BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap grade osteoarthritis menurut Kellgren dan Lawrence. Diagnosis. ditegakkan berdasarkan klinis dan radiologinya.

Disusun Oleh : Nama : Ariyanto Nim : J

BAB I.PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Masalah. Osteoarthritis merupakan penyakit sendi yang. paling sering dijumpai pada masyarakat dan jumlah

BAB III METODE PENELITIAN. observasional analitik dengan desain cross sectional study dimana pengukuran

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Reumatologi. Penelitian ini dilakukan di poliklinik Penyakit Dalam sub bagian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut

I. PENDAHULUAN. baru pada permukaan sendi (Khairani, 2012). Terjadinya osteoarthritis itu

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Lampung pada Poli Ortopedi dengan judul Hubungan Intensitas Nyeri dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fraktur around hip yang menjalani perawatan rutin.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas. (Marlene et al, 2011). Selain itu, OA secara luas diakui sebagai penyebab

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dunia, menurut Arthritis Research UK (2013) osteoartritis dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Syaikh Al

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil desain penelitian cross sectional mengamati hubungan indeks

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan kartilago ini bisa disebabkan oleh stress mekanik atau perubahan

BAB I PENDAHULUAN. klinis, histologist, dan radiologi. Penyakit ini bersifat asimetris, tidak ada

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN TERJADINYA OSTEOARTRITIS LUTUT PADA LANSIA KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggi Fauzi Mukti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kronis dimana tulang rawan sendi lutut mengalami degenerasi secara perlahan.

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB I PENDAHULUAN. umum dijumpai diusia tua. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia prevalensi OA lutut yang tampak secara radiologis mencapai 15,5%

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. osteoarthritis. Usia paling muda terjadi pada usia 12 tahun, sedangkan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan (disability) pada penderita sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya stress cell dan degradasi matriks ekstraseluler yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. setengah miliar mengalami obesitas. 1. meningkat pada negara-negara maju, tetapi juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. diriwayatkan Nabi R. Al-Hakim,At-Turmuzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban: minum, dan sepertiga lagi untuk bernafas.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. lemak tubuh karena ambilan makanan yang berlebih (Subardja, 2004).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dan lansia di seluruh dunia (Joern, 2010).OA juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah Istimewa Yogyakarta. Responden penelitian adalah laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

PENATALAKSANAAN SINAR INFRA MERAH DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU BILATERAL DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Kuisioner Penelitian HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN OSTEOARTHRITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut World Health Organization (WHO), obesitas adalah

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu masalah gizi yang paling umum di Amerika merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hal yang sangat penting bagi seorang wanita. Penampilan bagi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

Transkripsi:

37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Saraf dan Radiologi Rumah Sakit di Kota Yogyakarta,yaitu Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I dan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta (RSUD Wirosaban). RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I adalah rumah sakit swasta kelas B yang ada di Kota Yogyakarta tepatnya berada di Jalan KH. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta yang memiliki 26 poliklinik, pelayanan gawat darurat dan 1 laboratorium. Di samping itu, penelitian juga dilaksanakan di RSUD Kota Yogyakarta yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang terletak di Jalan Wirosaban Nomor 1 Yogyakarta. RSUD Kota Yogyakarta adalah rumah sakit pendidikan tipe B yang memiliki 11 poliklinik, pelayanan gawat darurat dan 1 laboratorium. A.2 Deskripsi Kasus Penelitian A.2.1 Distribusi Frekuensi Subjek PenelitianBerdasarkan Lokasi Penelitian Distribusi frekuensi subjek penelitian sebanyak 37 orang berdasarkan lokasi penelitian disajikan pada Tabel 4, sebagai berikut: 37

38 Tabel 4. Lokasi Subjek Penelitian Lokasi Penelitian Jumlah Persentase RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I 24 64.8 RSUD Kota Yogyakarta 13 35.2 Total 37 100 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi Penelitian 13 24 RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1 RSUD Kota Yogyakarta Diagram 1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Lokasi Penelitian Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa subjek penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit I sebanyak 24 orang(64,8%) dan 13 orang(35,2%) pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta (RSUD Wirosaban). A.2.2 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Distribusi usia subjek penelitian yang berjumlah 37 orang berdasarkan pengelompokkan usia sesuai dengan penelitian fitriyah dkk yang disajikan pada Tabel 5, sebagai berikut: 38

