ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan Antar Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi

KEBIJAKAN PENGENTASAN KEMISKINAN MELALUI KAJIAN POTENSI SEKTOR BASIS DI KABUPATEN BANYUWANGI

LAPORAN PENELITIAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI

Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja Sumatera Selatan ABSTRACT

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

JURNAL GAUSSIAN, Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di:

Analisis Sektor Unggulan Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten Buol

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN DAN KLASIFIKASI PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENGEMBANGAN POTENSI EKONOMI LOKAL KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA SURAKARTA DAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)

Analisis Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung (Sebuah Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB)

ANALISIS POTENSI RELATIF PEREKONOMIAN WILAYAH KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Oleh: Agustin Susyatna Dewi 1)

ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN DI EKS- KARESIDENAN SURAKARTA (BOYOLALI, SUKOHARJO, KARANGANYAR, WONOGIRI, SRAGEN DAN KLATEN) TAHUN

KINERJA DAN PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BLORA

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini, berfokus pada sektor basis, faktor

PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA MADIUN DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS EKONOMI KOTA TOMOHON TAHUN

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA TERNATE

ANALISIS SEKTOR-SEKTOR UNGGULAN NON MIGAS PEREKONOMIAN KOTA LHOKSEUMAWE. Keywords : Potential sector, Regional Competitive and Location Quotient (LQ)

SKRIPSI ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN BONE PERIODE KUSNADI ZAINUDDIN JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

III.METODE PENELITIAN. rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan

ANALISIS PERGESERAN SEKTOR PEREKONOMIAN KABUPATEN ACEH BESAR. Abstract

STRUKTUR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

ANALISIS SEKTOR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN/KOTA (STUDI KASUS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERIODE )

Analisis Potensi Dan Daya Saing Sektoral Di Kabupaten Situbondo (Analysis of Potential and Competitiveness Sectoral In Situbondo Regency)

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KOTA SINGKAWANG DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

SEKTOR PEMBENTUK PDRB

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. akan tetapi untuk melengkapi data penelitian ini dibutuhkan suatu

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

SEKTOR-SEKTOR EKONOMI POTENSIAL PADA PEREKONOMIAN KABUPATEN TANAH LAUT. Lina Suherty

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

BAB III METODE PENELITIAN. satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

ANALISIS DISPARITAS PENDAPATAN PER KAPITA ANTAR KECAMATAN DAN POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KECAMATAN DI KABUPATEN KARANGASEM

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam

SEKTOR EKONOMI POTENSIAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUDUS

PERANAN SEKTOR PERTANIAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA TASIKMALAYA

ANALISIS POTENSI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MINAHASA (PENDEKATAN MODEL BASIS EKONOMI DAN DAYA SAING EKONOMI)

BAB I PENDAHULUAN. satu tujuan nasional yaitu memajukan kesejahteraan umum, seperti yang

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN MENGGUNAKAN DATA PDRB

IDENTIFIKASI SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KOTA TOMOHON TAHUN ( )

BAB III METODE PENELITIAN

PENENTUAN POTENSI EKONOMI DI PRABUMULIH DAN OKU BERDASARKAN INDIKATOR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN PADA PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI. Wiwin Widianingsih Any Suryantini, Irham

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KOTA SURABAYA TAHUN

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1.

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN BLORA TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DI KABUPATEN MINAHASA DARI TAHUN

Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 2 No. 4, April-Juni 2015 ISSN:

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhibungan dengan penelitian. Sektor atau kegiatan basis adalah sektor atau kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI DAN PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MESUJI PROVINSI LAMPUNG

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

Analisis Perubahan Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Unggulan di Kabupaten Badung Provinsi Bali Tahun

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

Rumus. 9. Jasa-Jasa 0,47 0,50 0,52 0,54 0,56 0,52 Non Basis. = Nilai produksi subsektor i pada provinsi. = Total PDRB Provinsi

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

KAJIAN POTENSI PEREKONOMIAN DI KABUPATEN KEPULAUAN SULA PROVINSI MALUKU UTARA POTENTIAL ECONOMIC STUDIES IN SULA ISLANDS OF NORTH MALUKU PROVINCE

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

Determination of the Regional Economy Leading Sectors in Indonesia. Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah di Indonesia

