Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan ATC/DDD dan DU 90% di Bagian Bedah Digestif di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam tifoid merupakan suatu infeksi tropis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kualitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Bedah Digestif di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prevalensi penyakit infeksi memiliki kecenderungan yang masih cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai contoh, setiap tahunnya pengeluaran United States (US) health

Identifikasi Pola Penggunaan Antibiotik sebagai Upaya Pengendalian Resistensi Antibiotik

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBELUM DAN SETELAH PEMBUATAN PEDOMAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK (PPAB) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan salah satu intervensi medis yang paling efektif, jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Antibiotik merupakan obat yang sering diberikan dalam menangani

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat maupun dalam lingkungan rumah sakit. Penggunaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasien dengan kasus infeksi dan penggunaannya dapat bersifat empiris atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurunkan tingkat kesadaran (Rahmatillah et al., 2015). Demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

Peresepan Antibiotik pada Pasien Anak Rawat Jalan di BLUD RS Ratu Zalecha Martapura: Prevalensi dan Pola Peresepan Obat

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI INTENSIVE CARE UNIT RSUP Dr. KARIADI SEMARANG PERIODE JULI DESEMBER 2009

Profil Penggunaan Antituberkulosis di Apotek di Kota Bandung Periode

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN DEMAM TIFOID DI INSTALASI RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN

PERBEDAAN KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK DENGAN DEMAM TIFOID DI KELAS III DAN NON KELAS III RSUP Dr. KARIADI SEMARANG PADA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

PHARMACY, Vol.13 No. 02 Desember 2016 ISSN

LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN LANSIA DENGAN PNEUMONIA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT PERIODE TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan

PERBEDAAN KUALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA ANAK DENGAN DEMAM TIFOID DI KELAS III DAN NON KELAS III LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN USIA ANAK DAN DIAGNOSIS DENGAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN ANAK Di Puskesmas Rowosari Semarang

ABSTRAK. Kata kunci: Infeksi saluran kemih akibat kateterisasi, antibiotik, rasionalitas, luaran klinik, metode Gyssens ABSTRACT

Fransiska Yovita Dewi, M.Sc., Apt Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UNIVERSITAS INDONESIA

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA DIARE AKUT PEDIATRI

EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PENGOBATAN PNEUMONIA ANAK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP PROF. DR. R. D

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan kasus per penduduk per tahun, atau kurang lebih

POLA PERESEPAN OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN POLI GIGI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

Periode Agustus-Desember 2008

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

KAJIAN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DALAM TERAPI DEMAM TYPHOID PADA PASIEN ANAK RAWAT INAP DI RSUD Dr. M.M DUNDA LIMBOTO

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

KATA PENGANTAR. Dewan editor

KUALITAS DAN KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS II SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

ARTIKEL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh : Tri Ika Kusuma Ningrum NIM : G2A

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI INSTALASI RAWAT INAP RSUP. PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JULI JUNI

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

TINGKAT PERESEPAN ANTIBIOTIK DI PUSKESMAS X TAHUN 2012 DAN 2013 DENGAN METODE ATC/DDD NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA PADA PASIEN ANAK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X DEMAK TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

KUANTITAS PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI BANGSAL BEDAH DAN OBSTETRI-GINEKOLOGI RSUP DR. KARIADI SETELAH KAMPANYE PP-PPRA JURNAL ILMIAH MEDIA MEDIKA MUDA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

EVALUATION OF SIDE EFFECTS OF ANTIBIOTIC DRUG IN PATIENTS IN HOSPITAL IN HOSPITAL "X" JAKARTA, INDONESIA Jerry

Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Salah Satu Rumah Sakit Umum di Bandung Tahun 2010

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak dan Farmakologi. dari instansi yang berwenang.