39 Tabel 5. Pengelompokan Usia Subjek Penelitian Menurut Penelitian Fitriyah dkk Usia Frekuensi Persentase 40 49 tahun 1 2,7 50 59 tahun 8 21,6 60 69 tahun 17 45,9 70 79 tahun 11 29,7 Total 37 100 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Pengelompokkan Subjek Penelitian Berdasarkan Usia 45.9% 29.7% 40-49 Tahun 21.6% 50-59 Tahun 60-69 Tahun 70-79 Tahun 2.7% 40-49 Tahun 50-59 Tahun 60-69 Tahun 70-79 Tahun Diagram 2. Distribusi Subjek Penelitian Menurut Pengelompokan Usia Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok dengan jumlah terbanyak pada usia 60 69 tahun sebanyak 17 orang dengan persentase 45,9% dengan rata-rata usia pada subjek penelitian berkisar 65,19±7,055. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Fitriyah dkk pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa frekuensi terbanyak berada pada kelompok dengan rentan usia 60 69 tahun. Banyaknya frekuensi di kelompok usia 60-69 berkaitan dengan faktor resiko terkena osteoarthritis lutut yang akan meningkat dengan bertambahnya usia. Akan tetapi, pada kelompok usia 70-79 tahun frekuensinya menurun bisa dikarenakan angka harapan hidup pada kelompok usia ini menurun sesuai dengan data di 39

40 bappenas. Di Indonesia, prevalensi osteoartritis mencapai 5% pada usia <40 tahun, 30% pada usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia >61 tahun.(listyani,2010). A.2.3 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Distribusi jenis kelamin subjek penelitian yang berjumlah 37 orang berdasarkan pengelompokkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 6, sebagai berikut: Tabel 6. Jenis Kelamin Subjek Penelitian Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki laki 5 13.5 Perempuan 32 86.5 Total 37 100 35 30 25 20 15 10 5 0 Jenis Kelamin Subjek Penelitian Perempuan Laki-laki Diagram 3. Jenis Kelamin Subjek Penelitian Perempuan Laki-laki Berdasarkan data tabel di atas menunjukkan frekuensi subjek penelitian yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. 40

41 Sebanyak 32 orang yang berjenis kelamin perempuan sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki hanya berjumlah 5 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Sara dkk pada tahun 2010 dan Irwanto dkk tahun 2012 dimana jumlah penderita osteoarthritis yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Perempuan juga lebih cenderung terkena penyakit osteoarthritis dibanding pria karena pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan tekanan jangka panjang pada lutut mereka. A.2.4 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat dalam satuan meter. IMT merupakan salah satu parameter antropometri dalam pengukuran status gizi seseorang dimana biasa digunakan untuk mendeteksi adanya obesitas pada orang dewasa. (World Health Organization). Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadinya penumpukan total lemak tubuh pada seseorang. Distribusi subjek penelitian yang berjumlah 37 orang dengan rata-rata IMT berkisar 26,86±4,98 berdasarkan pengelompokkan indeks massa tubuh (IMT) digunakan sebagai pengukuran disajikan pada Tabel 6, sebagai berikut: 41

