BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Skripsi ini akan mengupas mengenai alasan kebijakan luar negeri Uni Eropa memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina. Konflik tersebut terjadi disebabkan oleh gerakan separatis pro-rusia yang mulai menguasai wilayah Ukraina Selatan sampai Ukraina Timur. Tentunya menarik sekali bagi penulis melihat bahwa Uni Eropa sebagai Organisasi Regional yang sebagian besar mayoritasnya merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan dukungannya berupa bantuan uang dan militer kepada Ukraina yang notabene nya berada di wilayah Eropa Timur dan bukan termasuk ke dalam anggota Uni Eropa. Sebelum membahas lebih jauh lagi mengenai kebijakan luar negeri Uni Eropa dalam konflik wilayah di Ukraina, terlebih dahulu penulis akan membahas mengenai European Union atau yang disebut juga sebagai Uni Eropa. Uni Eropa merupakan sebuah organisasi regional yang terbentuk atas dasar-dasar kesepakatan bersama negara-negara Eropa sebagai wadah federasi ekonomi dan politik khususnya di Benua Eropa. Uni Eropa didirikan pada 1
tahun 1993 dengan penandatanganan perjanjian tentang Uni Eropa yang disebut sebagai Maastricht Treaty. Perjanjian Maastricht Treaty dibuat pada tanggal 7 Februari 1992 dan mulai berlaku pada tanggal 1 November 1993 dimana negara-negara yang tergabung dalam anggota Uni Eropa memiliki peran andil dalam memajukan kebijakan luar negeri secara signifikan yang telah dibuat untuk pembangunan Eropa. 1 Uni Eropa beranggotakan sebanyak kurang lebih 28 negara yang sebagian besar mayoritas anggotanya berasal dari Eropa Barat. Namun dalam membuat keputusan kebijakannya, Uni Eropa tergolong unik karena untuk dapat mengeluarkan sebuah kebijakan, harus melibatkan institusi-institusi Uni Eropa yaitu Komisi Eropa (The European Commission), Parlemen Eropa (The European Parliament), Dewan Eropa (Council of Minister). Pembuatan kebijakan oleh institusi-institusi Uni Eropa ditujukan untuk menyatukan negara-negara di Eropa dalam satu wadah kerjasama baik anggota Uni Eropa atau pun non Uni Eropa. Akhir-akhir ini, kebijakan yang diambil Uni Eropa mulai menaruh perhatiannya pada masalah-masalah yang ada di Eropa Timur. Salah satunya ialah konflik separatisme yang terjadi di Ukraina yang melibatkan Pemerintah Ukraina dengan gerakan separatisme pro-rusia di Ukraina. Konflik ini 1 Carina Etta Siahaan, Peran Uni Eropa Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Bagi Negara Anggota Dan Negara Non Anggota, Journal of International Law,Vol 1, No 3 (2013), hal 3 2
bermula ketika masa pemerintahan Presiden Ukraina Viktor Yanukovych menggagalkan kerjasama yang ditawarkan oleh Uni Eropa dan sebaliknya melakukan kerjasama dengan Rusia. 2 Aksi yang telah dilakukan oleh Presiden Ukraina tersebut menyebabkan masyarakat Kiev di Ukraina turun tangan melakukan aksi protes dan demo sehingga ia dijatuhkan dari pemerintahannya yang menolak kerjasama dengan negara-negara barat. Setelah jatuhnya masa pemerintahan Presiden Victor Yanukovych, lalu diangkatlah Petro Poroshenko sebagai Presiden Ukraina berikutnya. Pada masa pemerintahan Petro Poroshenko, Ukraina yang merupakan bekas dari bagian kesatuan Uni Soviet mulai menggiatkan kerjasamanya dengan negaranegara pro-barat dengan menandatangani kesepakatan kerjasama dengan Uni Eropa khususnya dalam bidang perekonomian. 3 Kerjasama yang telah dibentuk oleh Ukraina dan Uni Eropa ini menyebabkan kekecewaan yang dirasakan oleh Rusia dimana pihak Rusia menilai bahwa blok ekonomi yang terbentuk tersebut akan merugikan kepentingannya. Selain kekhawatiran dari pihak Rusia, masyarakat pro-rusia yang ada di Ukraina juga merasa khawatir akan pengaruh Barat serta hilangnya jaminan keamanan masyarakat pro-rusia di Ukraina pasca jatuhnya pemerintahan Presiden Viktor Yanukovych. Melihat hal tersebut Presiden 2 Adirini Pujayanti, Posisi Rusia dan Perkembangan Krisis Ukraina,Jurnal Hubungan Internasional, Vol. VI, No. 13/I/P3DI/Juli/2014, hal 5 3 Ibid 3
