BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2014

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2012

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2014

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA UTARA TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2011

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2007

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan I Tahun 2012 Naik 3,84 Persen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2008

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Karimunjawa). Jarak dari Barat ke Timur adalah 263 km dan dari Utara ke

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

BPS PROVINSI JAWA TENGAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN PDRB TAHUN 2013 MENCAPAI 6,2 %

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2013

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

ESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ketertinggalan dibandingkan dengan negara maju dalam pembangunan

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Transkripsi:

104 BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN 4.1. Keadaan Umum Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU) dan 98-100 o Bujur Timur (BT), merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di Kawasan Palung Pacifik Barat. Daerah ini berbatasan dengan NAD (Nanggroe Aceh Darussalam) di sebelah Utara, Provinsi Riau dan Provinsi Sumatera Barat di sebelah Selatan, dan Samudera Indonesia di sebelah Barat. Provinsi dengan luas 71 680 km persegi secara geografis terbagi atas Wilayah Pantai Timur, Wilayah Dataran Tinggi, Wilayah Pantai Barat dan Wilayah Kepulauan. Wilayah Pantai Timur merupakan dataran rendah seluas 26 320 km persegi (36.8% dari luas Sumatera Utara) adalah daerah subur, kelembaban tinggi dengan curah hujan tinggi pula. Wilayah Dataran Tinggi dan Wilayah Pantai Barat seluas 45 320 km persegi (63.2%) sebagian besar merupakan wilayah pegunungan, memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi dan kontur tanah. Beberapa danau, air terjun, dan gunung berapi ada disini. Sebagian wilayahnya tercatat sebagai daerah gempa tektonik dan vulkanik (BPS Sumatera Utara 2004). 4.2. Perekonomian Daerah Sumatera Utara 4.2.1. Tingkat Perekonomian Tingkat perekonomian Sumatera Utara, yang diukur dengan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), secara nominal meningkat dalam beberapa tahun terakhir, namun secara real pencapaian tingkat perekonomian belum bisa

105 pulih seperti sediakala sebelum krisis ekonomi tahun 1997. PDRB real (ADHK 1993) tahun 1997 sebesar Rp.25.07 triliun, turun menjadi Rp.22.33 triliun tahun 1998, lalu naik sedikit tahun 1999 menjadi Rp.22.91 triliun. Angka ini naik terus hingga mencapai Rp.24.89 triliun tahun 2001, yang masih lebih rendah dibanding pencapaian tahun 1997 Krisis ekonomi nasional sejak tahun 1997, juga berdampak negatif terhadap perekonomian Sumatera Utara. Pertumbuhan ekonomi dalam beberapa tahun terakhir ini belum bisa pulih seperti tingkat pertumbuhan sebelum krisis. Tabel 11. Perbandingan PDRB Sumatera Utara dan PDB Indonesia tahun 1990-2003 Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Atas Dasar Harga berlaku Indonesia Sumut (triliun (triliun rupiah) rupiah) 213.57 10.39 248.87 11.69 283.77 13.94 329.77 15.66 382.22 19.01 454.51 23.08 532.57 28.02 627.69 34.01 955.75 50.71 1 099.73 61.96 1 282.02 67.66 1.490.97 76.74 1699.70 79.80 1903.67 83.00 Sumber: BPS Sumataera Utara (2004) Atas Dasar Harga Konstan 1993 Indonesia Sumut (%) (triliun (triliun rupiah) rupiah) (%) 4.9 271.97 13.23 4.9 4.7 291.56 13.70 4.7 4.9 309.66 15.21 4.9 4.7 329.77 15.66 4.7 5.0 354.64 17.64 5.0 5.1 383.79 19.49 5.1 5.3 413.8 21.77 5.3 5.4 433.25 25.07 5.8 5.3 376.37 22.33 5.9 5.6 379.35 22.91 6.0 5.2 397.93 24.02 6.0 5.1 411.13 24.89 6.0 4.7 424.69 25.06 5.9 4.4 443.81 25.74 5.8 Pada tahun 2001 misalnya tingkat pertumbuhan ekonomi hanya 3.65% lebih kecil dari tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 1996 sebesar 9.01%, atau