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK UNTUK PENYAKIT DIARE PADA PASIEN BALITA DI INSTALASI RAWAT INAP RSI SULTAN AGUNG SEMARANG TAHUN 2015 ARTIKEL.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

TINJAUAN PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN JAMKESMAS DI INSTALASI FARMASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT X PERIODE BULAN JANUARI MARET 2011 NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan menggunakan data

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

PERBANDINGAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS CEFTRIAXON DAN NON-CEFTRIAXON TERHADAP KEJADIAN SURGICAL SITE INFECTION

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

Peranan KARS dalam mengatasi Resistensi Antimikroba di Rumah Sakit. Dr Henry Boyke Sitompul,SpB Komisi Akreditasi Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi kesembuhan penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Tingkat Pendidikan dan Status Ekonomi terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan Antibiotik

INTISARI KESESUAIAN DOSIS CEFADROXIL SIRUP DAN AMOKSISILIN SIRUP PADA RESEP PASIEN ANAK DI DEPO UMUM RAWAT JALAN RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

BAB III METODE PENELITIAN

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RSUD

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTIBIOTIK PADA TERAPI DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS BANCAK KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT DENGAN INDIKATOR PRESCRIBING PADA PUSKESMAS JAKARTA UTARA PERIODE TAHUN 2016

Monitoring Pola Peresepan Obat Pasien Usia 0 2 Tahun Menggunakan Indikator WHO

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO

BAB III METODE PENELITIAN. secara descriptive dengan metode cross sectional dan pengambilan data secara

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) DI RSUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

Ringkasan dalam bahasa Indonesia (Indonesian summary)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di. seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian

PHARMACY, Vol.14 No. 01 Juli 2017 p-issn ; e-issn X

ANALISIS KUALITATIF PENGGUNAAN ANTIBIOTIK GOLONGAN SEFALOSPORIN DI RUMAH SAKIT X KUPANG

Pola Penggunaan Antibiotik Profilaksis pada Pasien Bedah Caesar (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit Pekanbaru Medical Center (PMC) Tahun 2014

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

Transkripsi:

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Desember 06 Vol. 5 No. 4, hlm 93 98 ISSN: 5 68 Artikel Penelitian Tersedia online pada: http://ijcp.or.id DOI: 0.546/ijcp.06.5.4.93 Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan ATC/DDD dan DU 90% di Bagian Bedah Digestif di Salah Satu Rumah Sakit di Bandung Febrina Mahmudah, Sri A. Sumiwi, Sri Hartini Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Indonesia Abstrak Antibiotik merupakan obat yang paling banyak diresepkan di rumah sakit. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai masalah, di antaranya pengobatan akan lebih mahal, efek samping lebih toksik, meluasnya resistensi dan timbulnya kejadian superinfeksi yang sulit diobati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola penggunaan antibiotik pada pasien bedah digestif di salah satu rumah sakit di Bandung. Data penggunaan antibiotik diperoleh dari Instalasi Rekam Medis pada Juli Desember 03. Data diperoleh dengan metode ATC/DDD dan DU 90%. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi retrospektif yang diambil dari catatan medik untuk menilai kuantitas dan kualitas penggunaan antibiotik. Sampel diambil dengan cara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 08 catatan medik didapatkan total penggunaan antibiotik 7,9 DDD/00 hari rawat dan antibiotik yang masuk dalam DU 90% yaitu seftriakson (8,77 DDD/00 hari rawat), metronidazol (4,6 DDD/00 hari rawat), sefiksim (,09 DDD/00 hari rawat), sefepim (0,85 DDD/00 hari rawat), siprofloksasin (0,73 DDD/00 hari rawat), dan meropenem (0,4 DDD/00 hari rawat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kuantitas penggunaan antibiotik yang paling banyak adalah seftriakson sebesar 8,77 DDD/00 hari rawat dan antibiotik yang masuk dalam segmen 90% yaitu seftriakson, metronidazol, sefiksim, sefepim, siprofloksasin, dan meropenem. Kata kunci: ATC, DDD, kuantitas, studi penggunaan antibiotik Study of the Use of Antibiotics with ATC/DDD System and DU 90% in Digestive Surgery in Hospital in Bandung Abstract Antibiotics are the most widely prescribed medicines in the hospital. Improper use of antibiotics can cause various problems, such as treatment will be more expensive, more toxic side effects, and the emergence of widespread resistance superinfection events that are difficult to treat. The objective of this study was to determine quantity and pattern of antibiotic usage in hospitalized patients at one hospital in Bandung. Sample were taken by simple random sampling method. The quantity of antibiotics usage was assessed by counting the Defined Daily Dose (DDD)/00 patient days and DU 90%. Based on 08 patient medical records, it was found that total antibiotic usage was 7.9 DDD/00 patient days and antibiotics were included in the DU 90% is ceftriaxone (8.77 DDD/00 patient days), metronidazole (4.6 DDD/00 patient days), cefixime (.09 DDD/00 patient days), cefepime (0.85 DDD/00 patient days), ciprofloxacin (0.73 DDD/00 patient days) and meropenem (0.4 DDD/00 patient days. The results showed that the use of antibiotics in quantity at most is ceftriaxone for 8.77 DDD / 00 days of hospitalization and antibiotics included in segment 90% were ceftriaxone, metronidazole, cefixime, cefepime, ciprofloxacin, and meropenem. Keywords: ATC, DDD, quantity, study of the use of antibiotics Korespondensi: Febrina Mahmudah, M.Farm., Apt., Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Sumedang, Indonesia, email: mahmudah.febrina@gmail.com Naskah diterima: 6 Juli 04, Diterima untuk diterbitkan: November 06, Diterbitkan: Desember 06 93

