1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi perikanan sudah sangat berkembang pesat di negara-negara maju seperti Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara maju lainnya. Nelayan di negara-negara tersebut telah menggunakan berbagai macam alat dalam mendukung aktifitas penangkapan ikannya. Walaupun Indonesia tidak kalah dalam penggunaan teknologi satelit untuk memprediksikan keberadaan ikan untuk waktu tertentu pada wilayah tertentu, penggunaan teknologi oleh nelayan Indonesia secara individual kebanyakan masih secara tradisional. Cara penangkapan ikan di Indonesia seharusnya lebih efisien dengan menggunakan teknologi sekarang seperti FishFinder, GPS, dan komunikasi ke darat dengan radio maupun satelit. Contohnya FishFinder, sejenis alat pencitraan sonar yang digunakan untuk memindai ada atau tidaknya ikan di sekitar kapal tersebut, dengan demikian nelayan tersebut dapat menentukan apakah jala akan diturunkan atau tidak. Cara ini lebih efektif daripada hanya menurunkan jala tanpa mengetahui ada atau tidaknya ikan di sekitar kapal tersebut. Salah satu penghambat yang menyebabkan nelayan Indonesia tidak dapat mengadopsi teknologi tersebut adalah kemampuan Sumber Daya Manusia nelayan Indonesia yang masih rendah. Kurangnya penerapan teknologi inilah yang mengakibatkan para nelayan terkadang bahkan sering pulang melaut tanpa mendapatkan
2 hasil yang break even sesuai dengan pengeluarannya untuk melaut pada hari itu. Perlu diingat bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang mempunyai kekayaan maritim yang sangat besar. Kekayaan ini belum tereksploitasi secara optimal karena kurangnya teknologi yang mendukung perikanan di Indonesia. Untuk membantu mengatasi masalah ketidakefisienan tersebut, maka dibutuhkan alat berteknologi tinggi yang terintegrasi sehingga dapat digunakan oleh pengguna dengan tingkat sumber daya manusia nelayan Indonesia. Karena sebagian besar nelayan Indonesia tidak mengerti cara menggunakan GPS dan sistem komunikasi radio frequency (RF) serta pengoperasian Fishfinder, maka dibutuhkan rancangan sistem informasi yang mengintegrasikan semua alat tersebut menjadi sebuah perangkat yang mudah digunakan dan dapat mengirimkan informasi langsung ke Pusat Informasi bila terdapat ikan pada lokasi tertentu. Pusat informasi tersebut akan ditampilkan kepada nelayan, sehingga mereka dapat mengetahui di titik mana saja ada ikannya kemudian baru melaut. Pusat informasi tersebut juga harus dapat berkomunikasi dengan perangkat terintegrasi yang dibawa oleh nelayan sehingga perangkat tersebut dapat memberikan informasi arah yang harus dituju oleh nelayan sesuai dengan posisi nelayan dan posisi yang akan dituju. Pusat Informasi juga harus dapat mendukung banyak perangkat untuk meningkatkan efisiensi. Dengan demikian terbentuk sebuah sistem penangkapan ikan terpadu. 1.2 Ruang Lingkup Penelitian menggunakan sistem minimum dengan mikrokontroler ATMEGA162 yang menjadi kontroler yang berhubungan dengan GPS dan RF modem (selanjutnya
3 disebut Mobile Scanner) yang juga dilengkapi dengan Fishfinder yang dioperasikan oleh operator. Masing-masing alat tersebut berguna untuk: Fishfinder sebagai pemindai keberadaan ikan di air dengan sonar, GPS sebagai penunjuk lokasi keberadaan alat tersebut di koordinat tertentu di bumi, dan RF modem sebagai alat komunikasi ke darat dengan jangkauan mencapai 3-10 mil menggunakan frekuensi 2.4GHz. Mobile Scanner bisa bekerja pada dua mode, yaitu mode Scanner dan mode Nelayan. Fungsi dari mode Scanner adalah untuk melacak keberadaan ikan, sedangkan fungsi dari mode Nelayan adalah untuk tracking dan guidance kapal nelayan. Penelitian ini juga mencakup pembuatan perangkat lunak (selanjutnya disebut Terminal) di darat yang berkomunikasi dengan Mobile Scanner lewat RF modem. Terminal yang menggunakan PC ini akan mendapatkan data keberadaan ikan yang dikirimkan oleh Mobile Scanner dan kemudian menampilkan titik-titik ikan tersebut di peta pada