42 Tabel 7. Pengelompokkan Subjek Penelitian Berdasarkan IMT Menurut WHO Asia Indeks Massa Tubuh Frekuensi Persentase Underweight (<18.5) 1 2.7 Normal (18.5-22.9) 9 24.3 Overweight (23.0-24.9) 2 5.4 Obesitas ( 25.0) 25 67.6 Total 37 100 Berdasar tabel diatas menunjukkkan bahwa subjek penelitian sebagian besar mengalami Obesitas yaitu sebanyak 25 orang (35.1%). Sedangkan berturut turut untuk kaegori Normal, Overweight, dan Underweight adalah sebanyak 9 orang (24.3%), 2 orang (5.4%), dan 1 orang (2.7%). Pada penelitian Annas 2015 juga menunjukkan bahwa pada penderita osteoarthritis sebagian besar menderita obesitas dimana sendi lutut merupakan tumpuan dari setengah berat badan seseorang selama berjalan. Berat badan yang meningkat akan memperberat tumpuan pada sendi lutut. Pembebanan lutut dapat menyebabkan kerusakan kartilago, kegagalan ligamen dan struktur lain. Penambahan berat badan membuat sendi lutut bekerja lebih keras dalam menopang berat tubuh. Sendi yang bekerja lebih keras akan mempengaruhi daya tahan dari tulang rawan sendi. Rawan sendi akan rusak dan menyebabkan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya dan menyebabkan terjadinya perubahan biofisika berupa fraktur jaringan kolagen dan degradasi proteoglikan 42

43 A.2.5 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kejadian Obesitas Sentral Obesitas sentral adalah suatu kondisi dimana terjadi akumulasi lemak yang berlebihan pada tubuh khususnya pada bagian perut. Kejadian obesitas sentral ini biasanya diketahui dengan pengukuran pada bagian lingkar pinggang dimana lingkar pinggang menjadi pengukuran yang spesifik untuk akumulasi lemak perut. Kriteria obesitas sentral menurut WHO Asia dimana 80 untuk perempuan dan 90 untuk laki-laki. Distribusi subjek penelitian yang berjumlah 37 orang berdasarkan penggolongan obesitas sentral yang disajikan pada Tabel 8, sebagai berikut: Tabel 8. Kejadian Obesitas Sentral pada Subjek Penelitian Kejadian Obesitas Sentral Frekuensi Persentase Obesitas Sentral 31 83.8 Normal 6 16.2 Total 37 100 Berdasarkan tabel diatas subjek penelitian lebih banyak yang mengalami Obesitas sentral yaitu sebanyak 31 orang (83.8%) dibandingkan dengan normal yaitu sebanyak 6 orang (16.%). Pada pasien yang berjenis kelamin laki-laki yang hanya berjumlah 5 orang rata-rata mengalami obesitas sentral, sedangkan pada pasien perempuan yang mengalami obesitas sentral lebih mendominasi dibandingkan yang normal. 43

44 A.2.6 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Keterlibatan Lutut Menurut Gambaran Radiologi Distribusi subjek penelitian yang berjumlah 37 orang berdasarkan keterlibatan lokasi lutut yang terkena osteoarthritis yang disajikan pada Tabel 8, sebagai berikut: Tabel 9. Keterlibatan Lutut Berdasarkan Gambaran Radiologi Keterlibatan Lutut Frekuensi Persentase Unilateral 21 56,8 Bilateral 16 43,2 Total 37 100 A.2.7 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Keparahan Gambaran Radiologi Pada Pasien Osteoarthritis Lutut Distribusi subjek penelitian yang berjumlah 37 orang berdasarkan gambaran radiologi Osteoarthritis Lutut menurut kriteria Kellgren-Lawrence yang disajikan pada diagram batang, sebagai berikut: 15 10 5 0 5 Distribusi Tingkat Keparahan Osteoartritis Lutut Berdasarkan Gambaran Radiologi 11 12 Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4 9 Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4 Diagram 4. Distribusi Tingkat Keparahan Osteoartritis Lutut Berdasarkan Gambaran Radiologi 44

