsi makelar mobil dalam perspektif hukum islam (Studi di

BAB III PRAKTIK BAGI HASIL PENGOLAAN LAHAN TAMBAK DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA TERHADAP SURABAYA. A. Analisis Berdasarkan Hukum Islam Terhadap Kontrak, Prosedur, Realisasi

MBAREP DI DESA KETEGAN KECAMATAN TANGGULANGIN

dalam ibadah maupun muamalah. Namun nas-nas syarak tidak secara rinci memberikan solusi terhadap berbagai macam problematika kehidupan manusia.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PROLIMAN DALAM PENGAIRAN SAWAH DI DESA BEGED KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN TANAH DI DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

Landasan Sosial Normatif dan Filosofis Akhlak Manusia

Solution Rungkut Pesantren Surabaya Perspektif Hukum Islam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SENGKETA AHLI WARIS DALAM PENGGUNAAN TANAH YAYASAN AL-HIKMAH

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PERJANJIAN SEWA RUMAH DI DESA RANDUSARI TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. adalah hancurnya rasa kemanusiaan dan hilangnya semangat nilai-nilai etika religius

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DENGAN UANG DI DESA LAJU KIDUL KECAMATAN SINGGAHAN KABUPATEN TUBAN

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

BAB I PENDAHULUAN. islam memiliki kekuatan hukum, peraturan, perundang-undangan, dan tata

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENERAPAN SISTEM LOSS / PROFIT SHARING PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DI KOPERASI SERBA USAHA SEJAHTERA BERSAMA

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya, manusia melakukan usaha sesuai bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN UPAH DENGAN KULIT HEWAN KURBAN DI DESA JREBENG KIDUL KECAMATAN WONOASIH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

BAB IV ANALISIS SADD ADH-DHARI< AH TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI KONDOM SECARA BEBAS DI ALFAMART CABANG BOLODEWO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan sebagai berikut (1) Pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Sistem Pengupahan Pada PT Suri Tani Pemuka Lampung/Japfa Comfeed Group

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada sekarang ini. Selain itu sebagai mahluk sosial manusia yang tidak

فإذا قضيت الصالة فانتشروا في األرض وابتغوا من فضل اهلل واذكروا اهلل كثيرا لعلكم تفلحون

BAB I PENDAHULUAN. berbuat dan bertingkah laku yang baik agar dapat bermuamalah dan mencari

BAB IV JULO-JULO PADI DI DESA KOTO PULAI KENAGARIAN BARUNG-BARUNG BALANTAI SELATAN KEC.KOTO IX TARUSAN KAB. PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IX MUZARA AH. Bagian Pertama Rukun dan Syarat Muzara ah

UAS Ushul Fiqh dan Qawa id Fiqhiyyah 2015/2016

Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dalam judul skripsi ini adalah sebuah kajian yang akan fokus mengenai

BAB IV ANALISIS. A. Penetapan UMK kabupaten lampung selatan terhadap peningkatan taraf hidup buruh

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil pembahasan penelitian bab sebelumnya, maka peneliti dapat. menyimpulkan :

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG SISTEM PENGUPAHAN BERDASARKAN KELEBIHAN TIMBANGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

Transkripsi:

89 BAB IV ANALISIS DATA Setelah penulis mengumpulkan data-data yang bersifat data lapangan yang diperoleh dari hasil interview, observasi dan dokumentasi, dan data kepustakaan baik yang diperoleh langsung dari kitab-kitab aslinya atau kitabkitab terjemahan, jurnal-jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian ini yaitu Analisis Kerjasama Musaqah Terhadap Kesejahteraan Masyarakat (Studi Pada Petani Perkebunan Kopi di Desa Kuripan I Kecamatan Tiga Dihaji Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan), yang kemudian dituangkan dalam menyusun pada bab-bab terdahulu, maka sebagai langkah selanjutnya penulis akan menganalisis data yang telah penulis kumpulkan itu untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: A. Pelaksanaan Kerjasama Musaqah di Desa Kuripan 1 Masyarakat Desa Kuripan I melakukan terobosan dalam pemenuhan kebutuhan hidup mereka sehari-hari yakni melalui kerjasama dibidang perkebunan yaitu musaqah. Kerjasama bagi hasil perkebunan merupakan suatu kerjasama yang dilakukan oleh para petani, baik itu petani penggarap maupun pemilik lahan. Sebelum terjadinya kerjasama bagi hasil tersebut, mereka melakukan suatu akad atau perjanjian tentang bagaimana sistem kerjasama serta bagaimana sistem bagi hasilnya.

