BAB I PENDAHULUAN. karena olahraga merupakan alat pendidikan agar terjadi keseimbangan antara

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam abad informasi telah membawa pengaruh yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Undang Undang No.3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional. Hal ini

Landasan Hukum Alasan PT Liga Indonesia Membatalkan Turnamen. Isu Hukum:

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 14 TAHUN 2017 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG

BAB I PENDAHULAN. di Indonesia, metodologi kepelatihan harus ditingkatkan untuk dalam upaya. meningkatkan prestasi dalam cabang sepakbola.

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SEPAKBOLA JAWA TENGAH DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat sekarang ini olahraga sangat digemari banyak orang diseluruh

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan menerangkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang. dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN SEPAKBOLA DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga olahraga menjadi

IV.B.8. Urusan Wajib Pemuda dan Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Pengalaman zaman Orde Baru yang sarat akan penyelewengan

PERBANDINGAN MATERI POKOK UU NO. 8 TAHUN 1974 JO UU NO. 43 TAHUN 1999 TENTANG POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN DAN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. ANALISIS PENGOLAHAN DATA DAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan olahraga, seperti

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus manusia untuk mengulangi masalah-masalah yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. juta permainan sepakbola dimainkan setiap tahunnya.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sasaran, sehingga untuk bisa bermain sepakbola diperlukan teknik-teknik

Kompetisi antar-klub amatir di Kabupaten Purworejo PENDAHULUAN. Ada banyak klub sepak bola amatir di Kabupaten Purworejo, baik yang sudah

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. berguna membentuk jasmani dan rohani yang sehat.sampai saat ini olahraga telah

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, melalui cabang-cabang olahraga ataupun olahraga tradisional, yang

MEMBANGUN FONDASI PEMBINAAN SEPAKBOLA USIA DINI YANG LEBIH KOKOH UNTUK MEMPERSIAPKAN MASA DEPAN SEPAKBOLA INDONESIA

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. PENDAHULUAN. Siswa SMP merupakan potensi sumber daya manusia yang perlu dibina dan. pertumbuhan dan perkembangan remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Olahraga merupakan sebuah aktivitas fisik yang memiliki aspek yang

I. PENDAHULUAN. telah cukup tumbuh dan berkembang. Hal ini ditandai dengan kegiatan

PANDUAN WAWANCARA. 1. Bagaimanakah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Lampung dalam penyampaian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. bondong menuju Sekolah Sepak Bola (SSB) sedini mungkin, untuk ditempa

I. PENDAHULUAN. masing-masing regu terdiri dari sebelas orang pemain, yang lazim disebut. sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan mempertahankan

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia yang tidak dapat di pisahkan dari usaha-usaha pendidikan

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PEMBUKAAN PROGRAM PELATIHAN SEPAK BOLA USIA DINI COCA-COLA AMATIL INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan prasarana yang memadai serta sumber daya manusia yang handal. Prestasi

KATA PENGANTAR. Ratahan, Januari 2017 KEPALA DINAS, BOYKE A. AKAY, S.E., M.E. Pembina Tingkat I NIP

JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) BALENOS JUNIOR DI KABUPATEN NGANJUK TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. ditunjang oleh atlet yang berbakat dalam cabang olahraga tertentu maka

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

dimainkan oleh laki-laki, perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua. Di yang cukup menggembirakan, namun dalam kancah sepak bola internasional

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Deskripsi Data

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2017 TENTANG PENINGKATAN PRESTASI OLAHRAGA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah suatu cabang olahraga permainan yang populer dan. sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, baik tua

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM INDONESIA EMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia dan merupakan keinginan yang dimiliki oleh setiap individu manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di tanah air saat ini semakin kurang baik dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah bangsa dapat berdiri tegak diantara bangsa-bangsa lain di dunia,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

BAPPEDA PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN. SMAN 4 Metro adalah lembaga pendidikan menengah atas yg membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Medan adalah kota yang memiliki pemerintahan sendiri di bawah

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Sekilas Kementerian Pemuda dan Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perubahan pola hidup manusia adalah akibat dari dampak era

BAB I PENDAHULUAN. kalangan masyarakat dan sekarang ini banyak pemain yang berlomba-lomba