45 A.2.8 Distribusi Subjek Penelitian Menurut Subjektif Berdasarkan Tingkat Keparahan Osteoarthritis Lutut Berdasarkan Keparahan Klinis Distribusi subjek penelitian yang berjumlah 37 orang berdasarkan tingkat keparahan osteoarthritis lutut menurut subjektif masing-masing subjek penelitian berdasarkan keparahan klinis dengan menggunakan skor womac atau derajat nyeri yang digolongkan menjadi 3 subklinis yaitu, nyeri, kekakuan, keterbatasan fungsi keseharian yang disajikan pada Tabel 10, sebagai berikut: Tabel 10. Tingkat Keparahan Klinis Berdasarkan Skor WOMAC pada Subjek Penelitian Tingkat keparahan osteoarthritis lutut menurut keparahan klinis menggunakan womac Ringan (<40%) Sedang (40% - <70%) Berat (70% - 100%) Frekuensi 15 19 3 Presentase 40.5 51.3 8.2 Total 37 100.0 Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa subjek penelitian dengan kategori derajat ringan berdasarkan skor WOMAC terdapat pada 15 orang atau 40.5%, sedangkan pada kategori derajat sedang mendominasi dengan jumlah 19 orang atau 51.3%. Hasil ini menunjukkan juga bahwa hanya terdapat pada 3 orang saja yang tergolong kategori derajat berat. Rata-rata derajat keparahan menurut keparahan klinis menurut hasil skor WOMAC sebesar 44,5 ± 18.29. Semakin tinggi nilai yang diperoleh dan derajatnya menunjukkan besarnya keterbatasan fungsional 45

46 pasien Skor yang tinggi pada WOMAC mengindikasikan nyeri yang berat, kekakuan, dan gangguan fungsi keseharian. (American College of Rheumatology) A.2.9 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kejadian Obesitas Sentral dengan Tingkat Keparahan Osteoarthritis Lutut Menurut Gambaran Radiologi Distribusi subjek penelitian yang berjumlah 37 orang dengan obesitas sentral atau tidak obesitas sentral berdasarkan tingkat keparahan osteoarthritis lutut menurut gambaran radiologi dengan menggunakan kriteria Kellgren-Lawrence yang disajikan pada Tabel, sebagai berikut: Tabel 11. Kejadian Obesitas Sentral dengan Tingkat Keparahan Osteoarthritis Lutut menurut Kellgren-Lawrence Kejadian Obesitas Sentral Obesitas Sentral Normal Total Tingkat Keparahan Osteoarthritis Grade 1 Grade 2 Grade 3 Grade 4 2 6,5% 3 50% 5 13,5% 9 29,0% 2 33,3% 11 29,7% 11 35,5% 1 16,7% 12 32,4% 9 29,0% 0 0,0% 9 24,3% Total 31 100% 6 100% 37 100% Berdasarkan data di atas, kejadian obesitas sentral terbanyak pada kelompok grade 3 dengan jumlah 11 orang. Sedangkan pada grade 2 dan grade 4 dengan obesitas sentral memiliki frekuensi yang sama yaitu 9 orang. Subjek dengan obesitas sentral yang memiliki grade 1 ada 2 orang. Hasil berbeda ditunjukan pada 6 subjek lainnya dimana tidak mengalami obesitas sentral, dengan berturut-turut dari grade 1, grade 2, dan grade 3 yaitu 3,2,1. 46

47 A.2.10 Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Kejadian Obesitas Sentral dengan Tingkat Keparahan Osteoarthritis Lutut Berdasarkan Keparahan klinis Distribusi subjek penelitian yang berjumlah 37 orang berdasarkan tingkat keparahan osteoarthritis lutut dilihat dari keparahan klinis dengan menggunakan skor WOMAC yang disajikan pada Tabel, sebagai berikut: Tabel 12. Kategori Derajat Keparahan klinis dengan Skor WOMAC Berdasarkan Distribusi Kejadian Obesitas Sentral pada Subjek Penelitian Kategori Skor Womac Kejadian Obesitas Sentral Ringan Sedang Berat Obesitas Sentral 12 16 3 Normal 3 3 0 Berdasarkan tabel diatas, subjek penelitian paling banyak mengalami obesitas sentral memiliki derajat sedang yaitu sebanyak 16 orang. A.2.10 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Riwayat Pengobatan Analgetik (NSAID) DistribusI subjek penelitian berjumlah 37 orang berdasarkan Riwayat pengobatan analgetik (NSAID) disajikan pada Tabel, sebagai berikut: Tabel 13. Riwayat Pengobatan Analgetik (NSAID) Riwayat Pengobatan Analgetik(NSAID) Frekuensi Presentase Iya Tidak 25 12 67.5 32.5 Total 37 100.0 47