90 Tujuan dari adanya kerjasama musaqah ini adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan untuk membantu masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan atau tanah garapan serta untuk meringankan pekerjaan para pemilik lahan. Kerjasama musaqah dapat menjadi solusi bagi pemilik lahan dan penggarap lahan yang sama-sama membutuhkan dimana pemilik lahan membutuhkan penggarap untuk mengelola lahan miliknya sedangkan penggarap membutuhkan lahan atau kebun garapan. Bercocok tanam baik dalam bidang pertanian maupun perkebunan merupakan kegiatan yang membutuhkan keahlian khusus bagi orang yang hendak melakukannya, oleh karenanya tidak semua orang dapat melakukannya. Pihak yang memiliki lahan dan tidak mempunyai kemampuan dalam mengelolanya dengan suka rela memberikan kepercayaan kepada petani yang mempunyai keahlian dalam bidang pertanian dan tidak mempunyai banyak lahan untuk dikelolanya. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi sistem bagi hasil perkebunan pada masyarakat diantaranya: 1. Merupakan mata pencaharian yang dapat membantu menambah penghasilan 2. Merupakan mata pencaharian turun temurun dari orang-orang terdahulu 3. Kurangnya keterampilan lain yang dimiliki masyarakat untuk bercocok tanam atau bertani lainnya 4. Kurangnya ekonomi masyarakat Desa Kuripan I untuk memiliki lahan perkebunan sendiri

91 Sebagaimana yang telah dijelaskan pada BAB III dapat dipahami bahwa pelaksanaan kerjasama musaqah perkebunan kopi di Desa Kuripan I terdiri dari 2 cara yaitu pihak pemilik kebun menyerahkan lahan yang sudah menjadi kebun kopi kepada penggarap dan pihak pemilik kebun menyerahkan tanah kosong kepada petani penggarap untuk dijadikan kebun kopi. 1. Pihak pemilik kebun menyerahkan lahan yang sudah menjadi kebun kopi kepada penggarap Praktek musaqah di desa Kuripan I Kecamatan Tiga Dihaji Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan pada umumnya dilakukan berdasarkan kebiasaan adat setempat yang berlaku, yakni perjanjian kerjasama bagi hasil tersebut dilakukan secara lisan atau tidak tertulis. Perjanjian kerjasama perkebunan di Desa Kuripan I selama ini dilakukan atas dasar kepercayaan dan kesepakatan antara petani pemilik lahan dan penggarap. Sehingga untuk sah atau tidaknya tersebut hanya berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak. Kerjasama bagi hasil perkebunan kopi pada dasarnya sudah menjadi kebiasaan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari bersama keluarganya. Pada prinsipnya kerjasama musaqah yang dikenal di desa Kuripan I yaitu hasil perkebunan dibagi menjadi 3 bagian yakni 2 bagian untuk penggarap dan I bagian untuk pemilik lahan. Dalam hal pengelolaannya, biaya-biaya perawatan, biaya pupuk, biaya obat-obatan semua ditanggung oleh petani penggarap. Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa responden yang melaksanakan kerjasama musaqah dengan cara menggarap lahan yang sudah