106 Tabel 12. Laju Pertumbuhan PDRB Sektoral Sumatera Utara Tahun 1990-2003 Tahun Tamb & Galian Industri List. Gas & Air Pertanian Konstruksi Perd. Hot & Resto Angkt Dan Kom Bank, LKBB Jasa-jasa (%) PDRB Sumut 1990 7.91 8.89 8.48 8.95 5.20 19.15 6.07 15.00 9.53 9.08 1991 8.02 8.70 9.01 11.63 4.60 14.75 8.86 12.81 7.55 9.09 1992 7.85 8.60 8.75 9.5 4.45 18.15 6.57 13.39 9.03 9.78 1993 8.13 8.67 8.92 10.56 5.02 10.34 8.08 14.08 7.65 9.09 1994 7.22 8.96 7.75 7.95 4.45 20.15 5.57 14.39 9.30 9.48 1995 8.61 8.69 9.21 14.63 6.02 9.34 8.68 12.8 7.95 9.09 1996 8.71 0.72 9.25 13.59 12.65 8.76 8.48 10.51 9.56 9.01 1997 8.98-37.95 3.77 38.53 8.74 5.53 7.37 5.56 7.76 5.7 1998 2.1-17.78-16.56 4.26-16.17-17.86 17.68-14.57-8.81-10.9 1999 5.69-2.69-0.08 3.98 1.41 3.41 3.16-1.80 0.55 2.59 2000 4.52 11.38 3.5 6.15 6.35 3.35 8.12 9.68 3.28 4.83 2001 3.31-6.47 4.39 7.28 4.01 3.67 6.80 1.91 1.77 3.65 2002 3.92 5.38 3.95 6.71 5.18 3.51 5.76 7.68 3.28 4.03 2003 4.03 4.23 4.05 6.55 5.08 3.55 8.00 9.00 3.28 4.13 Sumber: BPS Sumatera Utara (2004), Pemda dan BAPPEDASU (2004)

107 5.70% tahun 1997. Pada tahun 2003 pertumbuhan ekonomi mencapai angka 4.13%, suatu angka pertumbuhan yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang hanya 4.03% (Tabel 12). Menurut BPS Provinsi Sumatera Utara (2004), sumber-sumber pertumbuhan empat tahun terakhir (2000-2003) itu terutama berasal dari sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dan Angkutan dimana sektor yang pertama tersebut pada tahun 2001 bertumbuh sebesar 7.28% dan sektor Angkutan dengan tingkat pertumbuhan 6.80%. Penyumbang terbesar terhadap PDRB provinsi Sumatera Utara adalah sektor Pertanian, Industri dan Perdagangan Hotel dan Restotan. Ketiga sektor ini pada tahun 2000 menyumbang 76.82% terhadap PDRB Sumatera Utara. Sedangkan pada tahun 2001 menyumbang 76.55% dan tahun 2003 menyumbang 78% (Tabel 13). Sektor pertanian tidak saja sebagai penyumbang PDRB kedua terbesar setelah sektor industri, namun juga sebagai penyerap tenaga kerja terbesar (diatas 50%) hingga kini, bandingkan sektor industri hanya menyerap tenaga kerja kurang dari 10%. Nampak disini adanya ketimpangan pendapatan yang cukup besar antara sektor pertanian dengan sektor industri. Sedangkan sektor perdagangan sebagai penyumbang PDRB ketiga terbesar (18% - 20%) menyerap tenaga kerja cukup proporsional yaitu antara 14% - 18%. Diduga sektor ini dapat menjadi sektor andalan dalam hal distribusi pendapatan perekonomian Sumatera Utara, karena sumbangannya terhadap PDRB proporsional dengan kemampuannya menyerap tenaga kerja.