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPETITIF DAN STRATEGI PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BANYUWANGI. Abd. Rahman

DINAMIKA PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI KAWASAN SOLO RAYA

Potensi Sektor Perekonomian di Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Utara

Transformasi Struktur Ekonomi dan Sektor Unggulan di Kabupaten Buleleng Periode

ANALISIS PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH DI KABUPATEN INDRAMAYU. Nurhidayati, Sri Marwanti, Nuning Setyowati

Pendapatan Regional/ Regional Income

Transkripsi:

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN DI KABUPATEN BANYUWANGI Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIDA Banyuwangi Email: nuranim_staida@yahoo.com & Email: inayahsyaiqoni@yahoo.com Abstract: This study aimed to analyze the leading economic sector in Banyuwangi. The analysis used in this research is the analysis Klassen Typology, Location Quotient (LQ) and Shift Share. 1) The results of the analysis Klassen Typology a) advanced and rapidly growing sector (sector prima) is the agricultural sector, this sector should receive more attention from the local government to develop; b) advanced but depressed sector (Sector Potential) is the Mining and Quarrying sector, and Financial Sector, rentals, and service companies; c) the potential for Emerging Sectors is the construction sector; Electricity, gas and water supply; and Processing Industry; d) sector is lagging behind in Banyuwangi Trade, Hotels and Restaurants; Transportation and Communications; and Services. 2) Calculation Component competitive advantage by using the Shift-share analysis of classical generate competitive advantage value of Rp. 1.153.609.882.000- or 1,154 trillion rupiah, or 14.32 percent. This suggests that the resulting competitive advantage will increase economic development Banyuwangi; 3) the traditional sector (primary-farm) is more potent than other sectors. Leading sectors are the sectors that have a value LQ> 1 consists of: a) Agriculture; b) mining and quarrying; c) Financial services, leasing, and business services. The agricultural sector is a sector that still plays an important role and potential for economic growth in Banyuwangi. Keywords: Economic Sector Commodity, Typology Klassen, Location Quotient (LQ) and Shift Share A. Pendahuluan Angka pertumbuhan di Kabupaten Banyuwangi di dapat dari analisis data sekunder masing-masing sektor ekonomi yaitu: 1) sektor pertanian; 2) petambangan dan penggalian; 3) industri pengolahan; 4) listrik, gas, dan air bersih; 5) bangunan; 6) perdagangan, hotel dan restoran; 7) pengangkutan dan komunikasi; 8) keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan 9) jasa-jasa. Namun di dalam analisis pertumbuhan di Kabupaten Banyuwangi tidak memperlihatkan angka pertumbuhan

86 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Banyuwangi ekonomi dan angka ketimpangan pembangunan antar kecamatan yang terjadi di Kabupaten Banyuwangi. 1 Komoditas unggulan di wilayah Kabupaten Banyuwangi akan berimplikasi sebagai kegiatan alternatif dalam usaha meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya pada peningkatan pendapatan rumah tangga yang akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan (upware mobility) bagi kelompok penduduk miskin. Dampak yang lebih luas dapat mendorong pembangunan ekonomi daerah dan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi Banyuwangi menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Selama empat tahun tren pertumbuhan ekonomi mengalami kenaikan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur. Pada Tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banyuwangi berada pada angka 7,14% sedangkan Provinsi Jawa Timur 6,86%; Tahun 2012 Kabupaten Banyuwangi pertumbuhan ekonominya naik ke level 7,29% dan Provinsi Jawa Timur berada di titik 7,27%; dan pada Tahun 2013 mengalami penurunan yaitu 6,76% dan naik menjadi 6,94% pada Tahun 2014, namun keadaan itu masih diatas level pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur yaitu pada Tahun 2013 pada titik 6,5% dan turun pada level 5,8% pada Tahun 2014 (Banyuwangi Dalam Angka, 2015). 2 Dalam upaya memajukan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi, penting halnya untuk meningkatkan sistem perencanaan pembangunan daerah dengan menganalisis integrasi antar aspek pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi dengan melihat pertumbuhan ekonomi antarkecamatan sehingga kebijakan strategi pembangunan diarahkan pada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat, dan penciptaan lapangan pekerjaan. Analisis sektor unggulan kompetitif dan komparatif serta penemuan wilayah pusat pertumbuhan yang diperoleh melalui analisis penelitian dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan selanjutnya sebagai kontribusi arah kebijakan Pemerintah Daerah di Kabupaten Banyuwangi. 3 1 BPS. Banyuwangi Dalam Angka 2011. (Banyuwangi: BPS Kabupaten Banyuwangi. 2011. 2 BPS Jawa Timur. (2015). Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 2010-2014, BPS Propinsi Jawa Timur. 3 BPS. Banyuwangi Dalam Angka 2014. (Banyuwangi: BPS Kabupaten Banyuwangi. 2014)

Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah 87 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Banyuwangi. B. Kajian Literatur 1. Strategi Pembangunan Berbasis Keuntungan Kompetitif Daerah Strategi pembangunan ekonomi daerah seharusnya didasarkan pada prinsip Keuntungan Kompetitif (Competitive Advantage) sebagaimana dimaksud oleh Michael E. Porter dalam Syafrizal. Berbeda dengan konsep Keuntungan Komparatif (Comperative Advantage) yang telah bersifat tradisional didasarkan pada perbedaan kandungan sumberdaya yang dimiliki (resource endowment), konsep Keuntungan Kompetitif ini lebih didasarkan pada unsur kreativitas, teknologi dan kualitas sumberdaya manusia yang dikombinasikan untuk menghasilkan produk yang mempunyai daya saing tinggi. Dengan demikian dapat saja terjadi suatu negara atau daerah yang tidak mempunyai kandungan sumberdaya alam yang memadai, dapat berkembang pesat karena kelebihannya dari segi kreativitas, teknologi dan kualitas sumberdaya manusia. 4 Dengan menggunakan konsep Keuntungan Kompetitif tersebut sebagai dasar, prioritas pembangunan ekonomi daerah haruslah diletakkan pada sektor-sektor mempunyai Keuntungan Kompetitif tinggi yang tidak hanya didasarkan pada kandungan sumberdaya alam yang dimiliki, tetapi juga memperhatikan kemampuan teknologi dan kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki oleh sektor yang bersangkutan. Dengan demikian, produk yang dihasilkan oleh suatu daerah akan mempunyai daya saing cukup tinggi karena didukung oleh potensi spesifik yang dimiliki daerah bersangkutan. Keadaan tersebut selanjutnya akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat karena produk yang dihasilkan akan dapat menguasai pasar sehingga kegiatan produksi dapat berkembang dengan baik. 5 2. Pengembangan Komoditi Unggulan Salah satu bentuk kebijaksanaan pembangunan ekonomi daerah yang didasarkan pada prinsip Keuntungan Kompetitif adalah pengembangan Komoditi Unggulan. Dalam hal ini, pemerintah mendorong masing-masing daerah atau desa untuk mengembangkan 4 Sjafrizal. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. (Padang: Baduose Media, 2008). 71. 5 Ibid., 72.

88 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Banyuwangi satu atau dua komoditi utama yang mempunyai potensi besar dan mempunyai daya saing tinggi sesuai dengan Keuntungan Kompetitif yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Melalui kebijakan tersebut diharapkan masing-masing daerah akan dapat mengembangkan produk-produk utama yang mempunyai daya saing tinggi karena didukung oleh Keuntungan Kompetitif daerah yang bersangkutan. Peningkatan daya saing ini tidak hanya penting dalam era otonomi untuk menghadapi persaingan sesama daerah, tetapi juga penting dalam era globalisasi untuk menghadapi persaingan ditingkat global. Bertolak pada daya saing yang kuat tersebut, maka pemasaran produk tersebut akan menjadi lebih terjamin sehingga kegiatan produksi dapat dikembangkan secara berkelanjutan. Bila hal ini terjadi, maka pengembangan ekonomi daerah yang bersangkutan secara bertahap akan dapat ditingkatkan. Menurut Blakely dalam Kuncoro, ada 6 tahap dalam proses perencanaan pembangunan ekonomi daerah. Tahapan yang berurutan tersebut meliputi: (1) Pengumpulan dan analisis data; (2) Pemilihan strategi pembangunan daerah; (3) Pemilihan proyek-proyek pembangunan; (4) Pembuatan rencana tindakan; (5) Penentuan rencana proyek; (6) Perencanaan secara keseluruhan dan implementasi. 6 Aspek penting lainnya dari pengembangan komoditi unggulan daerah tersebut adalah guna memperbaiki distribusi pendapatan masyarakat yang merupakan unsur penting dalam perekonomian rakyat. Melalui penetapan komoditi unggulan yang berasal dari daerah yang bersangkutan akan dapat dijamin agar hasil yang diperoleh dari pengembangan kegiatan ekonomi daerah tersebut sebagian besar akan jatuh ke tangan masyarakat setempat, dan bukan ke tangan konglomerat dari daerah perkotaan yang mempunyai jaringan bisnis di daerah tersebut. Dengan demikian, kesalahan masa lalu dimana hasil pembangunan kurang dapat dinikmati oleh rakyat banyak akan dapat diperbaiki. C. Metode Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di 24 Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi dan dilaksanakan selama 6 bulan penelitian. 6 Kuncoro, Mudrajat. Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. (Jakarta: Erlangga. 2004). 48.

2. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong dalam penelitian diskriptif dengan jenis data kuantitatif. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a. Kuisioner, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden penelitian. Kuisioner didapatkan dari menganalisis Produk Domesik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuwangi dan Produk Domesik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan. b. Wawancara mendalam (in depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama lama. 7 c. Dokumentasi didapatkan dari data sekunder yang mendukung proses penelitin baik dari data tertulis maupun dokumentasi gambar/foto. 4. Jenis Data a. Data Primer Data primer didapatkan dari hasil analisis langsung pada sumber utama penelitian melalui penyebaran kuisioner kepada responden penelitian yang dianggap expert dalam menyikapi kebijakan berkaitan dengan potensi unggulan. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapatkan bukan dari sumber utama, melainkan dari pihak-pihak lain ataupun dari data dokumentasi atau arsip. Adapun data sekunder yang diperlukan untuk analisis penelitian adalah sebagai berikut: 1) Data sekunder didapatkan dari hasil analisis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banyuwangi menurut sektor ekonomi 2000-2015 atas dasar harga konstan (ADHK) Tahun 2000. 8 7 Bungin, B. Metode Penelitian Kuantitatif. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008). 23. 8 BPS Jawa Timur. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 1997-2000, BPS Propinsi Jawa Timur. 2001. Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah 89

90 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Banyuwangi 2) Data sekunder didapatkan dari hasil analisis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Timur menurut sektor ekonomi 2000-2015 atas dasar harga konstan (ADHK) Tahun 2000. 5. Analisis Data a. Location Quotient (LQ) LQ ik = V ik /V k V ip /V p Dimana: V ik = Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi k (kabupaten/kotamadya misalnya) dalam pembentukan Produk Domestik Riil (PDRB) daerah studi k. V k = Produk Domestik Regional Bruto total semua sektor di daerah studi k. V ip = Nilai output (PDRB) sektor i daerah studi p (propinsi misalnya) dalam pembentukan Produk Domestik Riil (PDRR) daerah studi p. V p = Produk Domestik Regional Bruto total semua sektor di daerah referensi p. b. Tipologi Klassen Analisis tipologi klasen digunakan mengidentifikasikan posisi perekonomian daerah di Kabupaten Banyuwangi dengan memperhatikan perekonomian daerah yang diacunya yaitu Provinsi Jawa Timur. Mengidentifikasikan sektor, subsektor, usaha, atau komoditi unggulan suatu daerah. c. Analisis Shift-Share 1) Analisis shift-share dilakukan pada data Tahun 2000 sampai dengan 2015 2) Cara menganalisis Perubahan suatu variabel PDRB Kabupaten Banyuwangi dan Jawa Timur menurut Analisis Shift-share Klasik. D ij = N ij + M ij + C ij Dimana: D ij = Perubahan suatu variabel regional sektor i di wilayah j dalam kurung waktu tertentu; N ij = Komponen pertumbuhan nasional sektor i di wilayah j M ij = Bauran sektor i di wilayah j