BAB II PROFIL DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA SUMUT. Berdirinya Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG ANGGARAN KAS

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

STRATEGI PEMBINAAN OLAHRAGA MAHASISWA MENUJU POMNAS ACEH 2015

BAB I PENDAHULUAN. populer juga permainan yang menyenangkan dan menggairahkan, Tidak adanya

BAB I PENDAHULUAN. sekolah masih kurang memenuhi kebutuhan untuk mengembangkan bakat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam permainan sepakbola banyak faktor-faktor yang dibutuhkan sesuai

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. olahraga sudah berkembang ke arah yang lebih luas. Olahraga tidak hanya sekedar. menjadi sehat atau meningkatkan kebugaran tubuh.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 36 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

RENCANA KERJA (RENJA) DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2008 TENTANG PEMBINAAN KESISWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN WALIKOTA BATAM NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Olahraga di Indonesia merupakan suatu kegiatan yang banyak penggemarnya baik di kalangan masyarakat maupun sekolah. Pemerintah telah mencanangkan tekad, yaitu memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat. Hal tersebut dimaksudkan agar masyarakat mengemari olahraga dan dengan berolahraga mereka merupakan tenaga pembangun yang tangguh. Disamping itu di sekolah juga diberikan olahraga karena olahraga merupakan alat pendidikan agar terjadi keseimbangan antara pertumbuhan jasmani dan rokhani. Didalam olahraga dapat ditanamkan kepada anak didik sifat-sifat yang positif, disiplin, kerjasama sportifitas dan sifat sifat positif yang lain yang menunjang perkembangan jiwa. Akhir-akhir ini, isu pembinaan olahraga sejak usia dini di Indonesia makin sering di perbincangkan dalam berbagai forum seperti diskusi, seminar, dll. Meningkatnya perhatian para pembina olahraga, kalangan pers dan mereka yang berkecimpung dalam dunia akademik terhadap masalah pembinaan olahraga. Oleh karena itu peningkatan prestasi bidang olahraga menjadi bagian dari pembinaan di banyak negara, termasuk negara kita Indonesia. Seirama dengan kemajuan IPTEK, upaya untuk peningkatan prestasi olahraga selalu melalui pendekatan ilmiah, tanpa mengecilkan aspek aspek lain, aspek penelitian merupakan aspek yang menonjol untuk 1

2 diperhatikan keberadaannya. Sebab di negara-negara maju, prestasi olahraga yang dicapai sebagian besar hasil penerapan penelitian untuk peningkatan prestasi para atlit. Pembinaan prestasi dari masing masing unsur sangat menentukan, untuk peran ini dibutuhkan secara optimal peran atau usaha untuk mengkoordinir menjalankan pola pembinaan sesuai dengan program yang telah disusun dalam sistem pembinaan prestasi atlit. Semua cabang olahraga untuk mendidapatkan prestasi yang maksimal tentunya tidak lepas dari peranan pelatih, dimana tugas dari seorang pelatih tidak hanya membina dan melatih pemain, akan tetapi lebih dari itu, seorang pelatih harus mengetahui karakteristik individu dan kejiwaan atlitnya. Pelatih harus bertindak tegas dan tepat sesuai dengan situasi dan kondisi, serta bisa membaca kemampuan anak didiknya untuk menerapkan program latihan yang dibarengi manajemen yang baik pasti akan berhasil. Di Indonesia, pembinaan cabang olahraga sepakbola dilaksanakan oleh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI). Pembinaan olahraga sepakbola di Indonesia dibagi melalui dua jalur. Pertama, melalui jalur amatir. Jalur ini menangani kelompok umur 7 tahun-senior, yang dalam pelaksanaannya dilaksanakan oleh Pengcab PSSI Kabupaten maupun Kota. Kedua, jalur non amatir menangani pemain-pemain profesional yang pembinaannya dilaksanakan oleh klub profesional (Anonim, 2006: 1). Sepakbola merupakan cabang olahraga terpopuler di belahan bumi ini. Hampir bisa dipastikan bahwa semua negera di dunia ini memiliki induk

