PENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENDEKATAN SCIENCE ENVIRONMENT TECHNOLOGY AND SOCIETY (SETS) TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH DAN KETERAMPILAN PROSES IPA SISWA SMP

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I Pendahuluan. Internasional pada hasil studi PISA oleh OECD (Organization for

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang dilaksanakan guru dan siswa secara bersama-sama. Inti dari

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan proses kejiwaan yang menghubung-hubungkan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi

BAB I PENDAHULUAN. sangat banyak. Tuntutan tersebut diantaranya adalah anak membutuhkan

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat. Hal ini tidak terlepas dari peranan dunia

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan salah satu komponen dalam dunia pendidikan yang. yang dilaksanakannya. Guru membangun pembelajaran untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan ranah pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip dasar pembelajaran IPA antara lain adalah prinsip keterlibatan, prinsip

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok, serta belajar berinteraksi dan berkomunikasi. dapat dilakukan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

I. PENDAHULUAN. kehidupan. Setyawati (2013:1) menyatakan bahwa peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Prima Mutia Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator. Pertama, lulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN. sikap, dan teknologi agar siswa dapat benar-benar memahami sains secara utuh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Laela Ngasarotur Risfiqi Khotimah Partono Pendidikan Fisika FKIP Universitas Muhammadiyah Metro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran kimia menekankan pada pembelajaran pengalaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan seorang akan menjadi manusia yang berkualitas. UU No 20 tahun

I. PENDAHULUAN. informasi, ide, keterampilan, nilai, dan cara berpikir. Proses pembelajaran. siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan belajar yang nyaman dan penggunaan pendekatan yang relevan dan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upayaupaya

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mempelajari fenomena alam dan segala sesuatu yang terjadi di alam. IPA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu yaitu menjadikan peserta didik menjadi insan-insan cendikia yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

PENERAPAN MODEL GRUP INVESTIGASI BERVISI SETS DI SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

I. PENDAHULUAN. beralasan apabila pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebihlebih. bagi kalangan pendidik maupun calon pendidik.

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat sesuai dengan kebutuhan hidup manusia yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB I PENDAHULUAN Etty Twelve Tenth, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks sehingga pendidikan sebagai titik acuan untuk meningkatkan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. tercapai sebagaimana yang diinginkan. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu

Siti Solihah, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memberikan. kemampuan yang dapat memecahkan masalah atau isu-isu yang beredar.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya manusia yang bermutu. lagi dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia bangsa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

Transkripsi:

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pada abad 21 menuntun masyarakat agar memiliki keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st Century Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki oleh masyarakat abad 21. Keenam kompetensi tersebut yaitu kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama, kemampuan mencipta dan membaharui, literasi teknologi informasi dan komunikasi, kemampuan belajar kontekstual serta kemampuan informasi dan literasi media. Faktanya, di Indonesia keenam kompetensi tersebut belum tercapai dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei TIMSS tahun 2011 yang menunjukkan bahwa rata-rata prestasi sains yaitu sebesar 406. Hal ini berarti rata-rata siswa Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah dasar-dasar sains tetapi belum mampu menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak, serta kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia masih rendah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keenam kompetensi tersebut yaitu melalui kegiatan pendidikan. Berdasarkan Permendiknas No 23 Tahun 2006, Standar Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan (SKL-SP) SMP/ MTs di antaranya ialah: siswa dapat mencari dan menerapkan informasi yang berasal dari lingkungan dan sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif, serta siswa dapat menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu 1

Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran yang dibelajarkan di satuan pendidikan SMP/ MTs, berperan penting dalam meningkatkan kemampuan penalaran, berpikir kritis, logis, kreatif, dan sistematis. Pembelajaran IPA memiliki peran dan peluang yang cukup besar untuk mempersiapkan manusia yang berkualitas dan berkompeten. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan lingkungan sekitar serta mampu mengembangkan lebih lanjut supaya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2010: 153). Perkembangan IPA bukan hanya ditandai oleh kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga ditandai dengan adanya metode ilmiah, kerja ilmiah, nilai, dan sikap ilmiah (Puskur, 2007: 12). Proses ilmiah yang ada dalam pembelajaran IPA terpadu dikenal dengan istilah keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains merupakan keterampilan siswa yang bersifat ilmiah yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri konsep-konsep baru. Keterampilan proses sains tersebut sangat dibutuhkan oleh siswa karena dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas siswa dalam belajar. Selain itu, siswa akan aktif mengembangkan dan menerapkan kemampuannya dalam memecahkan masalah sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berpikirnya. Menurut Piaget (Yatim, 2009: 124) siswa kelas VIII SMP (anak usia 11-15 tahun) berada pada tahap perkembangan operasional formal. Mereka 2