108 Tabel 13. Struktur Perekonomian Sumataera Utara Tahun 1990-2003 Tahun Pertanian Tamb & Galian Industri Listrik, G dan Air Bangunan Perdag, Hot dan Resto Ang & Kom Bank, LKBB Jasajasa (persen) PDRB Sumut 1990 25.82 2.56 25.54 0.93 4.37 18.34 8.83 7.10 6.51 100 1991 24.35 2.72 24.85 0.91 4.18 18.45 8.55 8.98 7.01 100 1992 25.72 2.23 26.95 0.96 4.36 17.90 8.25 7.22 6.41 100 1993 25.00 2.53 27.03 0.90 4.40 19.40 8.30 6.05 6.39 100 1994 25.32 2.54 25.49 0.88 4.32 18.95 8.78 7.15 6.56 100 1995 24.85 2.74 26.35 0.91 4.23 18.83 8.6 6.88 6.6 100 1996 25.00 2.21 27.08 1.01 4.41 18.8 8.25 6.76 6.46 100 1997 25.71 1.38 26.68 1.01 4.21 19.57 8.09 6.76 6.49 100 1998 26.38 1.61 29.42 0.83 4.00 20.45 6.03 4.86 6.43 100 1999 31.53 1.36 27.13 0.80 3.69 19.74 5.39 4.02 6.34 100 2000 30.52 1.75 26.89 0.93 4.17 19.41 5.60 4.18 6.55 100 2001 31.00 1.45 26.36 1.04 4.32 19.29 5.78 4.25 6.51 100 2002 31.27 1.65 26.77 0.98 4.25 19.39 5.69 4.22 6.49 100 2003 30.55 1.60 28.09 1.03 4.30 19.40 5.73 4.29 6.54 100 Sumber: BPS, Sumatera Utara Dalam Angka (2004)

109 Transformasi struktural ekonomi telah terjadi khususnya sejak awal periode penelitian (1991) hingga tahun 1998 dimana peranan PDRB sektor Industri telah melampaui PDRB sektor Pertanian. Namun setelah krisis ekonomi (1999) hingga tahun 2003 peranan sektor industri meurun dan lebih kecil dari peranan sektor pertanian. Nampaknya kebijakan desentralisasi fiskal belum mampu mengembalikan transformasi struktur perekonomian kembali ke posisi sebelum krisis ekonomi. Namun menurut Pakasi (2005) di Sulawesi Utara tahun 2005-2007 mendatang diharapkan bahwa terjadi transformasi struktural dimana peranan sektor industri terhadap PDRB meningkat dari 18.7% tahun 2005 naik menjadi 19.1% tahun 2006 dan 19.5% pada tahun 2007 seiring dengan kebijakan desentralisasi fiskal. 4.2.2. Kinerja Perdagangan Luar Negeri Menurut BPS Sumatera Utara (2004) perdagangan luar negeri dalam beberara tahun terakhir khususnya pasca krisis ekonomi tahun 1997, mengalami penurunan. Pada tahun 2001 surplus perdagangan luar negeri Sumatera Utara tercatat hanya sebesar 2.73 milyar US$. Keadaan tadi lebih rendah dari surplus tahun 2000 yang sebesar 1.85 milyar US$ dengan penurunann sebesar 13.74%, namun turun kembali tahun 2002 menjadi 1.57 milyar US $ dan naik kembali menjadi 2.44 milyar US $ tahun 2003. Fluktuasi neraca perdagangan sejak tahun 1990 hingga tahun 2003, disebabkan oleh antara lain oleh kenaikan nilai impor yang tidak diikuti oleh kenaikan nilai ekspor. Menurut BPS Sumatera Utara (2004) nilai ekspor Sumatera Utara mengalami penurunan. Penurunan tersebut antara lain disebabkan oleh