3 organisasi sepakbola. Ada beberapa sumber yang menyatakan bahwa cabang olahraga sepakbola berasal dari Cina dan juga dari Inggris. Walaupun masih butuh pembuktian. Namun dalam kenyataannya, sepakbola merupakan hasil panjang peradaban yang bisa ditelusuri di banyak tempat di bumi bahkan sejak sebelum Masehi (Kaligis, 2007: 1). Di Indonesia, perkembangan olahraga sepakbola juga luar biasa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai event yang ada. PPLP sebagai pelaksana pembinaan kelas amatir memiliki tanggung jawab melakukan pembinaan usia 7 tahun sampai dengan senior. Adapun pembinaannya dilaksanakan oleh 25 perkumpulan sepakbola yang menjadi anggota Pengcab PSSI Kota Semarang. Pengcab juga melaksanakan pembinaan terhadap SSB dan perkumpulan Futsal. PPLP melaksanakan pembinaan secara berjenjang. Jenjang pembinaan tersebut meliputi (a) kelompok umur 7-9 tahun, (b) kelompok umur 10-12 tahun, (c) kelompok umur 13-15 tahun, (d) kelompok umur 16-18 dan 19 tahun sampai dengan senior. Dengan sistem pelaksanaan berjenjang diharapkan menghasilkan pemain-pemain muda berkualitas sampai ke jenjang senior yang akan tersalurkan ke klub-klub sepakbola profesional. Ada beberapa landasan hukum yang bisa dirujuk berkaitan pendanaan kegiatan olahraga di Indonesia, tidak terkecuali sepakbola. Dalam UU No. 3 tahun 2005 dan PP No. 18 tahun 2007 ditegaskan bahwa pendanaan olahraga menjadi tanggungjanab pemerintah pusat dan daerah. Dalam mengalokasikan pendanaan itu didasarkan pada prinsip berkelanjutan dan

4 berkecukupan. Anggaran pendanaan tersebut dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) (SM, 28/2/2008). Selain landasan hukum di atas, pendanaan olahraga juga didasarkan pada Surat Edaran Menteri dalam Negeri No. 900/2677/SJ. Bahwa dalam mencapai tujuan pembangunan daerah, pemerintah daerah sesuai ketentuan perundang-undangan diperbolehkan untuk memberikan hibah dan bantuan kepada pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan sesuai dengan ketentuan pemberian hibah dan bantuan yang terdiri atas hibah, bantuan sosial dan bantuan keuangan. Pendanaan olahraga dengan jelas dan eksplisit diatur dalam pasal 69 dan pasal 70 UU No. 3 tahun 2005 dan PP No. 18 tahun 2007. dalam pasal 69 ayat (1) UU No. 3 tahun 2005 disebutkan, pendanaan olahraga menjadi tanggungjawab pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Ayat (2) disebutkan, pemerintah dan pemerintah daerah wajib mengalokasikan anggaran olahraga melalui APBN dan APBD. Berdasar pada Panduan Dasar Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia tahun 2007, pasal 80 mengatakan bahwa pendapatan dana PSSI berasal dari (1) iuran tahunan anggota, (2) penerimaan dan hak komersial yang dimiliki PSSI, (3) denda yang dijatuhkan oleh badan/komisi yang berwenang, (4) iuran dan bantuan lainnya yang tidak mengikat. Pada poin keempat di atas, oleh Pengcab PSSI dijadikan dasar untuk mencari bantuan dana selain dari pihak pemerintah. Hal ini dilakukan mengingat kondisi yang terjadi di lapangan adalah dana yang berasal dari

