BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang. Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa yang dimaksud pekerja/buruh adalah

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH AKADEMIK PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROPINSI PADA PERUSAHAAN PENAMBANGAN PASIR NANDO GEMILANG DI CANGKRINGAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk tenaga kerja.tenaga kerja sebagai pelaksana. dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. rakyatnya, hal tersebut tertuang dalam Pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. kerja baik antara pelanggan/klien (customer) dengan pengusaha jasa

BAB I PENDAHULUAN. maupun spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara. sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaaan.

BAB I PENDAHULUAN. keluarganya dengan cara pemberian upah yang sesuai dengan undang-undang dan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini masih menemui banyak kendala sebagai akibat dari belum terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Di era modernisasi ini banyak terjadi perubahan dalam bidang ilmu sosial, ilmu

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 561.4/51/2007 TENTANG UPAH MINIMUM PADA 35 (TIGA PULUH LIMA) KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman dewasa ini, Indonesia mengalami berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi fisik bahkan kondisi sosial penyandang disabilitas pada

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.102 /MEN/VI/2004 TENTANG WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR

I. PENDAHULUAN. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja untuk orang lain karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kata bekerja sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup

3988/XII/Tahun 2009 PENETAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI SULAWESI SELATAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan nasional yang dilaksanakan dalam pembangunan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 113 TAHUN 2011 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pengusaha yang kedudukannya lebih kuat sehingga para

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Tahun 2000). Sekitar satu dasa warsa lalu, jumlah. laju pertumbuhan penduduk selama 10 tahun terakhir,

KEPMEN NO. 234 TH 2003

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

8. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri KEP.564/MEN/92 " 115 Tahun 1992 Ketenagakerjaan Daerah;

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

TINJAUAN PUSTAKA. Peran menurut Soerjono Soekanto (1982 : 60) adalah suatu sistem kaidah kaidah yang berisikan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di berbagai sektor usaha. Hal ini memberikan keuntungan bagi

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 65 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. dasar pembangunan yang harus didayagunakan semaksimal mungkin.

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan untuk meningkatkan kualitas buruh, dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Bali merupakan nama salah satu kota wisata di Indonesia. Kota ini

2017, No Tahun 2015 Nomor 237, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747); 3. Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kemen

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 561.4/78/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara normatif sebelum diatur dalam Undang-Undang Nomor 13

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI MALUKU UTARA NOMOR 167/KPTS/MU/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan orang lain dalam hubungan saling bantu-membantu memberikan

GUBERNUR PAPUA KEPUTUSAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 560/382/TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM DAN UPAH MINIMUM SEKTORAL PROVINSI PAPUA TAHUN 2017

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SYARAT-SYARAT PENYERAHAN SEBAGIAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KEPADA PERUSAHAAN LAIN. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat 2 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara. pernyataan tersebut menjelaskan bahwa negara wajib memberikan

KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 238 TAHUN 2006 TENTANG PENETAPAN UPAH MINIMUM DAN UPAH SEKTORAL PROVINSI PAPUA

BAB I PENDAHULUAN. penyedia jasa outsourcing atau penyedia tenaga kerja. 1. Meningkatkan konsentrasi bisnis. Kegiatan operasional telah

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga 1. Pekerja adalah setiap orang yang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global dan kemajuan teknologi yang sangat

KEPMEN NO. 234 TH 2003

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

WAKTU KERJA LEMBUR DAN UPAH KERJA LEMBUR DI PERUSAHAAN MENURUT HUKUM POSITIF

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kemampuannya sedangkan pengusaha memberikan kompensasi lewat

BAB I PENDAHULUAN. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. Pekerjaan

BAB III PENUTUP. Upaya hukum yang dilakukan pekerja outsourcing dalam. negosiasi terhadap atasan atau pengusaha PT. Vidya Rejeki Tama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemenuhan akan sarana transportasi saat ini merupakan kebutuhan pokok

BAB I PENDAHULUAN. jasa tenaga kerja atau sering disebut dengan perusahaan outsourcing.

HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IV) PERJANJIAN KERJA. copyright by Elok Hikmawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan ketenagakerjaan sebagai bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28D ayat (2) mengatur bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. tidak mendapat perlindungan sebagaimana mestinya. Dalam Pasal 27 ayat (2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum dapat diartikan sebagai norma hukum yakni norma yang dibuat

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

BAB I PENDAHULUAN. praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. 1. b. Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan.