110 menurunnya nilai tukar rupiah dan menurunnya nilai komoditas ekspor di pasaran internasional. Komoditi industri merupakan ekspor terbesar Sumatera Utara. Pada tahun 1990 nilai ekspor komoditi industri sebesar 1938 milyar US $ (75%), pada tahun 2001 nilai ekspor komiditi industri mencapai 1.618 milyar US$ atau sekitar 70.51% dari total nilai ekspor pada tahun 2003 menjadi 1922 milyar US $ (74%). Ekspor komoditi pertanian tahun 1990 sebesar 641 juta US $ (24.8%), pada tahun 2001 sebesar 666 juta US $ (29.2%), lalu pada tahun 2003 ekspor komoditi pertanian adalah 664 juta US $ (25.6 %). Tujuan utama ekspor adalah Asia, Uni Eropa, lalu disusul oleh Asean dan Amerika Utara. Pada Tahun 2001 misalnya ekspor Ke Uni Eropa sebesar 604 US$ atau sekitar 26.33%, sedangkan ke kawasan Asean sebesar 409 juta US$ atau sekitar 17.84%, sedangkan ke kawasan Asia lainnya sebesar 588 juta US$ atau sekitar 25.62% ( BPS Sumatera Utara 2004). Pada tahun 2002 nilai ekspor ke masing-masing tujuan negara yang sama adalah masing-masing 625 juta US $ ke Uni Eropa, 456 juta US $ ke ASEAN, sedangkan ke ASIA lainnnya adalah 653 juta US$. Pada tahun 2003 kondisi tersebut tidak jauh berbeda dimana masing-masing nilai ekspor adalah 624 juta US ke Eropah, 457 juta Us $ ke ASEAN dan 655 juta US $ ke ASIA lainnya. Komoditi impor pada umumnya adalah bahan baku/penolong, barang konsumsi, dan barang modal. Nilai impor tahun 1990 adalah 1 259 juta US $ turun pada tahun 1997 menjadi sebesar 1 025 juta US$, tahun 1998 turun menjadi sebear 416 juta US$, lalu naik menjadi 700 juta US$ tahun 1999 dan naik lagi menjadi 1 362 juta US $ tahun 2003 (BPS Sumatera Utara 2004).

111 4.2.3. Pembangunan Ekonomi Makro Pengalaman sejak krisis ekonomi, tuntutan reformasi, desentralisasi ekonomi, dan sikap antisipatif terhadap perkembangan ekonomi regional, nasional dan global serta pemulihan ekonomi, Propeda Provinsi Sumatera Utara 2001-2005 menggariskan pokok-pokok agenda pembangunan makroekonomi daerah sebagai berikut; 1. Pemulihan pertumbuhan ekonomi secara bertahap menuju ketingkat pertumbuhan sebelum krisis dengan memperhatikan keseimbangan kontribusi sektoral dan penguatan struktur perekonomian Sumatera Utara yang kompetitif dan berorietasi global. 2. Membangun sektor-sektor produksi secara seimbang dengan mengupayakan keterkaitan antar sektor. Sektor industri dan pertanian harus saling mendukung menjadi sektor andalan yang mempunyai keunggulan kompetitif. Pembangunan pembangunan agroindustri hulu dan hilir yang memperkuat perkembangan sektor pertanian dan peningkatan nilai tambah produk-produk pertanian. 3. Pembangunan ekonomi yang berpihak kepada ekonomi kerakyatan, dengan tetap memperhatikan pemerataan pendapatan, kesempatan berusaha, kesempatan kerja dengan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang memadai dan pelestarian lingkungan hidup dan sumberdaya alam terbarukan. 4. Meningkatkan produktifitas dan efisiensi sektor-sektor produksi. 5. Penyeimbangan pertumbuhan ekonomi antar wilayah antar daerah

112 kabupaten/kota, antara lain melalui kerjasama perencanaan dan kegiatan ekonomi lintas kabupaten/kota. 4. Meningkatkan investasi baik PMDN maupun PMA.