48 A.3 Data Analitik A.3.1 Hubungan Obesitas Sentral dengan Tingkat Keparahan Osteoarthritis Berdasarkan Kellgren-Lawrence Penulis menggunakan uji chi-square untuk mengetahui adanya hubungan antara obesitas sentral dengan tingkat keparahan Osteoarthritis berdasarkan derajat Kellgren-Lawrence. Keeratan hubungan atau korelasi antara obesitas sentral dengan tingkat keparahan Osteoarthritis dianalisis menggunakan (Contingency Coefficient) karena skala obesitas sentral adalah nominal untuk menganalisis korelasi data nonparametric. Tabel 14. Hubungan Obesitas Sentral dengan Tingkat Keparahan Osteoarthritis Berdasarkan Kellgren-Lawrence No. Variabel Nilai p 1 Obesitas Sentral 2 Normal Hubungan Keeratan (Contingency Coefficient) 0,025 0,45 Dari tabel diatas diketahui nilai p <0,05 yang menunjukkan terdapat hubungan antara obesitas sentral dengan derajat keparahan Osteoarthritis berdasarkan gambaran radiologi dengan kriteria menurut Kellgren-Lawren. Sementara itu, Hubungan keeratannya termasuk tergolong sedang dengan ditunjukkan dengan nilai 0,45 pada tabel dimana kategori sedang itu dari 0,4 0,59 menunjukkan terdapat hubungan dengan kekuatan sedang antara antara obesitas sentral dengan derajat keparahan Osteoarthritis berdasarkan gambaran radiologi dengan kriteria menurut Kellgren-Lawren. 48

49 A.3.2 Hubungan Obesitas Sentral dengan Tingkat Keparahan Osteoarthritis Berdasarkan Skor WOMAC Pada penelitian dengan subjek penelitian yang berjumlah 37 orang berdasarkan Tingkat Keparahan Osteoarthritis Lutut menurut skor WOMAC yang disajikan pada Tabel dengan menunjukan korelasinya, sebagai berikut: Tabel 15. Hubungan Obesitas Sentral dengan Tingkat Keparahan Osteoarthritis Berdasarkan Keparahan klinis dengan Menggunakan Skor WOMAC Kategori Skor Womac Kejadian Obesitas Sentral Ringan Sedang Berat Obesitas Sentral 12 16 3 Normal 3 3 0 P 0.690 Berdasarkan pengolahan data menggunakan uji analisis bivariate yaitu chi square didapatkan nilai p = 0,690 atau >0,05 maka dapat dikatakan bahwa hipotesis yang sesuai dengan hasil ini meliputi H0 diterima dan H1 ditolak,yang berarti bahwa bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara obesitas sentral dengan tingkat keparahan osteoarthritis berdasarkan keparahan klinis dengan skor WOMAC. B. Pembahasan Osteoarthritis (OA) adalah penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan berlebihan,baik hilangnya tulang rawan artikular dan kerusakan tulang periartikular. Obesitas merupakan faktor resiko untuk insidensi dan keparahan 49

50 osteoarthritis, dan mempunyai pengaruh negatif terhadap outcome penyakit OA ini. Hal ini dikemukakan pada penelitian Bliddal dkk tahun 2014. Pada penelitian oleh Janssen dan Mark juga menyebutkan bahwa etiologi osteoarthritis melibatkan faktor biomekanik lokal, faktor biokimia sistemik, serta kerentanan yang berhubungan dengan usia dan genetik. Berat badan yang berlebihan menjadikan beban biomekanik pada pinggul dan sendi lutut yang lebih besar selama kegiatan sehari-hari, yang mana seperti mekanisme oleh karena obesitas total dan obesitas abdominal berhubungan dengan osteoarthritis. Obesitas dapat juga berhubungan dengan osteoarthritis melalui peningkatan pelepasan hormon, faktor pertumbuhan dan sitokin dari jaringan adipose yang mungkin memainkan peran dalam osteoarthritis. Hal ini telah menunjukkan bahwa IMT dan lingkar pinggang berkaitan dengan total massa lemak. Massa lemak total yang lebih tinggi terjadi pada mereka dengan lingkar pinggang yang tinggi dibandingkan pada mereka dengan lingkar pinggang yang rendah. Pada hasil penelitian ini yang sudah tercantum dalam bentuk tabel-tabel di atas menunjukkan bahwa p value dari kejadian obesitas sentral terhadap tingkat keparahan osteoarthritis ini sebesar 0,025 (p<0,05) sehingga ditemukan hubungan yang signifikan secara statistic antara obesitas sentral terhadap tingkat keparahan osteoarthritis sesuai kriteria Kellgren-Lawrence pada pasien osteoarthritis yang datang ke poliklinik di RSUD Jogja dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit 1. 50