memiliki kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis mengenai cara pemecahan masalah. Kemampuan memecahkan masalah merupakan sesuatu yang sangat penting karena pada dasarnya tujuan akhir dari suatu pembelajaran ialah menghasilkan siswa yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memecahkan masalah yang kelak dihadapi di lingkungan masyarakat (Made Wena, 2010: 52). Selanjutnya menurut Sumaji (1998: 35) bahwa pembelajaran IPA hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam mengidentifikasi masalah sosial yang memiliki dasar IPA. Kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan, supaya siswa lebih peka terhadap masalah yang terjadi di lingkungan sekitar dan mampu menemukan solusinya. Pemecahan masalah merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan analisis-sintesis, dan evaluasi (Bloom dalam Yatim, 2009: 285). Kemampuan memecahkan masalah penting untuk dikembangkan karena sebagian besar kegiatan pembelajaran melibatkan proses pemecahan masalah. Selain itu, pemecahan masalah cocok dikembangkan karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif, dan inovatif. Hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar siswa seringkali tidak mampu menjawab pertanyaan yang tergolong penalaran. Siswa sulit menyelesaikan soal-soal yang menuntun jawaban selain di buku yang menjadi sumber belajar siswa. Selain itu hanya ada beberapa siswa yang aktif mengajukan pertanyaan kepada guru saat kegiatan pembelajaran, sementara siswa yang lain hanya aktif menjawab pertanyaan bila ditunjuk oleh guru. Fakta ini juga didukung 3

dengan data nilai rata-rata hasil UAS IPA kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 1 Banguntapan masih di bawah KKM, yaitu 63,16. Hal ini terjadi karena proses pembelajaran kurang melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah pada siswa dapat dikembangkan melalui keterampilan proses. Oleh karena itu diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat mendukung kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan proses IPA pada siswa. Keterampilan proses dalam IPA meliputi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terintegrasi. Salah satu guru IPA SMP N 1 Banguntapan mengatakan bahwa siswa lebih tertarik dengan kegiatan praktik, namun siswa seringkali kurang kondusif karena rasa ingin tahu mereka yang tinggi pada hal-hal baru. Selain itu, kegiatan praktikum tidak selalu dilakukan karena ketersediaan waktu pembelajaran tidak sebanding dengan materi IPA. Selain itu, guru sering merasa kesulitan dalam mengamati keterampilan proses yang muncul pada setiap siswa. Keterbatasan dalam pengamatan ini juga yang membuat keterampilan proses kurang menjadi sorotan, sehingga pembelajaran IPA kurang menekankan aspek-aspek keterampilan proses IPA. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa siswa masih terlihat bingung ketika melakukan kegiatan percobaan. Tidak semua anggota kelompok turut berperan aktif dalam melakukan percobaan maupun kegiatan diskusi. Masih ada beberapa siswa yang memiliki peran dominan dalam kelompok, sehingga banyak siswa yang hanya meniru jawaban teman satu 4

kelompoknya. Selain itu, sebagian besar siswa seringkali tidak memahami apa yang menjadi fokus pengamatan, kesulitan dalam menjawab pertanyaan diskusi yang biasanya menuntun siswa untuk menghubung-hubungkan variabel; menerapkan konsep pada situasi baru; serta kesimpulan yang siswa tuliskan di LKPD tidak sesuai dengan tujuan percobaan. Keterampilan proses perlu dikembangkan pada diri siswa untuk menuntun siswa menemukan konsep yang nantinya akan digunakan untuk memecahkan masalah. Pendekatan pembelajaran yang tidak tepat mengakibatkan pembelajaran kurang melibatkan proses ilmiah siswa sehingga kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa masih rendah. Ada berbagai macam pendekatan, model, dan metode yang cocok diterapkan oleh guru sebagai inovasi dalam pembelajaran IPA. Setiap pokok bahasan dalam IPA memiliki karakteristik yang berbeda sehingga diperlukan model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi tersebut. Hal ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya serta lebih peka terhadap isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat. Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa diantaranya karakteristik bidang studi, karakteristik materi pelajaran yang diajarkan, perangkat pembelajaran yang digunakan serta pendekatan yang diterapkan (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 139). Salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA ialah pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) atau dalam istilah bahasa Indonesia sering disebut dengan pendekatan 5

SALINGTEMAS. Pembelajaran dengan pendekatan SETS selalu dihubungkan dengan peristiwa nyata yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) dan komprehensif. Pendekatan SETS memungkinkan siswa supaya lebih aktif dalam memecahkan masalahmasalah lingkungan dengan menerapkan konsep-konsep IPA yang telah dipelajari sebelumnya. Dari hasil wawancara dengan guru IPA kelas VIII SMP N 1 Banguntapan juga menambahkan bahwa dengan pendekatan SETS siswa dapat memahami materi IPA secara utuh, karena ditinjau dari segi sains, lingkungan, masyarakat, dan teknologi. Akan tetapi Beliau mengaku hanya pernah mendengar pendekatan SETS namun belum pernah menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran karena tidak begitu memahami pendekatan ini. Menurut Yager (Nur Khasanah, 2015: 275), pembelajaran dengan pendekatan STM (Sains, Teknologi, dan Masyarakat) memiliki banyak karakteristik tersebut, diantaranya: (1) Identifikasi masalah-masalah; (2) Penggunaan sumber daya lokal untuk mencari informasi dalam memecahkan masalah; (3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam mencari informasi yang dapat diterapkan dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari; (4) Penekanan pada keterampilan proses untuk memecahkan masalah; (5) Identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak bagi masyarakat. Pendekatan SETS diharapkan mampu mengkondisikan siswa supaya dapat menerapkan prinsip IPA untuk menghasilkan karya beserta pemikiran untuk mengurangi atau mencegah kemungkinan munculnya dampak negatif 6