C ij = Keunggulan sektor i di wilayah j Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah 91 D. Hasil Penelitian 1. Analisis Tipologi Klassen Pada hasil analisis Tipologi Klassen Tahun 2000-2014 sektorsektor PDRB ADHK di Kabupaten Banyuwangi dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Sektor maju dan tumbuh pesat (sektor prima) adalah Sektor Pertanian, sektor inilah yang sebaiknya mendapatkan perhatian yang lebih dari Pemerintah Daerah untuk dikembangkan. b. Sektor maju tapi tertekan (Sektor Potensial) adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, dan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa perusahaan. c. Sektor yang berpotensi untuk Berkembang adalah sektor Kontruksi; Listrik, gas, dan air bersih; dan Industri Pengolahan. d. Sektor tertinggal di Kabupaten Banyuwangi adalah Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; dan Jasajasa. 2. Shift Share Analisis Shift-share diterapkan untuk mengkaji pergeseran struktur perekonomian daerah di Kabupaten Banyuwangi dengan memperhatikan perekonomian Provinsi Jawa Timur sebagai acuan/referensi. Nilai PDRB sektoral Kabupaten Banyuwangi telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut tumbuh sebesar Rp. 8.056.426.430.000,- atau 8,056 Triliun rupiah atau sekitar 126,0 persen, sedangkan perekonomian Provinsi Jawa Timur tumbuh sebesar Rp. 242.025.656.560.000,- atau 242,026 Triliun rupiah atau sekitar 119,3 persen. Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh komponen pertumbuhan nasional (N ij ), bauran industri (M ij ), dan keunggulan kompetitif (C ij ). Menurut perhitungan komponen pertumbuhan di Provinsi Jawa Timur telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi sebesar Rp. 7.628.142.160.000,- atau sekitar 7,628 Triliun rupiah atau sekitar 94,70%. Hal ini dikarenakan masih ada dua komponen lain yang memberikan pengaruh yaitu bauran industri dan keunggulan kompetitif. Adapun pengaruh pertumbuhan

92 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur terhadap perekonomian di Kabupaten Banyuwangi dapat diamati pada Grafik 4.1 berikut. Komponen bauran industri menyatakan besarnya perubahan perekonomian wilayah akibat adanya bauran industri. Hasil analisis menunjukkan bahwa bauran industri memberikan pengaruh negatif bagi perkembangan perekonomian di Kabupaten Banyuwangi, yaitu sebesar -Rp. 726.725.610.000,- atau 726,7 Milyar atau -9,02%. Nilai negative mengindikasikan bahwa komposisi sektor pada PDRB Kabupaten Banyuwangi cenderung mengarah pada perekonomian yang akan tumbuh relative lambat. Sektor-sektor yang dipengaruhi bauran industri dapat diperhatikan pada Grafik 4.2 berikut. Grafik 4.2 Bauran Industri (Mij) Jasa-jasa Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Pengangkutan dan Komunikasi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Konstruksi Listrik, Gas, dan Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan dan Penggalian Pertanian Pada Grafik 4.2 dapat dilihat sektor-sektor yang mendapat pengaruh bauran industri, yaitu: a. Pertanian; b. Pertambangan dan penggalian; c. Industri Pengolahan; d. Listrik, Gas, dan Air bersih; dan Konstruksi; e. Kontruksi;

f. Jasa-jasa. Sementara itu, output yang dihasilkan dari bauran industri (industry mix) dalam perekonomian di Kabupaten Banyuwangi sebagai hasil interaksi antar kegiatan industri dimana adanya aktivitas-aktivitas yang saling berhubungan satu sama lain dan menyerupai aktivitas-aktivitas yang lain sebagian besar berdampak negatif. Namun ada beberapa sektor ekonomi yang memiliki dampak bauran yang positif dalam perekonomian Kabupaten Banyuwangi, yaitu: a. Perdagangan, hotel dan restoran; b. Pengangkutan dan Komunikasi; c. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Perhitungan komponen keunggulan kompetitif dengan menggunakan analisis Shift-share Klasik menghasilkan nilai keunggulan kompetitif sebesar Rp. 1.153.609.882.000- atau 1,154 Triliun rupiah atau sebesar 14,32 persen. Ini mengindikasikan bahwa keunggulan kompetitif yang dihasilkan akan menambah perkembangan perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Sektor yang memiliki nilai keunggulan kompetitif (lihat Cij yang positif) dapat diamati dari Grafik 4.3 berikut. Grafik 4.3 Keunggulan kompetitif (Cij) Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah 93 Jasa-jasa Pengangkutan dan Komunikasi Konstruksi Industri Pengolahan Pertanian -1000000-500000 0 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 Pada Grafik 4.3 teranalisis bahwa keunggulan kompetitif perekonomian di Kabupaten Banyuwangi yaitu. a. Pertanian; b. Industri Pengolahan; c. Listrik, Gas, dan Air; d. Konstruksi. Keempat sektor ekonomi di Kabupaten Banyuwangi tersebut selama periode pengamatan telah menunjukkan tingkat kekompetitifan yang semakin tinggi dibandingkan dengan sektor