92 menjadi kebun atau dalam istilah masyarakat setempat ngurus kebun. Dari 17 petani penggarap terdapat 14 responden yang melaksanakan kerjasama tersebut. Dalam hal pelaksanaan nya seperti yang dilakukan oleh bapak Irawan Kerjasama ini pada umumnya yaitu pemilik lahan mencari orang yang dipercaya untuk mengelola dan menggarap kebun kopi miliknya ataupun sebaliknya. Akan tetapi hal yang terpenting dari kerjasama tersebut yaitu kesepakatan antara keduanya, dimana sang pemilik tanah menyerahkan kebun kopinya kepada penggarap untuk dikelola dan dirawat, kemudian hasil yang diperoleh dari kebun tersebut dibagi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. 2. Pihak pemilik kebun menyerahkan tanah kosong kepada petani penggarap untuk dijadikan kebun kopi Pada pembahasan sebelumnya di Bab III telah dijelaskan bahwa kerjasama dalam bidang perkebunan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, baik secara lisan maupun tertulis dengan bagi hasil yang disepakati. Adat atau kebiasaan yang telah dilakukan oleh petani Desa Kuripan I adalah bibit, biaya penanaman, biaya penggarapan, obat-obatan, serta peralatan semua berasal dari penggarap lahan. Untuk pembagian hasil dalam kerjasama ini yaitu dengan cara 3 kali panen hasil sepenuhnya menjadi milik penggarap lahan atau dalam istilah masyarakat setempat yaitu 3 kali panen perai. Setelah selesai 3 kali panen maka akan dibuat perjanjian baru atau akad baru dengan sistem pembagian hasil sama dengan sistem kerjasama pada lahan yang sudah menjadi kebun yaitu bagi 3 dimana I bagian untuk pemilik

93 kebun dan 2 bagian untuk penggarap. Selain dengan menggunakan sistem tersebut, pembagian hasil juga bisa menggunakan sistem sataran. Dari 26 responden terdapat 3 responden yang menggarap lahan kosong. Ketiga responden tersebut melaksanakan kerjasama musaqah dengan cara menemui pemilik untuk minta lahan garapan ataupun sebaliknya. Dalam kaitannya dengan masa kerja, dalam kerjasama ini ditentukan selama 3 kali panen. Setelah itu akan akan diadakan musyawarah untuk membuat akad baru atau menghentikan kerjasama. Berdasarkan pendapat para ulama Syafi iyah merujuk pada rukun-rukun dan syarat-syarat musaqah sebagai berikut: 1. Shigat Shigat yang dilakukan kadang-kadang dengan jelas (sharih) dan dengan samaran (kinayah). Disyaratkan shigat dengan lafazh dan tidak cukup dengan perbuatan saja. Dalam prakeknya dilapangan, pada umumnya dilakukan berdasarkan hukum adat setempat yang berlaku yakni perjanjian dilakukan secara lisan atau tidak tertulis atas dasar suka sama suka dan lebih mengutamakan unsur kepercayaan. Dengan cara pihak penggarap datang menemui pemilik kebun dengan pernyataan ingin mengurus kebunnya dengan perjanjian sistem bagi hasilnya menggunakan akad lisan tanpa menggunakan akad atau pejanjian tertulis. Sedangkan dalam Islam Allah SWT menyebutkan dalam al- Qur an surat al-baqarah ayat 282 :

94... Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. (Q.S al-baqarah (2) :282). Dengan demikian jelaslah bahwa Islam menganjurkan akad kerjasama harus dilakukan secara tertulis dan tidak dilakukan secara lisan agar terhindar dari hal-hal yang bisa merugikan dalam suatu kerjasama. 2. Dua orang atau pihak yang berakad (al- aqidani). Disyaratkan bagi orang-orang berakad dengan ahli (mampu) untuk mengelola akad, seperti baligh, berakal, dan tidak berada dibawah pengampuan. Dari penelitian lapangan, pihak yang berakad di desa Kuripan I yaitu petani pemilik lahan dan penggarap. Artinya rukun dan syarat dari pihak yang berakad adalah adanya aqad antara pemilik lahan atau kebun dengan petani penggarap yang melakukan praktek kerjasama. 3. Kebun dan semua pohon yang berbuah. Semua pohon yang berbuah boleh diparokan (bagi hasil), baik yang berbuah tahunan (satu kali dalam setahun) maupun yang buahnya hanya satu kali kemudian mati, seperti padi, jagung, dan yang lainnya. Pada dasarnya musaqah adalah dikhususkan pada tanaman perkebunan