monitor. Titik-titik ikan pada peta inilah yang akan menjadi sumber informasi bagi nelayan untuk menangkap ikan. FishFinder tidak memiliki antarmuka yang dapat memberikan informasi output mengenai keberadaan ikan selain output pada LCDnya, sehingga pengiriman data ke terminal harus dilakukan oleh operator (dengan cara menekan tombol keypad yang disediakan). Terlebih lagi, banyak atau sedikitnya ikan adalah relatif bagi setiap orang, sehingga penentuan keputusan informasi keberadaan ikan tersebut berguna atau tidak sebaiknya ditentukan oleh operator. Penelitian ini menekankan pada pembuatan perangkat Mobile Scanner dan Terminal dan sistem komunikasi yang harus dilakukan keduanya agar dapat bertukar informasi. Titik keberadaan ikan memiliki waktu timeout yang dapat diatur sesuai
4 dengan kondisi laut pada saat penangkapan ikan. Kemungkinan perpindahan ikan ditentukan lamanya waktu timeout yang diset oleh petugas di pusat (Terminal). Untuk menulis perangkat lunak, penelitian ini akan menggunakan bahasa pemrograman AVR C dengan compiler AVRGCC untuk sistem minimum, dan pemrograman bahasa tingkat tinggi Qt untuk penampilan informasi di Terminal. 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membangun sebuah sistem penentuan lokasi keberadaan ikan yang sekaligus mampu menuntun nelayan untuk sampai pada titik ikan yang telah didapat sebelumnya. Terdapat tiga manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini, yaitu: a. Nelayan dapat mengetahui keberadaan ikan sebelum berangkat ke laut, sehingga tidak perlu berlayar menuju tempat yang tidak tentu ada ikannya. Dengan demikian menghemat bahan bakar kapal. b. Nelayan dapat mencapai lokasi titik ikan yang telah didapat sebelumnya dengan bantuan informasi dari alat. c. Informasi titik ikan lebih eksplisit dibanding sistem remote sensing menggunakan satelit. Perancangan ini ditujukan sebagai pelengkap dari pencitraan satelit yang telah ada. Pencitraan satelit memprediksikan keberadaan ikan di sebuah wilayah yang lebih luas.
5 1.4 Metodologi Penelitian 1.4.1 Studi Kepustakaan Mengumpulkan informasi baik dari buku-buku literatur yang ada dan pencarian di Internet serta dari datasheet modul maupun komponen, yang berhubungan dengan sistem yang akan dibuat. Dari studi kepustakaan didapatkan teori-teori yang akan mendukung. Studi kepustakaan juga dilakukan untuk mengetahui tentang tingkat sumber daya, cara kerja, dan permasalahan nelayan tradisional pada umumnya. 1.4.2 Metode Perancangan Untuk perancangan sistem, percobaan ini menggunakan metode perancangan sesuai dengan analisis permasalahan yang telah dilakukan. 1.4.3 Metode Eksperimental Dilakukan eksperimen/percobaan pada sistem yang telah dirancang untuk mengetahui fungsionalitas/operasional sistem tersebut. Selain dilakukan percobaan fungsionalitas sistem, dilakukan pula pengujian kerusakan data berbanding jarak. Metode eksperimental akan menghasilkan log sistem dan perbandingan kerusakan data dengan jarak yang kemudian akan dianalisa dan diambil kesimpulannya. 1.5 Sistematika Penulisan BAB 1 : PENDAHULUAN Pada bab ini membahas mengenai latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan manfaat, metodologi penelitan serta sistematika penulisan. BAB 2 : LANDASAN TEORI Pada bab ini dijabarkan teori umum dan khusus yang digunakan untuk mendukung penelitan dan perancangan yang dilakukan
6 BAB 3 : ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas analisa terhadap kendala yang ada dalam perancangan dan pengembangan alat, serta pendefinisian spesifikasi sistem. Perancangan sistem ini meliputi perancangan infrastruktur komunikasinya, beserta perangkat lunak yang digunakan. BAB 4 : IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dibahas penerapan sistem ini ke lapangan, beserta evaluasi kinerjanya. BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN Bab terakhir ini berisi kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini, beserta saran-saran untuk pengembangan lebih lanjut.