5 APBD seringkali tidak mencukupi semua kebutuhan. Atas dasar kenyataan ini para pengurus berusaha untuk mencari dana tambahan melalui kerjasama dengan pihak sponsor. Kegiatan ini dirasa cukup efektif karena dapat membantu Pengcab bertahan hidup dan menjalankan program yang telah dicanangkan. Pasal 10 PP 18 tahun 2007 mengatakan bahwa penggunaan dana keolahragaan wajib dipertanggungjawabkan secara periodik dan transparan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 12 disebutkan, pertanggungjawaban penggunaan dana keolahragaan dan pendanaan penyelenggaraan keolahragaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 dan 11 dilaporkan dan/atau diumumkan sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Konsekuensi dari pasal-pasal di atas adalah semua pengguna anggaran keolahragaan yang bersumber dari APBN atau APBD dituntut untuk mengelola anggaran olahraga dengan baik, wajib melaporkan penggunaan dana secara periodik dan transparan, sehingga dapat terjaminnya akuntabilitas Publik. Melihat hal diatas, ditinjau dari sejarah atau latar belakang berdirinya PPLP di Salatiga yang bermula dari PPLP Sepakbola. Di mulai oleh PSSI Pusat menyelenggarakan TC PSSI Yunior bekerjasama dengan Departemen OR RI pada waktu itu di Kota madya Salatiga. Yang pada waktu itu dikenal dengan TC Sepakbola Ngebul Salatiga. Sampai sekarang istilah itu masih popular kemudian, oleh PSSI diserahkan kepada Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan (depdikbud) RI ( beralih fungsi Departemen) dan selanjutnya

6 digunakan oleh Kantor Wilayah P dan K Propinsi Jawa Tengah. Bersamaan dengan itu PPLP sepakbola diresmikan dan dapat berjalan sesuai tugasnya dengan Pimpinan Bapak. Tulus Sardjiono dengan di Bantu 2 orang staf PNS dan 7 orang tenaga wiyata bakti. Selain melaksanakan tugas pokok dari SKB itu sendiri, SKB Salatiga masih mendapat tugas dari kantor Wilayah Depdikbud Propinsi Jawa Tengah untuk membina siswa dari pusdiklat Sepakbola, Pusdilat Atlitik, Pusdiklat sepak Takraw. Berdasarkan latar belakang masalah penelitian diatas maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian berjudul pengelolaan pembinaan sepakbola di PPLP Jawa Tengah Salatiga. B. Fokus Penelitian Berdasar latar belakang penelitian, maka fokus penelitian adalah bagaimana pengelolaan pembinaan sepak bola PPLP Jawa Tengah di Salatiga. Fokus dijabarkan menjadi tiga subfokus sebagai berikut. 1. Bagaimana fasilitas pembinaan sepakbola pada PPLP Jawa Tengah di Salatiga? 2. Bagaimana kegiatan pembinaan sepakbola pada PPLP Jawa Tengah di Salatiga? 3. Bagaimana hubungan pembinaan sepak bola antara peneliti dan atlit pada PPLP Jawa Tengah di Salatiga?

7 C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. 1. Mendeskripsikan fasilitas pembinaan sepakbola pada PPLP Jawa Tengah di Salatiga. 2. Mendeskripsikan kegiatan pembinaan sepakbola pada PPLP Jawa Tengah di Salatiga. 3. Mendeskripsikan hubungan pembinaan sepak bola antara peneliti dan atlit pada PPLP Jawa Tengah di Salatiga. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Manfaat penelitian ini dapat menjadi penambah khasanah keilmuan dalam bidang pembinaan sepakbola di tanah air. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat praktis. a. Bagi Dinas Pemuda dan Olahraga Sebagai bahan masukan dalam mengambil kebijakan dalam pembinaan sepak bola khususnya di PPLP. b. Bagi Pengelola PPLP Sebagai bahan masukan dalam melakukan kegiatan pembinaan sepak bola sehingga didapat atlit-atlit yang berprestasi. c. Bagi Penelitian Selanjutnya Sebagai bahan referensi, untuk melakukan penelitian lanjutan dan juga wacana keilmuan, bagi pihak-pihak yang memiliki kepedulian

8 tehadap dunia sepak bola di tanah air. E. Definisi Istilah 1. Pengelolaan adalah suatu ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Sepakbola adalah olahraga yang memainkan bola dengan menggunakan kaki Pembinaan adalah usaha kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik, jadi dapat dikatakan bahwa pola pembinaan berarti sistem atau cara kerja untuk melakukan usaha kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik. 3. Pembinaan adalah usaha kegiatan yang dilakukansecara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik, jadi dapat dikatakan bahwa pola pembinaan berarti sistem atau cara kerja untuk melakukan usaha kegiatan yang dilakukansecara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik. 4. Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar ( PPLP) adalah wadah pembibitan olahragawan dari sekelompok siswa yang mempunyai bakat dan prestasi untuk dibina agar dapat menunjang prestasi nasional