94 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Banyuwangi yang sama di tingkat perekonomian Provinsi Jawa Timur. Nilai Cij yang negative mengindikasikan bahwa sektor ekonomi tersebut mengalami penurunan competitiveness relative terhadap sektor yang sama di tingkat Provinsi. Sektor yang mengalami penurunan competitiveness periode pengamatan di Kabupaten Banyuwangi adalah: a. Pertambangan dan Penggalian; b. Perdagangan, Hotel dan Restoran; c. Pengangkutan dan Komunikasi; d. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; e. Jasa-jasa. Dengan menggunakan analisis shift-share diketahui bahwa selama kurung waktu 2000-2014, PDRB Kabupaten Banyuwangi mengalami pertambahan nilai absolute atau mengalami kenaikan kinerja perekonomian daerah sebesar Rp. 8.055.026.430.000,- atau sekitar 8,055 Triliun. Hal ini dapat dilihat dari nilai Dij yang positif pada seluruh sektor. 3. Analisis Location Quotient (LQ) Sektor basis dalam suatu perekonomian bisa dianalisis dengan menggunakan analisis LQ. Dengan analisis LQ, pertama-tama secara arbiter menentukan sektor-sektor ke dalam kategori ekspor (misalnya industri pengolahan dan pertanian) atau ke dalam sektor lokal bukan basis (misalnya listrik, gas, dan air minum, perbankkan, jasa pemerintah, dan sebagainya). Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa jika suatu daerah lebih berspesialisasi daripada daerah yang bersangkutan dalam memproduksi suatu produk, maka daerah tersebut akan mengekspor barang tersebut ke daerah lain di dalam wilayah tersebut. Asumsi lain yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa perekonomian merupakan sebuah perekonomian tertutup. Teknik LQ memiliki fungsi membantu menyoroti secara relative ketidakefisienan daerah dalam kegiatan ekonomi, membantu dalam memfokuskan pada barang-barang pengganti atau produkproduk impor potensial dengan perluasan ekspor yang potensial, menyediakan suatu indikasi dari industri yang perlu dipelajari lebih lanjut. Berlaku ketentuan, bahwa jika: 1) LQ ij > 1: Daerah Kabupaten Banyuwangi berspesialisasi dalam memproduksi sektor i dibandingkan sektor i Provinsi Jawa Timur;

Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah 95 2) LQ ij <1: Daerah Kabupaten Banyuwangi tidak berspesialisasi dalam memproduksi sektor i dibandingkan sektor i Provinsi Jawa Timur; 3) LQ ij = 1: Baik daerah Kabupaten Banyuwangi maupun Provinsi Jawa Timur berspesialisasi dalam memproduksi sektor i; Hasil analisis rerata LQ PDRB Kabupaten Banyuwangi menurut lapangan usaha Tahun 2000-2014 ADHK 2000 dan PDRB Provinsi Jawa Timur menurut lapangan usaha Tahun 2000-2014 ADHK 2000 sebagai berikut: Grafik 4.4 Nilai Rerata Location Quotient (LQ) Tahun 2000-2014 2.91 2.11 0.25 0.31 0.25 0.83 0.74 1.19 0.64 Terdapat 3 sektor dan 13 subsektor yang memiliki nilai LQ>1, adapun penyebaran nilai LQ sesuai sektor dan subsektor adalah sebagai berikut. Grafik 4.5 Nilai Location Quotient (LQ) Menurut Sektor Tahun 2014 16% Pertanian 32% 52% Pertambangan dan Penggalian Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Hasil analisis pada Grafik 4.4 terlihat bahwa sektor tradisional (primer-pertanian) lebih potensial dibandingkan sektor lainnya. Sektor unggulan yaitu sektor yang memiliki nilai LQ>1 terdiri dari: a. Pertanian; b. Pertambangan dan penggalian; c. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.