Rusia (Vladimir Putin) mengirimkan pasukan militer Rusia ke sejumlah daerah di Ukraina guna melindungi masyarakat berbasis pro-rusia tersebut. Akan tetapi, masyarakat pro-rusia yang ada di Ukraina tersebut cenderung bergerak melakukan aksi unjuk rasa atas dasar kekecewaan mengenai keputusan yang diambil oleh Presiden Petro Poroshenko untuk bekerja sama dengan negara-negara barat sehingga pada akhirnya aksi unjuk rasa ini berkembang menjadi gerakan separatisme pro-rusia dimulai dari menguasai wilayah Semenanjung Crimea hingga sampai wilayah-wilayah lain di timur Ukraina yang sehari-hari berbahasa Rusia dengan berupa bantuan militer Rusia yang dikirim Putin ke Ukraina. Gerakan separatisme yang dibantu pasukan militer Rusia di Ukraina mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sekitar 4.800 jiwa akibat konflik militer dengan militer Ukraina dalam mempertahankan Crimea. 4 Dampak yang ditimbulkan oleh gerakan separatisme pro-rusia ini tentunya mengundang beberapa pihak untuk ikut menyelesaikan konflik yang terjadi di benua Eropa ini dimana salah satu pihak tersebut adalah Uni Eropa. Uni Eropa tidak tinggal diam melihat krisis yang terjadi kepada Ukraina tersebut. Keterlibatan Uni Eropa dalam konflik yang terjadi di Ukraina dapat dilihat dari upaya Uni Eropa melalui keputusan kebijakan anggotanya memberikan bantuan dukungan kepada Ukraina berupa : 4 Ridho Falah Adli, Rusia kirim 9.000 tentara ke Ukraina, dalam http://news.okezone.com/read/2015/01/22/18/1095577/rusia-kirim-9-000-tentara-ke-ukraina, (diakses pada 2 Maret 2015) 4
1. Uni Eropa menjatuhkan sanksi kepada para pejabat intelijen rusia dengan sanksi keras. Sanksi tersebut adalah pembekuan aset dan larangan visa kepada anggota Dewan Keamanan Rusia. 2. Uni Eropa memberikan bantuan dana sebesar 1,3 miliar euro yang diterima langsung oleh Perdana Menteri Ukraina pada tanggal 13 Mei 2014 lalu di Brussels dimana bantuan dana yang diberikan Uni Eropa akan dipakai Ukraina untuk memberantas korupsi, dan mereformasi lembaganya. 5 Selain itu, Uni Eropa juga berjanji untuk membantu Ukraina dalam membayar tagihan energi dalam kasus Gazprom yang merupakan perusahaan gas milik Rusia dengan memberikan USD 2,5 miliar guna mencukupi kebutuhan gas di negaranya. 6 Dukungan kuat yang diberikan Uni Eropa terhadap Ukraina diatas tentunya menarik sekali bagi penulis untuk dibahas karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa Ukraina bukanlah anggota dari Uni Eropa. Maka dari itu skripsi ini akan mengangkut permasalahan dengan rumusan masalah sebagai berikut: 5 Friska Yolandha, Ukraina Terima Bantuan Uni Eropa1,3 Miliar Euro, dalam http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/14/05/14/n5je4w-ukraina-terima-bantuan-unieropa-13-miliar-euro (Diakses pada 15 Januari 2015) 6 Ferry Ardiansyah,Uni Eropa Akan Bantu Keuangan Ukraina, dalam http://news.okezone.com/read/2014/10/24/18/1056342/uni-eropa-akan-bantu-keuanganukraina(diakses pada 15 Januari 2015) 5
B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah yaitu Mengapa Uni Eropa menunjukkan dukungannya kepada Ukraina dalam konflik gerakan separatisme pro-rusia dengan Rusia? C. LANDASAN TEORI Dalam hubungan internasional, negara memiliki peran penting sebagai aktor politik, akan tetapi pada realitanya tidak hanya negara saja yang berperan penting sebagai aktor politik. Salah satunya adalah aktor non state. Dalam konflik ini Uni Eropa dikategorikan sebagai aktor non state atau lebih sepesifiknya adalah supra state. Uni Eropa bisa dikatakan sebagai organisasi supra state dikarenakan Uni Eropa dalam pembuatan kebijakannya hampir sama persis dengan sebuah negara, hal tersebut dibuktikan dengan : Adanya pemerintahan yang berdaulat dalam pembuatan kebijakan yang dimana Uni Eropa memiliki badan eksekutif, legislatif dan yudikatif, adanya mata uang sendiri di Uni Eropa yaitu Euro, adanya penghapusan batas wilayah serta adanya ibukota di Uni Eropa. Uni Eropa dalam tujuan pembuatannya yaitu negara-negara anggota yang tergabung dalam Uni Eropa memberikan penyerahan sebagian kekuasaan negara mereka di arahkan kepada sebuah tujuan bersama (Common Interest). 6