95 yang pohonnya berakar kuat dan berusia minimal satu tahun. Dengan demikian, jenis tanaman yang akan menjadi objek penelitian harus lah jelas wujudnya. Kebun yang diparokan atau yang menjadi objek kerjasama musaqah dalam penelitian ini adalah perkebunan kopi. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kopi merupakan pohon yang berbuah satu kali dalam setahun dan berusia lebih dari satu tahun. Sehingga kebun yang diparokan tersebut sesuai dengan rukun dan syarat musaqah. 4. Masa kerja Adapun kaitannya dengan jangka waktu kerjasama ini yaitu dijelaskan juga dalam Q.S al-qashash (28): 28 sebagi berikut: Artinya : Dia (Musa) berkata: "Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, Maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Masa kerja dalam hal ini berkaitan dengan jangka waktunya. Adapun kaitannya dengan jangka waktu kerjasama perkebunan kopi sebagimana yang diperoleh dilapangan bahwa dalam kerjasama yang dilakukan oleh masyarakat desa Kuripan I terdapat 82,35% yang tidak ditentukan jangka waktunya. Kerjasama dalam perkebunan kopi bisa berlangsung lama dan juga bisa berlangsung sangat cepat tergantung kemampuan pengelola.

96 5. Buah Sebagaimana dijelaskan pada bab bab sebelumnya bahwa pelaksanaan kerjasama perkebunan kopi atau musaqah dalam hal pembagian hasil panen yaitu disepakat di awal akad dengan pembagian hasil dibagi menjadi 3 bagian dimana 2 bagian untuk penggarap dan I bagian untuk pemilik lahan. Selain itu, ada 3 responden yang melakukan kerjasama dengan sistem sataran. Dari penelitian yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa pelaksanaan kerjasama musaqah yang dilakukan oleh masyarakat Desa Kuripan I baik untuk kerjasama pada lahan yang sudah menjadi kebun ataupun lahan kosong merupakan kerjasama yang dibolehkan dalam Islam. Akan tetapi untuk bentuk sighat, masa kerja dan buah atau pembagian hasil pada kedua kerjasama tersebut masih belum sepenuhnya sesuai dengan konsep musaqah dalam Islam. Meskipun demikan, pelaksanaan tersebut merupakan adat atau kebiasaan masyarakat setempat yang dilakukan secara turun temurun sehingga dari adat atau kebiasaan tersebut akan terus berkembang dan dapat menjadi sebuah ketentuan hukum yang sifatnya tidak tertulis. Untuk memenuhi ketentuan hukum yang terdapat di dalam al-qur an dan Sunnah Rasul, demikian pula untuk memperoleh ketentuan-ketentuan hukum mu amalah yang baru timbul sesuai dengan perkembangan masyarakat, diperluan sebuah pemikiran-pemikiran baru yang berupa ijtihad yang termasuk didalamnya adat kebiasaan yang mempunya peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