yang ditimbulkan dari produk yang dihasilkan terhadap masyarakat dan lingkungan. Sutarno (Isti, dkk., 2013: 58) menambahkan bahwa pendekatan SETS bertujuan agar peserta didik mengetahui cara menyelesaikan masalah yang timbul di masyarakat. Pembelajaran dengan pendekatan SETS dapat membuat siswa lebih memahami perkembangan IPA dan teknologi sehingga diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di lingkungan dan masyarakat. Materi IPA yang dapat dibelajarkan dengan pendekatan SETS yaitu bersifat kontekstual dan dapat dikaji dari segi sains, teknologi, masyarakat, dan lingkungan yang bisa dibelajarkan dengan pendekatan SETS, seperti materi energi dan pencemaran lingkungan Berdasarkan uraian tentang karakteristik pendekatan SETS, peneliti mencoba menerapkan pembelajaran dengan pendekatan SETS untuk mengetahui pengaruh pendekatan ini terhadap kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan proses IPA siswa SMP. Materi yang dibelajarkan dengan pendekatan SETS pada penelitian ini ialah materi energi. Materi energi dari sudut pandang sains, dilihat dari konsep-konsep energi seperti hukum kekekalan energi, energi potensial, energi kinetik. Pemanfaatan energi dalam bentuk teknologi seperti pemanfaatan energi listrik, energi angin sebagai pembangkit listrik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Selanjutnya akibat pemanfaatan teknologi dalam bidang energi ini akan memberikan dampak pada lingkungan. Oleh karena itu dalam penelitian ini dipilih materi energi karena bersifat kontekstual, dapat disajikan 7

melalui isu-isu atau masalah, dan dapat dikaji dengan empat unsur dalam SETS. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Menurut 21 st Century Partnership Learning Framework terdapat enam kompetensi atau keahlian yang harus dimiliki oleh masyarakat abad 21, Faktanya berdasarkan hasil TIMMS 2011 menunjukkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa Indonesia masih rendah. 2. Pembelajaran IPA menekankan pada produk, proses, sikap ilmiah, dan aplikasi. Namun faktanya proses pembelajaran IPA seringkali lebih menekankan pada aspek produk, yaitu penguasaan konsep IPA. 3. Pemilihan model, pendekatan, dan metode pembelajaran seharusnya disesuaikan dengan karakteristik materi IPA supaya pembelajaran IPA menjadi bermakna, namun sebagian besar guru IPA SMP menggunakan pendekatan yang sama pada setiap materi IPA. 4. Kemampuan memecahkan masalah pada siswa SMP kurang dikembangkan, seharusnya pada tahap operasional formal anak sudah mulai bisa merumuskan hipotesis untuk dapat memecahkan masalah. 5. Keterampilan proses pada siswa perlu dikembangkan supaya siswa mampu memecahkan masalah yang ada di lingkungannya. Namun banyak guru IPA yang kurang mengembangkan keterampilan proses IPA pada siswa. 8

C. Batasan Masalah Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, penelitian ini akan dibatasi pada poin 3, 4, dan 5 mengenai kemampuan memecahkan masalah, keterampilan proses IPA, dan pendekatan SETS. Penelitian ini berfokus pada pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) terhadap keterampilan proses IPA siswa SMP dengan materi Energi bagi Kehidupan di kelas VIII semester genap SMP N 1 Banguntapan Tahun Ajaran 2015/ 2016. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) terhadap kemampuan memecahkan masalah siswa SMP? 2. Apakah terdapat pengaruh pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) terhadap keterampilan proses IPA siswa SMP? 3. Apakah terdapat pengaruh pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) terhadap kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan proses IPA siswa SMP? 9

E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) terhadap kemampuan memecahkan masalah siswa SMP. 2. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) terhadap keterampilan proses IPA siswa SMP. 3. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan Science, Environment, Technology, and Society (SETS) terhadap kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan proses IPA siswa SMP. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan kontribusi yang positif bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Bagi Peneliti a. Memberikan gambaran yang nyata tentang penerapan pendekatan SETS dalam pembelajaran IPA. b. Memberikan gambaran tentang hubungan penerapan pendekatan SETS pada pembelajaran IPA terhadap kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan proses IPA siswa SMP. 2. Bagi Guru IPA a. Sebagai acuan dalam pemilihan pendekatan pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan karakteristik IPA. 10

b. Masukan tentang pemilihan penggunaan pendekatan pembelajaran yang efektif bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah siswa dan keterampilan proses IPA siswa. 3. Bagi Dunia Pendidikan Sebagai kajian dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan ilmu pengetahuan alam sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan dan prestasi ilmu pengetahuan alam peserta didik. 11