Berdasarkan asumsi diatas, untuk dapat menjawab rumusan masalah, penulis menggunkan Konsep Kebijakan Luar Negeri oleh K.J Holsti, James N. Rosenau dan Pendekatan Realis oleh Hans J. Morgenthau. 1. Konsep Kebijakan Luar Negeri K.J Holsti mengatakan bahwa konsep kebijakan luar negeri adalah tindakan atau gagasan yang dirancang oleh pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah atau mempromosikan suatu perubahan dalam lingkungan, yaitu dalam kebijakan sikap atau tindakan negara lain. 7 Tujuan dari kebijakan luar negeri dibuat sedemikian rupa untuk mempertahankan atau merubah suatu hal, keadaaan atau kepentingan mereka. Dikatakan juga bahwa untuk dapat mengerti kebijakan luar negeri secara utuh, kita perlu menempatkan diri sebagai pembuat kebijakan dan mencoba untuk mengidentifikasikan kehendak dan tujuan dan memahami mengapa para pembuat kebijakan ini memilih berbagai macam startegi dan aksi untuk mempertahankan atau sebaliknya merubah keadaan. 8 Menurut Holsti, ruang lingkup kebijakan luar negeri meliputi semua tindakan serta aktivitas negara terhadap lingkungan eksternalnya dalam upaya memperoleh keuntungan dari lingkungan tersebut, serta menghiraukan akan berbagai kondisi internal yang menopang formulasi tindakan tersebut. 9 7 KJ Holsti, Politik Internasional: Kerangka Untuk Analisis Jilid 1,Erlangga, Jakarta, 1988, hal.107 8 Ibid 9 Ibid hal. 21. 7
Sedangkan menurut James N. Rosenau, kebijakan luar negeri adalah upaya yang dilakukan oleh suatu negara melalui keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya. Menurut Rosenau, kebijakan luar negeri ditujukkan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan hidup suatu negara. Lebih lanjut, menurut Rosenau apabila kita ingin mengkaji kebijakan luar negeri suatu negara maka kita akan memasuki fenomena yang luas dan kompleks yaitu meliputi kehidupan internal (internal life) dan kebutuhan eksternalnya (eksternal needs) termasuk didalamnya adalah kehidupan internal dan eksternal seperti aspirasi, atribut nasional, kebudayaan, konflik, kapabilitas, institusi dan aktivitas rutin yang ditujukan untuk mencapai dan memelihara identitas sosial, hukum, dan geografi suatu negara sebagai negara-bangsa. Berdasarkan penjelasan para ahli diatas mengenai kebijakan luar negeri, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kebijakan luar negeri dibuat oleh aktor/negara dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Akan tetapi dalam kasus konflik bukanlah sebuah aktor/negara melainkan Uni Eropa. Uni Eropa memiliki keterlibatan dalam membantu menyelesaikan konflik yang terjadi di Ukraina akibat gerakan separatisme pro-rusia. Hal tersebut terlihat pada salah satu dari tiga pilar Uni Eropa yaitu Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama (The Common Foreign & Security Policy). Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama (The Common Foreign & Security Policy) atau yang disingkat CFSP merupakan salah satu 8
pilar dari Uni Eropa (EU) yang dibuat sebagai pedoman aspirasi negaranegara anggota dalam pembuatan kebijakan luar negeri dan keamanan bersama namun didasarkan pada keputusan konsensus perhitungan suara yang sama dari negara-negara anggota. CFSP pada mekanismenya mengadopsi prinsip-prinsip dan pedoman umum mengenai isu-isu politik dan keamanan, melakukan pendekatan diplomatik secara umum, dan melakukan aksi bersama. 10 Sebagian besar keputusan dalam CFSP dibuat berdasarkan unanimitas yaitu dengan suara bulat mayoritas negara-negara anggota Uni Eropa (bobot hak suara mereka masing-masing dalam Dewan Urusan Luar Negeri). Tujuan utama CFSP yang telah ditetapkan dalam perjanjian Maastricht yaitu : Menjaga nilai-nilai umum, dasar-dasar kepentingan dan kemandirian Uni Eropa, untuk memperkuat keamanan Uni Eropa dan negara-negara anggotanya, mempromosikan kerjasama internasional, mengkonsolidasikan demokrasi dan supremasi hukum serta menghormati hak asasi manusia dan kebebasan. 