97 Adat atau kebiasaan dapat dijadikan hukum apabila memenuhi syaratsyarat yaitu : perbuatan yang dilakukan logis dan relevan dengan akal sehat yang menunjukkan bahwa adah tidak mungkin berkenaan dengan maksiat; perbuatan maupun perkataan yang dilakukan berulang ulang; tidak bertentangan dengan ketentuan nash al-qur an dan Hadist; dan tidak mendatangkan kemudharatan. Apabila adat istiadat dapat memenuhi semua kriteria tersebut, maka termasuk urf yang dapat dijadikan sumber hukum ijtihad. Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa dasar hukum yang digunakan dalam perjanjian kerjasama penggarapan kebun kopi (paroan) di desa Kuripan I adalah urf atau adah. Urf adalah apa yang biasa dijalankan orang, baik dalam kata-kata maupun perbuatan yang identik dengan adat kebiasaan. Urf secara bahasa yakni sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat. Sedangkan secara istilah urf adalah sesuatu yang telah dikenal oleh orang banyak dan telah menjadi tradisi mereka. Para ulama yang mengamalkan urf dalam memahami dan mengistimbathkan hukum, menetapkan beberapa persyaratan untuk diterimanya urf yaitu: 1. Adat atau urf itu bernilai maslahat dan dapat diterima akal sehat 2. Adat atau urf itu berlaku umum dan merata dikalangan orang-orang yang berada dalam lingkungan adat itu, atau dikalangan sebagian besar warganya.

98 3. Urf yang dijadikan sandaran dalam penetapan hukum itu telah ada (berlaku) pada saat itu, bukan urf yang muncul kemudian. 4. Adat tidak bertentangan dan melalaikan dalil syara yang ada atau bertentangan dengan prinsip yang pasti. 5. Urf itu harus urf yang shahih dalam arti tidak bertentangan dengan ajaran al-qur an dan sunnah Rasulullah. Berdasarkan pandangan diatas, maka penulis analisa bahwa tradisi atau kebiasaan kerjasama musaqah perkebunan kopi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Desa Kuripan I Kecamatan Tiga Dihaji dalam pandangan Islam adalah Urf Shahih yaitu sesuatu yang saling dikenal oleh manusia, dan tidak bertentangan dengan dalil syara, tidak menghalalkan sesuatu yang diharamkan dan tidak pula mengbatalkan sesuatu yang wajib. Tradisi kerjasama musaqah perkebunan kopi di Desa Kuripan I ini sudah dikenal dan sebagian besar masyarakat Desa Kuripan I melaksanakan tradisi ini serta tradisi ini tidak bertentangan dengan dalil-dalil syara ataupun tidak menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang wajib. Dalam hal sistem pembagian hasil dengan sataran yang dipraktekkan di desa Kuripan I diterapkan sesuai dengan penghasilan yang didapatkan. Dalam konsep musaqah, mensyaratkan jumlah tertentu dari hasil panen bagi salah satu pihak, misalnya seperdua dan sebagainya, atau bagian petani, misalnya, dalam bentuk uang, sehingga makna al-musaqah sebagai serikat dalam hasil panen tidak ada lagi. Namun, pelaksanaan pembagian hasil dengan sataran ini

99 dilakukan atas dasar suka sama suka atau rela (antaradimminkum) antara kedua belah pihak sehingga makna musaqah masih tetap ada. Selain itu dalam penelitian lapangan juga ditemukan penerapan sistem untuk lahan kosong yaitu dengan 3 kali panen perai sama dengan mensyaratkan seluruh hasil panen menjadi milik salah satu pihak yang berakad, sehingga makna serikat tidak ada dalam akad itu. Akan tetapi, masyarakat Desa Kuripan I melakukannya atas dasar suka sama suka, dan menurut kebiasaan setempat, sehingga kerjasama tersebut dapat tergolong kerjasama yag sah. Namun, masih diperlukan bimbingan dan sosialisasi tentang kerjasama yang sedang dijalankan. Apabila terjadi perselisihan pada saat kerjasama berlangsung adalah dengan cara adanya sikap toleransi antara kedua belah pihak. Begitu juga apabila di Desa Kuripan I antara pemilik lahan dan penggarap terjadi perselisihan atau sengketa, biasanya hal tersebut terjadi akibat kesalahpahaman diantara kedua belah pihak maka solusi yang biasa dilakukan adalah dengan cara musyawarah bersama antara kedua belah pihak. Namun, apabila dengan cara musyawarah tidak terselesaikan maka jalan tengahnya adalah meminta tolong kepada tokoh setempat untuk menengahi atau mendamaikannya. Sedangkan apabila terjadinya gagal panen ataupun hasil panen yang didapatkan hanya sedikit maka pihak penggarap dan pemilik lahan bisa melakukan musyawarah untuk pembagian hasilnya bahkan penggarap dapat melakukan penangguhan pembagian hasil.

