HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Oleh : Suyanti ABSTRAK

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BALITA DAN IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batuk pilek merupakan gangguan saluran pernafasan atas yang paling

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

BAB IV METODE PENELITIAN. masyarakat pada saat tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

HUBUNGAN KETERTARIKAN IKLAN SUSU FORMULA DENGAN PEMBERIAN ASI EKKSLUSIF DI POSYANDU DESA KEMUDO PRAMBANAN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara sekitar dari jumlah penduduk setiap tahunnya.gastritis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, walaupun dari

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita. Lama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Tabumela Kecamatan Tilango

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang di gunakan adalah dengan mengunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

Nisa khoiriah INTISARI

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada saat yang bersamaan dalam satu waktu (Notoatmojo, 2003)

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM GRINGSING BATANG 5 Anjar Puji Hastuti ABSTRAK World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Proporsi penyebab kematian balita di negara berkembang adalah pneumonia 19%, diare 17%, malaria 8% dan campak 4%. Jika digabungkan di seluruh dunia pneumonia menyebabkan hampir satu pertiga atau 29% kematian anak balita. Study pendahuluan terhadap 10 balita di Desa Kebondalem yang terkena penyakit ISPA dengan status dibawah garis merah sejumlah 4 orang anak (40%), sedangkan yang menderita ISPA dengan status gizi sedang sejumlah 6 orang (60%). Di Desa Kebondalem Gringsing Batang jumlah balita 189 orang, terdapat 5 dukuh yang terdiri dari dukuh Kebondalem, Kutoharjo, Kebonsari, Rowogebang dan Gebang anom. Peneliti melakukan penelitian di dukuh Rowogebang dan Kebondalem dengan jumlah balita 78. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang status gizi balita dengan frekuensi terjadinya ISPA di Desa Kebondalem Gringsing Batang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasional, sampel dalam penelitian ini adalah ibu dan balita yang berada di Desa Kebondalem sebanyak 129 orang. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan Chi Square. Hasil penelitian didapatkan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 100 orang (77,5%), sebagian besar responden jarang mengalami ISPA sebanyak 106 orang (62,2%) dan ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan frekuensi kejadian ISPA dengan nilai p value 0,001 (p< 0,05). Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan ibu lebih memperhatikan gizi pada balitanya dengan memperhatikan asupan nutrisi pada balita, memberikan ASI sebelum usia 6 bulan, melakukan posyandu setiap bulan sehingga kesehatan balita dapat terkontrol. Kata Kunci : Pengetahuan, status gizi, ISPA 2 Vol. 8 No. 1 Maret 2015 : 56-62

PENDAHULUAN nfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Insiden ISPA di negara berkembang adalah 2 10 kali lebih banyak dari pada negara maju dan perbedaan yang didapat berhubungan dengan etiologi dan faktor resiko ISPA pada negara maju di dominasi oleh virus, sedangkan negara berkembang oleh bakteri, seperti S. pneumonia dan H. influenza. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit disebabkan oleh ISPA (DepKes RI, 2008). Berdasarkan Survey Data Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan kejadian ISPA pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar 10-20%. Jumlah kematian bayi 34 / 1000 kelahiran hidup, penyakit ISPA berada di urutan ke-3 (12,7%) sebagai penyebab kematian bayi. Pada studi dokumentasi yang dilakukan bulan Januari sampai Desember 2012 di Puskesmas Gringsing I terdapat 752 anak balita ditemukan status gizi kurang (BGT) sejumlah 19 kasus (1,8%), status gizi buruk (BGM) sejumlah 49 kasus (2,8%), sedangkan pada anak balita kasus ISPA sebanyak 684 kasus dari 1004 atau 24,07% dari jumlah pengunjung usia 1-5 tahun Puskesmas Gringsing I Kabupaten Batang. Study pendahuluan terhadap 10 balita di Desa Kebondalemyang terkena penyakit ISPA dengan status dibawah garis merah sejumlah 4 orang anak (40%), sedangkan yang menderita ISPA dengan status gizi sedang sejumlah 6 orang (60%) HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM GRINGSING BATANG Anjar Puji Hastuti*, Tri Hartiti**, Vivi Yosafianti P*** 3

METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif corelasional atau penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi atau kelompok subyek.rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara variabel dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling atau acak sederhana yaitu dengan cara undian. Sampel pada penelitian adalah ibu dan balita yang berada di dukuh Kebondalem,Rowogebang, Kutorejo, Gebanganom, Kebonsari sejumlah 129 orang. Alat pengumpul data dengan kuisiner dengan 20 pertanyaan. Proses penelitian berlangsung dari minggu ke 1 April sampai minggu ke 4 April 2014. Data dianalisis secara univariat, bivariat (Chisquare). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian diperoleh umur rata-rata responden 31 tahun, nilai tengah umur responden 30 tahun, umur yang sering muncul 28 tahun, umur minimum 23 tahun dan umur maximum 40 tahun. Hasil penelitian pendidikan ibu bahwa sebagian besar responden berpendidikan SD sebanyak 67 orang dan responden terkecil berpendidikan PT sebanyak 8 orang.pekerjaan responden mayoritas ibu rumah tangga Hasil penelitian didapatkan hasilbahwa ibu yang mempunyai pengetahuan cukup dengan sering mengalami kejadian ISPA sebanyak 12 (9,3%) sedangkan jarang mengalami ISPA sebanyak 88 (68,2%), ibu yang mempunyai pengetahuan baik dengan sering mengalami ISPA sebanyak 11 (8,5%) sedangkan jarang mengalami ISPA sebanyak 18 (14,0%). Hasil penelitian menggunakan Chi-square didapatkan nilai p value 0,001 (p< 0,05) menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan frekuensi kejadian ISPA di Desa Kebondalem Kabupaten Batang 4 Vol. 8 No. 1 Maret 2015 : 56-62

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) Mean Median Standar deviasi Nilai minimun Nilai maximum 31,01 30,00 4,995 23 40 Tabel 2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) Pendidikan ibu Frekuensi Persentase SD 67 51,9 SMP 37 28,7 SMA 17 13,2 PT 8 6,2 Total 129 100,0 Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengetahuan responden di Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) Pengetahuan ibu Frekuensi Persentase Cukup 100 77,5 Baik 29 25,5 Total 129 100,0 Tabel 4 Distribusi frekuensi responden berdasarakan kejadian ISPA di Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) Kejadian ISPA Frekuensi Persentase Sering 23 17,8 Jarang 106 62,2 Total 129 100,0 Tabel 5 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM GRINGSING BATANG Anjar Puji Hastuti*, Tri Hartiti**, Vivi Yosafianti P*** 5

Hubungan pengetahuan responden dengan frekuensi kejadian ISPA di Desa Kebondalem Gringsing Kabupaten Batang, 2014 (n=129) P Frekuensi kejadian ISPA Total value Tingkat pengetahuan Sering Jarang Frekuensi (%) Frekuensi (%) Cukup 12 (9,3) 88 (68,2) 100 (77,5) 0,001 Baik 11 (8,5) 18 (14,0) 29 (22,5) Total 23 (17,8) 106 (82,2) 129 (100) Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 100 orang dan responden terkecil mempunyai pengetahuan baik sebanyak 29 orang. Pengetahuan cukup tentang status gizi balita hal ini dikarenakan ibu dapat menjawab pertanyaan quisioner sebanyak 60% - 75% pertanyaan sedangkan pengetahuan baik disini ibu dapat menjawab pertanyaan quisiner 75%-100% pertanyaan. Hasil penelitian pendidikan ibu didapatkan hasil bahwa ibu-ibu desa kebondalem yang berpendidikan SD sebanyak 67 0rang, SMP 37 Orang, SMA 17 orang, PT 8 Orang. Data demografi desa Kebondalem kurang strategis berada di daerah pesisir dikarenakan jauh dari pusat kesehatan masyarakat induk, sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan dan banyak berpendidikan SD jadi masyarakat kurang menyadari pentingnya kesehatan untuk balitannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden jarang mengalami ISPA sebanyak 106 orang dan responden terkecil sering mengalami ISPA sebanyak 23 orang. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atipikal (mikroplasma), atau aspirasi substansi asing yang melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernapasan (Wong, 2003). Hasil penelitian ini sebagian besar balitanya jarang mengalami ISPA dikarenakan mata pencahariannya sebagian besar penduduk di 6 Vol. 8 No. 1 Maret 2015 : 56-62