11 Lalu peran CFSP yang telah dibuat Uni Eropa adalah untuk memelihara perdamaian dan memperkuat keamanan internasional sesuai dengan prinsip-prinsip Piagam PBB, mendorong kerjasama internasional dan mengkonsolidasikan demokrasi dan supremasi hukum, penghormatan hak 10 Derek E. Mix, The European Union : Foreign and Security Policy,Congressional Research Service, 2013, hal 5 11 Center of European Studies, Common Foreign and Security Policy (CFSP), dalam www.unc.edu/depts/europe/conferences/eu/cfsp/cfsp4.html, (diakses pada 2 Januari 2015) 9
asasi manusia dan kebebasan-kebebasan mendasar serta kebijakan yang dibuat Uni Eropa didasarkan atas kepentingan Uni Eropa untuk memperkuat keamanan anggotanya maupun non anggotanya di benua Eropa. 12 Salah satu hasil kebijakan luar negeri yang dilandasi oleh CFSP yaitu dengan adanya kerjasama Uni Eropa dengan Ukraina melalui dibentuknya kesepakatan Perjanjian Asosiasi (Association Agreement). Association Agreement adalah suatu kesepakatan kerjasama yang dibuat oleh Uni Eropa dalam memajukan bidang perekonomian, politik, keamanan serta hubungan politik luar negeri dengan negara-negara partnership Uni Eropa di Eropa Timur demi membangun masa depan yang lebih baik. Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa kebijakan Uni Eropa mendukung Ukraina dengan menjatuhkan sanksi sebagai upaya Uni Eropa dalam menjalankan fungsi dari salah satu pilar Uni Eropa yaitu CFSP yang memiliki peran sebagai pedoman negara-negara anggota Uni Eropa dalam pembuatan kebijakan dan memelihara perdamaian serta memperkuat keamanan internasional sesuai dengan prinsip-prinsip Piagam PBB yang ditujukkan untuk anggotanya maupun non anggotanya di benua Eropa. Hal tersebut direalisasikan oleh Uni Eropa melalui dibentuknya Perjanjian Asosiasi (Association Agreement) dengan Ukraina. 12 Delegasi untuk Indonesia, Brunei Darussalam dan ASEAN, Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama (CFSP), dalam ahttp://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/key_eu_policies/common_foreign_security_policy/index_ id.htm, (diakses pada 9 Maret 2015) 10
2. Pendekatan Realis Untuk dapat memperjelas kebijakan yang dibuat Uni Eropa, maka penulis menggunakan pandangan realis yang merupakan landasan dari konsep kebijakan luar negeri yang sudah dijelaskan diatas. Menurut pendekatan realis dalam bukunya Hans J. Morgenthau yang berjudul, Politik Antar Bangsa mengatakan bahwa aktor utama dalam pandangan kaum Realis adalah negara. Dalam pendekatan realis, asumsiasumsi dasar dari negara adalah : a. Negara (besar) adalah aktor utama dalam dunia yang anarkis. Negara adalah unit analisa utama. Aktor-aktor lain adalah sekunder. b. Negara dipandang sebagai aktor yang utuh (unitary actor). Ketika Negara berhadapan dengan negara lain, anggaplah dia seperti aktor yang memiliki satu suara/kepentingan. c. Negara bertindak secara rasional. Ada tujuan, ada berbagai opsi pilihan, ada berkalkulasi untung/rugi. d. Keamanan negara atau keamanan internasional adalah prioritas utama negara. Perjuangan dalam memperoleh kekuasaan dengan mekanisme dan dinamika internasional ini dimanifestasikan oleh aktor. Negara atau nation 11
state dijadikan sebagai aktor utama di dalam formulasi kesatuan politik yang berdaulat dan merdeka. 13 Berikut di dalam mekanisme interaksinya masing-masing negara akan berupaya semaksimal mungkin untuk mengejar kepentingan nasionalnya. Kemudian kepentingan nasional inilah yang akan di masukkan ke dalam konsep Power dimana yang dimaksud dengan power adalah kekuasaan. Hal ini menyebabkan sebuah negara cenderung bersifat anarki, karena kepentingan nasional diartikan sebagai kekuasaan (power) dimana power adalah segala sesuatu yang bisa mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain. Dengan kata lain hakekat kepentingan nasional menurut Morgenthau adalah power. 