100 B. Pelaksanaan Kerjasama Musaqah Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Petani Perkebunan Kopi Di Desa Kuripan I Luasnya lahan perkebunan di desa Kuripan I menyebabkan masyarakat melaksanakan suatu sistem kerjasama di bidang perkebunan. Kerjasama musaqah perkebunan kopi di desa Kuripan I dilaksanakan oleh pemilik lahan dan penggarap lahan. Keduanya mempunyai kesepakatan untuk kerjasama kemudian hasilnya akan dibagi sesuai dengan kesepakatan. Pihak yang memiliki lahan dan tidak mempunyai kemampuan dalam mengelolanya dengan suka rela memberikan kepercayaan kepada petani yang mempunyai keahlian dalam bidang pertanian dan tidak mempunyai banyak lahan untuk mengelolanya. Bila dilihat dilapangan, pelaksanaan kerjasama musaqah perkebunan kopi yang dilakukan oleh para pelaku usaha di desa Kuripan I memberikan dampak tersendiri bagi kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat dapat diukur melalui beberapa indikator, indikator kesejahteraan merupakan suatu ukuran ketercapaian masyarakat dimana masyarakat dapat dikatakan sejahtera atau tidak sejahtera. Sebagai indikator yang berangkat dari pemikiranpemikiran yang telah dipaparkan pada landasan teori bab II yang mengukur kesejahteraan karena adanya kerjasama perkebunan kopi, maka dari data-data yang diperoleh adalah sebagai berikut:

101 1. Tingkat pendidikan Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain. Dengan adanya hasil dari kerjasama musaqah perkebunan kopi, maka dapat membantu masyarakat untuk biaya pendidikan anak-anak para pelaku usaha. Dari hasil kerjasama tersebut juga dapat digunakan untuk pembelian alat atau seragam sekolah baik dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA atau bahkan keperguruan tinggi. 2. Bidang kesehatan Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memugkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Indikator kesehatan yang menjadi komponen sejahtera meliputi pangan, sandang dan kesehatan. Dari segi kesehatan hasil dari kerjasama yang dilakukan oleh pemilik lahan dan penggarap belum sepenuhnya bisa dirasakan. Sarana kesehatan yang ada di Desa Kuripan I yang belum lengkap seperti belum tersedianya puskesmas atau sarana kesehatan lainnya sehingga mengakibatkan masyarakat harus keluar desa untuk mendapatkan perawatan yang maksimal.

102 3. Tingkat Pendapatan Pendapatan merupakan penghasilan yang diperoleh masyarakat yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan anggotaanggota rumah tangga. Penghasilan tersebut biasanya dialokasikan untuk konsumsi, kesehatan, maupun pendidikan dan kebutuhan lain yang bersifat material. Indikator pendapatan digolongkan menjadi 3 item yaitu : a. Tinggi (> Rp.5.000.000) b. Sedang (Rp. 1.000.000- Rp. 5.000.000) c. Rendah (<Rp. 1.000.000) Adanya kerjasama musaqah perkebunan kopi di desa Kuripan I memberikan manfaat bagi masyarakat khusunya para pelaku usaha. Lahan perkebunan tersebut diurus dan dirawat kemudian hasilnya dibagi sesuai kesepakatan diantara keduanya. Dengan adanya kerjasama musaqah memberikan pendapatan pada masyarakat yang tidak memiliki lahan untuk digarap ataupun bagi masyarakat yang masih membutuhkan tambahan penghasilan. Hal ini dikarenakan lahan perkebunan yang tersedia dapat dikelola oleh para penggarap lahan dengan sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan. Meskipun terjadi kenaikan pendapatan dengan adanya kerjasama musaqah, namun dampaknya hanya dirasakan oleh sebagian masyarakat yang menjadi pelaku usaha. Pedapatan dari kerjasama musaqah perkebunan kopi ini tidaklah selalu sama, namun hal tersebut membantu masyarakat untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tingkat pendapatan masyarakat terutama