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 06 Pendahuluan Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Lebih dari seperempat anggaran rumah sakit dikeluarkan untuk biaya penggunaan antibiotik. Di negara maju, 3-37% dari seluruh penderita yang dirawat di rumah sakit mendapatkan antibiotik baik secara tunggal maupun kombinasi, sedangkan di negara berkembang 30-80% penderita yang dirawat di rumah sakit mendapat antibiotik. Penggunaan antibiotik dapat menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus mengikuti strategi peresepan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan resistensi terhadap antibiotik. Resistensi merupakan dampak negatif dari pemakaian antibiotik yang irasional, penggunaan antibiotik dengan indikasi yang tidak jelas, dosis atau lama pemakaian yang tidak sesuai, cara pemakaian yang kurang tepat, status obat yang tidak jelas, serta pemakaian antibiotik secara berlebihan. Dampak lainnya dari pemakaian antibiotik secara irasional dapat berakibat meningkatkan toksisitas, dan efek samping antibiotik tersebut, serta biaya rumah sakit yang meningkat.,3 Sehingga diperlukan penggunaan antibiotik berdasarkan diagnosis oleh tenaga medis profesional, monitoring dan regulasi penggunaan antibiotik untuk meningkatkan penggunaan antibiotik secara rasional. 3,4 Terapi antibiotik yang rasional pada proses pembedahan perlu memperhatikan beberapa hal penting. Pertama, aktivitas antimikroba harus muncul pada tempat luka pada saat proses penutupan luka. Kedua, antibiotik harus aktif melawan mikroorganisme kontaminan yang diprediksi akan muncul. Ketiga, pemberian obat dalam jangka waktu lama setelah prosedur operasi tidak dibenarkan dan potensial berakibat buruk. Faktor sterilitas dan teknik pembedahan juga harus mendapat perhatian untuk memperkecil resiko terjadinya infeksi. 5 Menurut Haley, operasi pada daerah abdominal merupakan salah satu faktor resiko terjadinya infeksi pada luka operasi. Pembedahan digestif meliputi tindakan invasif yang dilakukan pada sistem pencernaan khususnya pada daerah abdominal. Pada proses pembedahan, terjadi luka yang terbuka di daerah pembedahan. Kondisi ini memungkinkan terjadinya infeksi oleh mikroba terhadap pasien yang mengalami pembedahan atau operasi. Infeksi luka pasca operasi adalah penyebab utama morbiditas, mortalitas dan peningkatan biaya rumah sakit. Di samping itu, infeksi luka operasi dapat menyebabkan pemberian antibiotik tambahan untuk penanganan infeksi tersebut, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya resistensi bakteri. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik pada pasien bedah digestif juga perlu mendapat perhatian khusus. 6 Sistem Anatomical Therapeutic Chemical (ATC)/Defined Daily Dose (DDD) merupakan sistem klasifikasi dan pengukuran penggunaan obat yang saat ini telah menjadi salah satu pusat perhatian dalam pengembangan penelitian penggunaan obat. 7 WHO menyatakan sistem ATC/DDD sebagai standar pengukuran internasional untuk studi penggunaan obat, sekaligus menetapkan WHO Collaborating Centre for Drug Statistic Methodology untuk memelihara dan mengembangkan sistem ATC/ DDD. 8 Evaluasi penggunaan obat dapat dengan mudah dibandingkan dengan menggunakan metode ATC/DDD. Metode Drug Utilization 90% (DU 90%) merupakan metode yang menunjukkan pengelompokan obat yang masuk ke dalam segmen 90% penggunaan, yang sering digunakan bersamaan dengan metode ATC/DDD. Penilaian terhadap obat yang masuk ke dalam segmen 90% diperlukan untuk menekankan segmen obat tersebut dalam hal evaluasi, pengendalian penggunaan dan perencanaan pengadaan obat. 9,0, 94