14 Berdasarkan pendekatan realis di atas kita bisa melihat bahwa dunia internasional itu sifatnya anarki. Dalam situasi anarki, negara-negara saling curiga dan harus mempersiapkan diri dari kemungkinan terburuk. Dalam hal ini, Rusia merupakan salah satu negara yang memiliki pengaruh besar di Eropa khususnya di Eropa Timur dimana jika dominasinya semakin meluas dan ia semakin kuat, maka ditakutkan akan mengancam negara-negara lain di Eropa. Untuk itu, negara yang dominan di Uni Eropa seperti Prancis, Inggris, Belanda, Jerman merasa terancam. Mereka bertindak sebagai unitary actor 13 P.Anthonius Sitepu, Teori Realisme Politik Hans J. Morgenthau, Studi Politik dan Hubungan Internasional, USU e-journals (UJ)Analisis Administrasi dan Kebijakan,Vol. 3 No. 1 Januari - April 2006, hal. 55 14 Hans J Morgenthau dan Kenneth W dan Thompson, Politik Antar Bangsa, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2010, hal. 5 12
dengan menggunakan kekuasaannya untuk mempengaruhi keputusan yang dibuat di organisasi Uni Eropa. Negara-negara tersebut bertindak secara nasional mempengaruhi keputusan kebijakan luar negeri yang dibuat oleh Uni Eropa yaitu dengan memberikan dukungannya sebagai bentuk usaha Uni Eropa kepada negaranegara di Eropa Timur khususnya Ukraina untuk mempertahankan kedaulatan negaranya dari adanya pengaruh-pengaruh ekspansi Rusia melalui konflik separatisme pro-rusia di kawasan Ukraina Timur terutama dengan mengedepankan isu keamanan internasional khususnya di wilayah Eropa. D. HIPOTESA Dari Rumusan masalah dan teori diatas dapat ditarik kesimpulan sementara (hipotesa) yaitu: Keterlibatan Uni Eropa dengan memberikan dukungan terhadap Ukraina dalam kasus konflik separatisme pro-rusia dengan Rusia disebabkan oleh: Pertama, sebagai bentuk Uni Eropa dalam menjalankan fungsi Association Agreement (Perjanjian Asosiasi). Kedua, kepentingan Uni Eropa untuk membendung ekspansi Rusia dengan menjaga kedaulatan negara-negara di Eropa Timur khususnya Ukraina. 13
E. JANGKAUAN PENELITIAN Untuk membatasi pemabahasan agar tidak terlalu luas, maka penulis memberikan jangkuan pembahasan terhadap kebijakan Uni Eropa di dalam kasus konflik separatisme pro-rusia di Ukraina. Penulis membatasi pembahasan yaitu alasan apa yang melandasi Uni Eropa memberikan bantuan dukungan dalam kasus konflik separatisme antara pro-rusia dengan Ukraina sejak tahun 2000 hingga saat ini. F. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode kualitatif yang bersumber dari library research atau studi kepustakaan dengan mengambil sumber dari berbagai referensi yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang dibahas, seperti buku-buku, jurnal ilmiah, media rilis, artikel ilmiah, dan lain sebagainya. G. TUJUAN PENULISAN Tujuan penulis membuat skripsi ini adalah: 1. Mengetahui latar belakang terjadinya konflik separatisme di wilayah Ukraina antara gerakan separatisme pro-rusia dengan pemerintah Ukraina. 2. Memberikan gambaran terjadinya konflik separatisme di Ukraina. 14
3. Mengetahui alasan dukungan Uni Eropa terhadap Ukraina dalam konflik separatisme tersebut. H. SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan keseluruhan skripsi ini adalah sebagai berikut: Pertama, pada bab I menjelaskan tentang pendahuluan yang memuat alasan pemilihan judul, tujuan penelitian, latar belakang, rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesa, jangkauan penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan yang dapat menggambarkan keseluruhan isi penelitian. Kedua, pada bab II akan membahas mengenai Uni Eropa mencakup perkembangan, lembaga-lembaga politik serta lembaga-lembaga non politik yang terdapat di Uni Eropa. Ketiga, pada bab III akan membahas dinamika konflik separatisme yang terjadi di Ukraina Selatan hingga Ukraina Timur antara Rusia dengan Ukraina serta peran Uni Eropa dalam kasus tersebut. Empat, pada bab IV akan membahas mengenai alasan Uni Eropa memberikan dukungan kepada Ukraina dan yang terakhir pada bab V yang merupakan penutup yang berisi kesimpulan dari seluruh bahasan dalam bab sebelumnya. 15