51 Hal ini sesuai dengan penelitian di India oleh Gandhi dkk yang melibatkan 180 subjek dengan diagnosis osteoartritis lutut dan diklasifikasikan menurut skor Kellgren-Lawrence (KL) menunjukan ada hubungan antara pengukuran antropometri pada obesitas baik IMT maupun Lingkar pinggang karena berhubungan dengan sindrom metabolic yang terdapat keterkaitan dengan insidensi osteoarthritis. Untuk mengetahui tingkat keparahan osteoarthritis berdasarkan subjektif atau keparahan klinis masing-masing subjek penelitian diberikan kuesioner WOMAC. WOMAC merupakan salah satu instrumen outcome OA yang sering digunakan, terutama pada OA lutut yang terdiri atas 3 subskala yaitu nyeri, kekakuan, dan keterbatasan fungsi fisik (Yanuarti, 2014) Pada pengolahan data antara kejadian obesitas sentral terhadap skor WOMAC untuk melihat keparahan klinis yang dialami pasien OA ini didapatkan p value = 0,592 atau >0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan secara statistic antara obesitas sentral dengan tingkat keparahan Osteoarthritis berdasarkan keparahan klinis. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap keparahan klinis dengan skor WOMAC ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan Rifhan pada tahun 2010 dimana disebutkan pada penelitian tersebut terdapat hubungan yang bermakna terhadap skor WOMAC. Pada penelitian lain juga menyebutkan bahwa semakin tinggi lingkar pinggang seseorang berhubungan dengan kualitas hidup dan keparahan skor aktivitas salah satunya dengan skor WOMAC. (Batsis, 2014). Tidak terdapat hubungan pada penelitian ini bisa 51

52 disebabkan oleh beberapa faktor lain, salah satunya konsumsi obat analgetik seperti NSAID sebelumnya secara rutin. Karena pada penderita obesitas yang juga merasakan nyeri sendi kronik seperti halnya penyakit OA diperkirakan ada keterkaitan yang kuat dengan konsumsi analgesik sehingga skor WOMAC yang terukur tidak terdapat hubungan dengan kejadian obesitas. (Okifuji, 2015). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gallelli 2013 mengemukakan bahwa terjadi penurunan signifikan secara statistik dalam IL-6, VEGF dan konsentrasi TNF-alpha dalam cairan sinovial. Dosis yang lebih tinggi dari NSAID memberikan peningkatan yang lebih besar dalam kualitas hidup pasien dan menurunkan konsentrasi dari sitokin pro-inflamasi dalam cairan sinovial. Hasil penelitian penulis didukung juga oleh hasil penelitian di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh yang didapatkan tidak adanya hubungan yang signifikan antara obesitas dengan keparahan klinis dengan skor WOMAC pada pasien osteoartritis lutut (p >0,1) C. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini telah dilakukan banyak pembatasan dengan adanya kriteria inklusi dan eksklusi sehingga masalah menjadi fokus pada apa yang akan diteliti dan tidak meluas. Akan tetapi, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak keterbatasan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak keterbatasan. Keterbatasan utama yang dialami peneliti selama melakukan penelitian adalah peneliti tidak bisa membuat subjek penelitian memiliki 52

53 karakteristik yang sama persis seperti penelitian in vitro. Selain itu, keterbatasan dalam penilaian Skor WOMAC dimana persepsi nyeri setiap penderita Osteoarthritis tidak bisa disamaratakan. 53