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 06 Metode Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik di salah satu rumah sakit di Bandung mulai bulan Juli sampai Desember 03 dengan nomor ethical clearance 6/UN6.C../KEPK/PN/04. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif analitik (cross-sectional) dengan pengambilan data secara retrospektif. Kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu: pasien yang berusia 8 hingga 65 tahun untuk kategori dewasa dan di atas 65 tahun untuk kategori geriatri, menggunakan antibiotik, baik sebagai terapi empiris, definitif, atau profilaksis, pasien yang menggunakan antibiotik untuk terapi jangka panjang (>4 hari) dan terapi jangka pendek (<4 hari), dan catatan medik yang lengkap. Kriteria yang masuk dalam kriteria eksklusi, yaitu: terapi antibiotik jangka pendek dihentikan karena pasien pulang paksa atau pasien meninggal, dan data catatan medik tidak lengkap. Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan metode DDD/00 hari rawat untuk penilaian kuantitas. Kode DDD masing masing antibiotik yang digunakan pada periode penelitian diakses melalui http:// www.whocc.no/atc_ddd_index/. Data yang didapat lalu dihitung dengan menggunakan satuan DDD/00 hari rawat, yang diperoleh dengan cara membagi total penggunaan obat pada periode penelitian (dalam satuan DDD) dengan total hari rawat per 00. Segmen penggunaan antibiotik terbanyak ditetapkan berdasarkan metode DU 90%, dengan mengurutkan persentase penggunaan pada periode penelitian dari yang terbesar hingga yang terkecil yang kemudian diambil segmen 90% penggunaan terbanyak. Hasil Dari 08 catatan medik pada periode bulan Juli sampai Desember 03 yang masuk Bagian Bedah Digestif RSUP Hasan Sadikin yang diambil, terdapat 344 peresepan antibiotik yang terdokumentasi. Berdasarkan 344 peresepan antibiotik tersebut, didapatkan kuantitas seftriakson paling tinggi, yang menunjukkan bahwa penggunaan seftriakson paling banyak dibanding obat antibiotik yang lain seperti yang ditunjukkan pada Tabel. Tabel Kuantitas Penggunaan Antibotik dengan DDD/00 Hari Rawat Jenis Antibiotik Dosis (g) DDD DDD/00 Seftriakson Metronidazol Sefiksim Sefepim Siprofloksasin Meropenem Ampisilin Sulbaktam Sefotaksim Seftazidim Netilmisin Sulfat Amoksisilin Klavulanat Sulbaktam Sefoperazon Sefoperazon Levofloksasin Eritromisin Sefpirome Sefadroksil Sefazolin Gentamisin Total Penggunaan 39 9,5 8, 3 3,8 6 6 4 4 0,04 587,5 64,5 86,3 0,5 6 3,8 8 6 5,5 3,5,8 0,6 0,6 338,7 8,77 4,6,09 0,85 0,73 0,4 0,3 0,9 0,8 0,5 0, 0, 0, 0, 0,03 0,008 7,9 95