96 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Banyuwangi Jadi Kabupaten Banyuwangi berspesialisasi dalam memproduksi sektor dengan nilai LQ>1 dari pada sektor yang sama di Provinsi Jawa Timur. Sektor pertanian merupakan sektor yang masih berperan penting dan potensial terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi, terlihat dari kontribusinya yang dominan (LQ>1) terhadap pendapatan daerah, dilanjutkan dengan sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sedang sektor yang bernilai LQ<1 adalah sektor yang tidak berspesialisasi dalam memproduksi sektor tersebut dibandingkan dengan sektor serupa di Provinsi Jawa Timur. E. Kesimpulan Sektor Unggulan di Kabupaten Banyuwangi dapat dikategorikan sebagai berikut: 1) Sektor maju dan tumbuh pesat (sektor prima) adalah Sektor Pertanian, sektor inilah yang sebaiknya mendapatkan perhatian yang lebih dari Pemerintah Daerah untuk dikembangkan; 2) Sektor maju tapi tertekan (Sektor Potensial) adalah sektor Pertambangan dan Penggalian, dan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa perusahaan; 3) Sektor yang berpotensi untuk Berkembang adalah sektor Kontruksi; Listrik, gas, dan air bersih; dan Industri Pengolahan; 4) Sektor tertinggal di Kabupaten Banyuwangi adalah Perdagangan, Hotel, dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; dan Jasa-jasa. Perhitungan komponen keunggulan kompetitif dengan menggunakan analisis Shift-share Klasik menghasilkan nilai keunggulan kompetitif sebesar Rp. 1.153.609.882.000- atau 1,154 Triliun rupiah atau sebesar 14,32 persen. Ini mengindikasikan bahwa keunggulan kompetitif yang dihasilkan akan menambah perkembangan perekonomian Kabupaten Banyuwangi. Sektor tradisional (primer-pertanian) lebih potensial dibandingkan sektor lainnya. Sektor unggulan yaitu sektor yang memiliki nilai LQ>1 terdiri dari: 1) Pertanian; 2) Pertambangan dan penggalian; 3) Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan. Sektor pertanian merupakan sektor yang masih berperan penting dan potensial terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Banyuwangi. Daftar Pustaka BPS. Banyuwangi Dalam Angka 2011, Banyuwangi, BPS Kabupaten Banyuwangi. 2011.

Nur Anim Jauhariyah & Nurul Inayah 97 BPS. Banyuwangi Dalam Angka 2014, Banyuwangi, BPS Kabupaten Banyuwangi. 2014. BPS Jawa Timur. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 1997-2000. BPS Propinsi Jawa Timur. 2001. BPS Jawa Timur. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 1998-2001. BPS Propinsi Jawa Timur. 2002. BPS Jawa Timur. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 2000-2003. BPS Propinsi Jawa Timur. 2004. BPS Jawa Timur. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 1997-2000. BPS Propinsi Jawa Timur. 2001. BPS Jawa Timur. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 2000-2004. BPS Propinsi Jawa Timur. 2005. BPS Jawa Timur. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 2000-2008. BPS Propinsi Jawa Timur. 2009. BPS Jawa Timur. PDRB Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Aneka Surya. 2011. BPS Jawa Timur. Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Timur 2010-2014. BPS Propinsi Jawa Timur. 2015. Brojonegoro PS, Bambang. AHP (the Analytical Hierarchy Process). Pusat Antar University: Studi Ekonomi Universitas Indonesia. 1992. Bungin, B. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2008. Kuncoro. Mudrajat. Otonomi dan Pembangunan Daerah; Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang. Jakarta: Erlangga. 2004. Kuncoro, Mudrajad. Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah, dan Kebijakan. Jogjakarta: UPP STIM YKPN. 2006. Mankiw, Grogory. Teori Makro Ekonomi Intermediate. Edisi Kelima. Yogyakarta: Penerbit Erlangga. 2001. Sjafrizal. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Padang: Baduose Media. 2008. Widodo. Perencanaan Pembangunan: Aplikasi Komputer. Jogjakarta: UPP STIM YKPN. 2006.

98 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan di Kabupaten Banyuwangi