desa Kebondalem adalah petani dan nelayan jadi secara otomatis balitanya mendapat asupan gizi dari hasil pertaniannya dan dari hasil nelayan. Dari hasil penelitian ditemukan pekerjaan ibu ibu semua ibu rumah tangga yaitu sejumlah 129 orang dengan pekerjaan ibu rumah tangga maka ibu mempunyai waktu lebih banyak dalam memperhatikan tumbuh kembang balitanya. Pelayanan posyandu didesa kebondalem rutin setiap bulannya di 5 dukuh ini dapat meninggkatkan taraf kesehatan ibu dan balita karena dengan rajin ke posyandu balita dapat terpantau berat badannya dan ibu- ibu akan mudah mendapatkan informasi akan pentingnya kesehatan untuk balitannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai pengetahuan cukup dengan sering mengalami kejadian ISPA sebanyak 12 orang sedangkan jarang mengalami ISPA sebanyak 88 orang, ibu yang mempunyai pengetahuan baik dengan sering mengalami ISPA sebanyak 11 orang sedangkan jarang mengalami ISPA sebanyak 18 orang.penghitungan menggunakan rumus Chisquare didapatkan nilai p value 0,001 (p< 0,05) menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan frekuensi kejadian ISPA di Desa Kebondalem Kabupaten Batang. Masyarakat kebondalem sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani, dari hasil laut dan ladangnya bisa diolah untuk makanan yang dikonsumsi keluarga dan hasil laut sangat banyak mengandung gizi yang banyak dibutuhkan untuk peningkatan gizi balita. Dengan demikian tanpa disadarai dengan banyaknya asupan makanan yang mengandung gizi bisa meningkatkan daya tahan tubuh balita dan diharapkan angka frekuensi terjadinya ISPA akan jarang terjadi pada balita. Keterbatasan peneliti yang ada dalam penelitian ini adalah responden yang belum memahami dalam mengisi kuisioner, banyak ibu ibu yang belum pernah menjadi responden penelitian sebelumnya sehingga harus diberi pemahaman dan harus diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat dilakukanya penelitian ini. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM GRINGSING BATANG Anjar Puji Hastuti*, Tri Hartiti**, Vivi Yosafianti P*** 7

PENUTUP Hasil penelitian yang dilakukan pada ibu dan balita di desa Kebondalem Gringsing Batang di peroleh hasil umur minimum responden 23 tahun umur maximum responden 40 tahun sedangkan umur rata rata responden 31 tahun. Mayoritas responden berpendidikan SD, hasil penelitian Pekerjaan ibu ibu semua ibu rumah tangga. Hasil analisis univariatfrekuensi berdasarkan pengetahuan responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 100 orang dan responden terkecil mempunyai pengetahuan baik sebanyak 29 orang, Sedangkan frekuensi responden berdasarakan kejadian ISPAmenunjukkan bahwa sebagian besar responden jarang mengalami ISPA sebanyak 106 orang dan responden terkecil sering mengalami ISPA sebanyak 23 orang. Mengingat hasil penelitian ini sangat bermakna terhadap perubahan tingkat pengetahuan ibu sehingga peneliti menyarankan ibu lebih memperhatikan gizi pada balitanya dengan memperhatikan asupan nutrisi pada balita, memberikan ASI sebelum usia 6 bulan, melakukan posyandu setiap bulan sehingga kesehatan balita dapat terkontrol. Tenaga Kesehatan diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang pentingnya nutrisi pada balita sehingga balita tidak akan mengalami ISPA. 8 Vol. 8 No. 1 Maret 2015 : 56-62