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 06 Berdasarkan pola konsumsi antibiotik yang ditampilkan pada Tabel, dapat diketahui antibiotik apa saja yang masuk ke dalam segmen DU 90% penggunaan. Golongan antibiotik yang masuk ke dalam segmen DU 90% dengan urutan yang terbesar hingga terkecil berturut turut yaitu seftriakson, metronidazol, sefiksim, sefepim, siprofloksasin dan meropenem. Pembahasan Penilaian penggunaan antibiotik secara kuantitas dilakukan dengan cara menghitung DDD (Defined Daily Doses) per 00 hari rawat yang telah direkomendasikan oleh WHO. Penilaian kuantitas penggunaan antibiotik dari 08 catatan medik yang masuk dalam penanganan di Bagian Bedah Digestif didapat dari perhitungan DDD/00 hari rawat. Semakin kecil kuantitas antibiotik yang digunakan menunjukkan bahwa dokter lebih selektif dalam peresepan antibiotik sehingga lebih mendekati prinsip penggunaan antibiotik yang rasional. Dalam penelitian ini didapatkan 9 variasi penggunaan antibiotik yang termasuk dalam penanganan Bagian Bedah Digestif salah satu rumah sakit di Bandung dengan total 7,9 DDD/00 hari rawat. Hal ini dapat diartikan bahwa di antara 00 pasien yang dirawat inap terdapat sekitar 8 pasien yang mendapatkan DDD obat golongan antibiotik. Penggunaan antibiotik terbesar adalah seftriakson sebesar 8,7 DDD/00 hari rawat, diikuti dengan metronidazol yang sebesar 4,6 DDD/00 hari rawat. Hal ini sama dengan penelitian pada tahun 005 oleh tim studi AMRIN yang mendapatkan data peresepan antibiotik terbesar di bangsal bedah berasal dari golongan sefalosporin generasi ketiga sebesar 6,4 DDD/00 hari rawat. Berdasarkan penelitian tahun 00 juga diketahui bahwa pada penggunaan antibiotik di Intensive Care Unit, ditemukan bahwa ceftriaxone merupakan obat yang paling banyak digunakan yaitu sebesar 6, DDD/00 pasien. Begitu pula dengan penelitian pada tahun 0 pada bangsal anak, penggunaan antibiotik berasal dari golongan sefalosporin yaitu cefrianxone dengan total penggunaan sebesar 39,4 DDD/00. 3 Terdapat 9 jenis antibiotik yang dikonsumsi pada pasien Bedah Digestif pada Tabel Pola Konsumsi Jenis Antibioik Pasien Bedah Digestif No. Antibiotik DDD % Segmen DU 3 4 5 6 7 8 9 0 3 4 5 6 7 8 9 Seftriakson Metronidazol Sefiksim Sefepim Siprofloksasin Meropenem Ampisilin Sulbaktam Sefotaksim Seftazidim Netilmisin sulfat Amoksisilin slavulanat Sulbaktam sefoperazon Sefoperazon Levofloksasin Eritromisin Sefpirome Sefadroksil Sefazolin Gentamisin 8,770 4,60,090 0,850 0,730 0,40 0,30 0,90 0,80 0,50 0,00 0,00 0,00 0,00 0 0 0 0,030 0,008 48,60 5,50 6,00 4,70 4,0,40,80,60,03 0,8 0,30 0,30 0,30 0,0 90% 0% 96