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

KEPMEN NO. 231 TH 2003

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan guna

Hubungan Industrial. Proses Penentuan Upah, Dewan Pengupahan dan Kebutuhan Hidup Layak. Rizky Dwi Pradana, M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan, Pasal 9 Ayat (1) yang menegaskan : Pasal 2 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 Ayat (1) Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. pertama disebutkan dalam ketentuan Pasal 1601a KUHPerdata, mengenai

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun-ketahun menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia tersebut berada dalam keadaan yang tertekan. Aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu syarat keberhasilan pembangunan nasional kita adalah kualitas

BAB III PENUTUP. Yogyakarta terdapat beberapa penyimpangan yang telah dilakukan owner

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP.261/MEN/XI/2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dengan jumlah penduduk yang begitu besar, maka permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya dengan pembangunan di segala bidang kehidupan masyarakat, itu adalah demi mencapai sebuah cita-cita yaitu

BAB I PENDAHULUAN. unjuk rasa. Penanganan pengupahan ini tidak hanya menyangkut aspek teknis dan

BAB 2 TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

BERITA NEGARA. No. 948, 2016 KEMENAKER. Hidup Layak. Kebutuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III UPAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

1. Pasal 64 s.d Pasal 66 UU No.13 Tahun Permenakertrans RI. No.19 Tahun 2012 tentang Syarat- Syarat Penyerahan Sebagian PeKerjaan Kepada

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi bangsa Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa yang dimaksud pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. Secara umum dapat diketahui bahwa yang dicari oleh para pekerja/buruh adalah upah layak yang dapat dimanfaatkan untuk mempertahankan kelangsungan hidup beserta keluarganya. Besarnya upah yang diterima oleh para pekerja merupakan hasil musyawarah antara pengusaha dan pekerja dengan ukuran bahwa upah tersebut dapat bermanfaat untuk membeli barang-barang kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup para pekerja beserta keluarganya. Dengan demikian seorang pekerja/buruh dalam hubungan kerja ini tidak boleh melakukan tuntutan upah yang lebih dari yang telah dijanjikan dan telah disepakati oleh kedua belah pihak. Pasal 90 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Ketentuan mengenai upah minimum ini merupakan amanat yang harus dilaksanakan oleh para pengusaha, termasuk industri kecil. Menurut SK.No.370/KEP/2012 yang ditandatangani oleh Gubernur Yogyakarta,

2 disebutkan bahwa besarnya Upah Minimum Propinsi Yogyakarta tahun 2013 adalah sebesar Rp. 947.114 mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2013. Upah minimum tersebut ditetapkan oleh Gubernur untuk wilayah Propinsi, dan oleh Bupati/Walikota untuk wilayah Kabupaten/Kota, dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Propinsi atau Bupati/Walikota. Dalam hal ini pengusaha dilarang membayar upah pekerja/buruh lebih rendah dari upah minimum yang telah ditetapkan untuk masing-masing wilayah Propinsi, Kabutapen/Kota. Bagi pengusaha yang karena sesuatu hal tidak atau belum mampu membayar upah minimum yang telah ditetapkan dapat dilakukan penangguhan selama batas jangka waktu tertentu. 1 Kecamatan Cangkringan merupakan daerah yang banyak terdapat perusahaan penambangan pasir baik yang dimiliki oleh warganya maupun oleh warga pendatang yang bekerja sama dengan warga sekitar untuk mendirikan perusahaan penambangan pasir bersama. Bagi warga di Kecamatan Cangkringan, industri ini membawa dampak besar dalam kehidupan sosial ekonomi mereka, pekerja yang terserap bukan hanya berasal dari warga sekitar sendiri, tetapi juga melibatkan pekerja dari luar daerah Kecamatan Cangkringan. Salah satu perusahaan penambangan pasir itu adalah Perusahaan Nando Gemilang. Perusahaan ini mempunyai masalah pengupahan yang besarnya tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 1 Adrian Sutedi, SH, MH., 2009 Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, jakarta, Hal 143.

3 membayarkan upah kepada pekerja/buruh sesuai dengan Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Surat Keputusan Gubernur DIY SK.No.370/KEP/2012 Tentang Upah Minimum Propinsi. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas maka dilakukan penelitian tentang pengupahan yang besarnya tidak sesuai dengan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Surat Keputusan Gubernur DIY SK.No.370/KEP/2012 Tentang Upah Minimum Propinsi di Perusahaan Penambangan Pasir Nando Gemilang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Mengapa Perusahaan Penambangan Pasir Nando Gemilang tidak Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Surat Keputusan Gubernur DIY SK.No.370/KEP/2012 Tentang Upah Minimum Propinsi? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif Untuk mengetahui dan menganalisis kendala yang dihadapi perusahaan Nando Gemilang dalam pelaksanaan pemberian upah kepada pekerja/buruh yang tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan Surat Keputusan Gubernur DIY SK.No.370/KEP/2012 serta upaya apa yang dilakukan

4 oleh pekerja/buruh dalam hal tidak terpenuhinya hak-hak yang berupa upah, uang lembur dan berbagai tunjangan. 2. Tujuan Subyektif Untuk memperoleh data guna menyusun skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Hukum di Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan perkembangan pada ilmu hukum ketenagakerjaan dan perusahaan pada khususnya, terutama di bidang penerapan Upah Minimum Propinsi. 2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah khususnya pemerintah daerah Kabupaten Sleman, para pengusaha dan pekerja/buruh supaya dalam pelaksanaan penetapan Upah Minimum Propinsi dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak. 3. Bagi Peneliti agar mengetahui lebih mendalam tentang Hukum Ketenagakerjaan lebih khusus lagi. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan hasil karya asli, bukan suatu penelitian yang merupakan hasil kajian atau plagiat dari pihak lain. Menurut sepengetahuan penulis, judul dan rumusan masalah mengenai pelaksanaan ketentuan Upah