103 yang bekerja sebagai penggarap kebun kopi mengalami peningkatan. Seperti halnya pendapatan 26 responden yang mengalami peningkatan setiap kali panennya. Berdasarkan pemaparan pada bab sebelumnya pendapatan masyarakat terutama yang menjadi pelaku usaha musaqah termasuk dalam kategori sedang dan tinggi. Sehingga, dengan adanya kerjasama musaqah tersebut memberikan dampak tersendiri bagi kesejahteraan masyarakat. 4. Komposisi pengeluaran Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga atau keluarga. Selama ini berkembang pengertian bahwa besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran kesejahteraan rumah tangga tersebut. Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi makanan mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah tangga, makin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga. Penghasilan yang tidak menentu dilihat dari banyak atau sedikitnya penghasilan setiap kali panen. Jika pendapatan mereka tinggi maka kebutuhan konsumsi akan terpenuhi dengan baik, jika pendapatan sedikit maka pengeluaran pun akan menyesuaikan dengan pendapatan. Adanya kerjasama yang dilakukan oleh masyarakat berupa kerjasama dalam hal lahan perkebunan kopi dapat membantu perekonomian masyarakat. Menurut beberapa masyarakat seperti bapak Jauhari, Tunak dan Nurdin

104 pengeluaran dalam sebulan lebih banyak untuk pengeluaran pangan. Sementara sisanya digunakan untuk keperluan lain seperti biaya listrik, biaya pendidikan serta biaya kesehatan. Maka dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengeluaran/konsumsi terbesar yang dikeluarkan dari hasil pendapatan lebih besar untuk konsumsi pangan. Sisa pendapatan digunakan untuk pengeluaran lain seperti biaya listrik, pendidikan anak dan kesehatan. Adanya kerjasama yang dilakukan oleh masyarakat desa Kuripan I khususnya para pelaku usaha tidak mempengaruhi komposisi pengeluaran terhadap kebutuhan pokok. Beberapa wawancara terhadap petani penggarap mengatakan pendapatan yang diperoleh dari kerjasama digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, biaya pendidikan anak, maupun kesehatan, namun terkadang pendapatan yang mereka peroleh belum mencukupi biaya kebutuhan mereka. 5. Tingkat Perumahan Dalam data statistik perumahan masuk dalam konsumsi rumah tangga, berikut konsep dan definisi perumahan menurut Biro Pusat Statistik (BPS) dikatakan perumahan yang dianggap sejahtera adalah tempat berlindung yang mempuyai dinding, lantai, dan atap baik. Bangunan yang dianggap kategori sejahtera adalah luas lantainya 10 m 2 dan bagian terluas dari rumah bukan tanah. Status penguasaan tempat tinggal milik sendiri. Berdasarkan penelitian lapangan, jika dilihat dari indikator perumahan, masyarakat desa Kuripan I belum sepenuhnya bisa dikatakan sejahtera karena