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 06 periode Juli Desember tahun 03 dengan 6 jenis antibiotik yang masuk ke dalam segmen DU 90% penggunaan terbanyak yaitu seftriakson, metronidazol, sefiksim, sefepim, siprofloksasin, dan meropenem. Banyaknya variasi jenis antibiotik menyebabkan rentannya insiden resistensi antibiotik dan meningkatkan peluang munculnya resistensi terhadap antibiotik yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian ini, para dokter di Bagian Bedah Digestif cenderung meresepkan antibiotik lebih banyak dan umumnya dari jenis antibiotik yang berspektrum luas (seftriakson). Hal ini mungkin dikarenakan dokter bedah digestif lebih memiliki ketakutan akan timbulnya infeksi baik dari luka operasi maupun kontaminasi pasien yang dirawat di rumah sakit lebih lama. Dengan adanya perhitungan DDD/00 pasien, diharapkan penggunaan antibiotik di ruangan atau bangsal tertentu dapat dibandingkan dengan ruangan atau bangsal lain, bahkan antar rumah sakit atau antar negara sehingga dapat meningkatkan kualitas penggunaan antibiotik. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, diantaranya jumlah sampel tidak mencakup seluruh pasien yang masuk dalam penanganan di Bagian Bedah Digestif pada periode Juli sampai Desember 03 dan hanya dapat diambil sejumlah sampel yang dianggap dapat mewakili. Metode pendekatan yang digunakan yaitu retrospektif dimana metode ini memiliki kelemahan pada penulisan medik yang tidak lengkap. Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara kuantitatif penggunaan antibiotik yang paling banyak di Bagian Bedah Digestif di salah satu rumah sakit di Bandung adalah seftriakson sebesar 8,77 DDD/00 hari rawat dan antibiotik yang masuk dalam segmen 90% yaitu seftriakson, metronidazol, sefiksim, sefepim, siprofloksasin, dan meropenem. Ucapan Terima Kasih Penulis berterima kasih kepada semua staf rekam medik di salah satu rumah sakit di Bandung, serta pembimbing di Universitas Padjadjaran. Pendanaan Penelitian ini dilakukan tanpa bantuan/hibah dari manapun. Konflik Kepentingan Seluruh penulis menyatakan tidak terdapat potensi konflik kepentingan dengan penelitian, kepenulisan (authorship) dan atau publikasi artikel ini. Daftar Pustaka. AMRIN - Study Group. Penggunaan antibiotik di RS Dr Soetomo Surabaya dan RSUP dr. Kariadi Semarang. 005.. Neal MJ. Medical pharmacology at a glance, Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Erlangga; 006. 3. Bibliography of scientific publication on antimicrobial resistence from South- East Asia Region 990-00 [diunduh 7 Maret 04]. Tesedia dari: http:// www.searo.who.int/linkfiles/whd-_ bibilography.pdf. 4. Kakkilaya S. Rational medicine: rational use of antibiotics [diunduh 7 maret 04]. Tersedia dari: http://www. rationalmedicine.org/antibiotics.htm. 5. Brunton LL. Goodman and Gilman s the pharmacological basis of therapeutics Edisi ke-. United States: McGraw-Hill Companies Inc; 006. 6. Ashok R, Lakshmi V, Sastry RA. Applicability of risk indices on surgical 97

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 5, Nomor 4, Desember 06 site infections in abdominal surgery. Asian J Biomed Pharm Sci. 03;3(3):0. doi: 0.57/ajbps.v3i3.357 7. World Health Organization. Drug utilization and their applications: introduction to drug uilization research. Oslo: World Health Organization; 003. 8. Birkett DJ. WHO Drug Information. World Health Organization; 00. 9. Goossens H, Ferech M, Vander SR, Elseviers M. Outpatient antibiotic use in Europe and association with resistance: a cross-national database study. The Lancet. 005;365(9459):579 87. doi: 0.06/S040-6736(05)7907-0 0. Sketris IS, Metge CJ, Ross JL, MacCara ME, Comeau DG, Kephart GC, et al. The use of the world health organisation anatomical therapeutic chemical/defined daily dose methodology in Canada. Drug Inf J. 004;38():5 7. doi: 0.77/009865040380004. De WK, Bestehorn H, Steib-Bauert M, Kern WV. Comparison of defined versus recommended versus prescribed daily doses for measuring hospital antibiotic consumption. Infection. 009;37(4): 349 5. doi: 0.007/s500-008-838-4. Yuniftiadi F. Kajian rasionalitas penggunaan antibiotik di intensive care unit RSUP Dr. Kariadi Semarang periode Juli Desember 009. Semarang: Universitas Dipenegoro; 00. 3. Febiana T. Kajian rasionalitas penggunaan antibiotik di intensive care unit RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus Desember 0. Semarang: Universitas Dipenogoro; 0. 98