5 Minimum Propinsi di Kabupaten Sleman khususnya pada Perusahaan Penambangan Pasir Nando Gemilang di Cangkringan baru pertama kali diteliti. Apabila penulisan ini pernah diteliti oleh peneliti lain, maka penulisan hukum ini merupakan pelengkap dari hasil penelitian sebelumnya. F. Batasan Konsep 1. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 2. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. 3. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah. 4. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan atau jasa yang telah dan atau dilakukan. 5. Perusahaan adalah: a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang mempekerjakan

6 pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain; b. Usaha-usaha sosial dan usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain. G. Metode Penelitian Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat dalam penelitian ini, maka penelitian ini dilaksanakan dengan cara: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris yaitu merupakan penelitian yang berfokus pada perilaku masyarakat hukum. Sebagai sumber utama adalah narasumber dan responden melalui wawancara. Disamping itu untuk menunjang data yang diperlukan didalam penulisan hukum ini dipergunakan penelitian kepustakaan yaitu dengan cara mempelajari, menghimpun serta mencari buku yang mendukung penelitian ini. 2. Sumber Data Dalam penelitian hukum empiris, digunakan data primer sebagai data utama dan data sekunder sebagai data pendukung. a. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari narasumber atau responden tentang obyek yang diteliti yaitu wawancara dengan responden.

7 b. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi pustaka, yang meliputi: 1) Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer meliputi peraturan perundang-undangan, KUHPerdata, dan peraturan lain yang terkait dengan penulisan hukum. Peraturan perundang-undangan yang digunakan antara lain: a) Undang-Undang Dasar 1945 b) Kitab Undang-undang Hukum Perdata c) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan d) Surat Keputusan Gubernur DIY SK.No.370/KEP/2012 Tentang Upah Minimum Propinsi 2) Bahan Hukum sekunder Yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yang terdiri dari pendapat hukum, buku, hasil penelitian, artikel internet, dan lain-lain. 3. Metode pengumpulan data Penelitian hukum empiris, menggunakan metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian meliputi: a. Wawancara Wawancara yang digunakan adalah dengan wawancara guiding, yaitu wawancara dengan susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan

8 sebaik-baiknya sehingga dapat diperoleh data yang diinginkan. Wawancara dilakukan kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Sleman, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sleman, serta pimpinan Perusahaan Penambangan Pasir Nando Gemilang di Cangkringan Sleman. b. Studi kepustakaan Studi kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data atau artikel-artikel yang berkaitan dengan perusahaan penambangan pasir dan tenaga kerja yang ada di dalamnya dari buku-buku, dan sumber-sumber yang dapat dipercaya serta dapat dipertanggungjawabkan. 4. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Penambangan Pasir Nando Gemilang Dusun Jaranan Desa Argomulyo Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. 5. Populasi dan Sampel Populasi atau sampel adalah keseluruhan obyek yang menjadi pengamatan dalam peneliti. Populasi mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang sama. Metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu mengambil subjek atas adanya tujuan tertentu. 2 Jumlah pekerja di Perusahaan Penambangan pasir Nando Gemilang adalah 25 (dua pulih lima) orang. Dengan demikian maka proses pengambilan 2 Suharsimi Arikunto, 1996, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, hlm, 127

9 responden adalah dengan menggunakan perbandingan 5:25 (lima responden dari dua puluh lima pekerja/buruh di Perusahaan Penambangan Pasir Nando Gemilang). 6. Narasumber dan Responden Wawancara dilakukan kepada narasumber, yaitu: a. Kepala Dinas Sosial, Ketenagakerjaan, dan Transmigrasi Kabupaten Sleman. b. Pimpinan Perusahaan Penambangan Pasir Nando Gemilang. c. Para pekerja/buruh yang bekerja di Perusahaan Penambangan Pasir Nando Gemilang. 7. Metode Analisis Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis secara kualitatif, artinya analisis data berdasarkan apa yang diperoleh di lapangan maupun kepustakaan baik secara lisan maupun tertulis, metode yang digunakan metode berpikir deduktif. Metode deduktif adalah metode berpikir dari hal-hal yang bersifat umum kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Dalam hal ini hasil penelitian di lapangan dan penelitian kepustakaan disusun secara sistematis sehingga saling melengkapi, kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai penerapan Upah Minimum Propinsi.

10 H. Sistematika Penelitian BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta metode penelitian dalam menyusun penulisan hukum ini. BAB II : PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan dari hasil penelitian yaitu berkaitan dengan pelaksanaan ketentuan Upah Minimum Propinsi pada Perusahaan Penambangan Pasir di Cangkringan Sleman. BAB III : PENUTUP Dalam bab terakhir ini terdiri atas dua sub bab yaitu sub bab pertama berupa kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang diperoleh dari hasil penelitian secara keseluruhan dan pada sub bab kedua berisi saran yang berhubungan dengan kesimpulan terakhir yang dicapai dari hasil penelitian hukum ini.