105 beberapa masyarakat belum memiliki hak kepemilikan atas rumah, serta luas bangunan belum memenuhi kategori sejahtera. Namun terlepas dari hal itu, 70% dari masyarakat desa Kuripan telah memiliki status kepemilikan rumah dan juga didukung oleh fasilitas seperti listrik, MCK dan air bersih. Dengan adanya kerjasama musaqah yang dijalankan oleh para pelaku usaha di desa Kuripan I menjadikan mereka dapat memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal. Pendapatan yang diperoleh dari kerjasama tersebut dapat digunakan para pelaku usaha untuk membangun dan memperbaiki kondisi rumah serta untuk membeli fasilitas rumah yang mereka tempati. Beberapa indikator kesejahteraan masyarakat yang sudah dijelaskan diatas menunjukkan bahwa adanya kerjasama musaqah di bidang perkebunan kopi berdampak positif bagi masyarakat desa Kuripan khususnya para pelaku usaha, karena sebagian besar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal itu ditunjukkan dengan adanya beberapa indikator-indikator kesejahteraan yang telah memenuhi kriteria sejahtera. Selain indikator kesejahteraan secara umum, juga terdapat indikator kesejahteraan secara Islam. Dimana Islam adalah agama yang menghendaki adanya kemakmuran dan kesejahteraan bagi para umatnya. Makna sejahtera sejalan dengan misi Islam yakni selamat, aman, damai dan sentosa. Makna kesejahteraan dalam Islam berbeda dengan konsep kesejahteraan secara umum. Dimana kesejahteraan menurut Ekonomi Islam ialah merupakan suatu

106 pencapaian yang tidak hanya ternilai dari hal yang sifatnya material namun juga hal yang bersifat non-material seperti terpenuhinya kebutuhan spiritual. Menurut Yusup Qardhawi, sesungguhnya manusia jika kebutuhan hidup pribadi dan keluarganya sudah terpenuhi serta mereka merasa aman terhadap diri dan rezekinya, maka mereka akan hidup dengan penuh ketenangan, beribadah dengan khusyu kepada Tuhannya yang telh memberi mereka makan, sehingga terbebas dari kelaparan dan memberi keamanan kepada mereka dari rasa takut. Jadi sesungguhnya kesejahteraan dalam perspektif Islam itu dapat tercapai jika setiap orang bisa memenuhi segala kebutuhan hidupnya serta merasa aman, tentram, dan dapat beribadah dengan khusyu ditengah-tengah kesibukkannya. Islam senantiasa menghendaki adanya keseimbangan dalam hidup setiap manusia, sehingga untuk mencapai kesejahteraan, manusia hendaknya dapat memenuhi kebutuhan yang tidak hanya materi saja namun juga kebutuhan spritual mereka. Adapun indikator-indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat menurut pandangan Islam berbeda dengan indikator kesejahteraan secara umum. Menurut Islam, kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui dua unsur yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu unsur material dan unsur spiritual. Masyarakat petani ataupun para petani penggarap di desa Kuripan I yang melakukan kerjasama bagi hasi perkebunan disela-sela kesibukannya, mereka

107 mampu membagi waktunya untuk dapat beribadah, seperti menjalankan ibadah sholat lima waktu, berpuasa dibulan ramadhan dan melaksanakan ibadah-ibadah lainnya. Selain itu, kerjasama bagi hasil tersebut menjadikan masyarakat petani khususnya para penggarap dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Praktik kerjasama musaqah perkebunan kopi yang dilaksanakan oleh masyarakat petani desa Kuripan I mempunyai banyak manfaat bagi para petani khususnya bagi para petani penggarap. Adapun manfaat dari kerjasama bagi hasil perkebunan tersebut adalah : 1. Membantu meringankan pekerjaan para pemilik lahan 2. Membantu para penggarap untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya 3. Membantu seseorang yang benar-benar membutuhkan pekerjaan 4. Mempererat tali persaudaraan diantara kedua belah pihak 5. Menghapuskan jurang pemisah antara orang yang mampu dengan orang yang tidak mampu. Dalam hal ini orang yang mampu adalah orang mempunyai lahan, dan orang yang tidak mampu adalah orang yang bekerja sebagai penggarap lahan. 6. Memperbaiki hubungan yang kurang harmonis diantara kedua belah pihak Dari manfaat yang di dapat dan dirasakan oleh petani khususnya para penggarap, menjadikan para petani menjadi lebih sejahtera hidupnya. Dari

108 adanya kerjasama musaqah perkebunan kopi ini juga dapat membantu pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan yang ada di Indonesia saat ini. Berkurangnya tingkat pengangguran dan kemiskinan di Indonesia, menjadikan masyarakat makmur dan sejahtera hidupnya.