BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. dari pembelajaran. Pembelajaran sains diharapkan pula memberikan

BAB I PENDAHULUAN. guru agar belajar lebih terarah dalam mencapai tujuan belajar. Guru memiliki

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Ada

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,

BAB I PENDAHULUAN. dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkan berfungsi untuk memenuhi dalam kehidupan, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. dan model pembelajaran yang interaktif dan melibatkan keaktifan siswa. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIF NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses perkembangan dan penyesuaian seseorang. dengan lingkungan masyarakat dan kebudayaan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ilmu yang mempelajari benda-benda beserta fenomena dan

BAB V PENUTUP. hipotesis menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan hasil belajar siswa

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pendididkan adalah hal yang memang seharusnya terjadi

BAB I PENDAHULUAN. IPA secara khusus sebagaimana tujuan pendidikan secara umum yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dan terencana untuk membentuk kepribadian manusia itu sendiri. 1

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mereka mampu berpikir luas untuk mendapatkan apa yang setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. sains yang semula berasal dari bahasa Inggris science. Kata science sendiri berasal

BAB I PENDAHULUAN. berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bagian dari IPA adalah fisika yang merupakan cabang ilmu

BAB II KAJIAN TEORI. adalah penentu terjadinya proses belajar. memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. cara kerja yang inovatif, keterampilan memanfaatkan fasilitas yang tersedia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran adalah dengan mengganti cara atau model pembelajaran yang selama

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sendiri menuju kedewasaan dan bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Saintifik pada materi himpunan kelas VII Semester Ganjil MTs GUPPI Sumberejo Tahun Pelajaran ?

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya menusia. 1 Pengalaman pembangunan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Disamping itu

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Secara khusus,

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun non formal. Sekolah sebagai lembaga pendidikan

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. 1 Pembelajaran IPA secara

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dirinya serta mengembangkan kualitas sumber daya manusia beriman dan

BAB I PENDAHULUAN. tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang. pengetahuan, kebiasaan sikap, dan sebagainya.

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), motivasi dan prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. arah yang positif baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Pendidikan bukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menguasai fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan

`BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan adalah guru karena dalam pelaksanaan pembelajaran selain

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. yang dinamis dan syarat perkembangan. Perkembangan pendidikan adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, mengontrol dan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan wawancara dengan guru bidang studi kimia SMA Budaya Bandar

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis data penelitian, dapat disimpulkan bahwa: dengan pendekatan induktif pada materi pokok kalor diperoleh persentasi

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman

PENGARUH MOTIVASI DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam masyarakat dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Hasil belajar merupakan bagian akhir dari proses belajar dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. proses-proses perwujudan pilar-pilar penyangga masyarakat. Pendidikan. diperlukan dalam perkembangan kehidupannya.

kebutuhan anak yang berusia antara 7-12 tahun. Anak dalam kelompokusia 7-12 tahun menurut Piaget (dalam Riyanto : 2002), anak pada usia ini pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. selalu tumbuh dan berkembang. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an surah Al-Mujadalah ayat 11 yang. Al-Qur an surah Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi: 4

DITA PUTRI MAHARANI Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) umumnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada model pembelajaran yang di lakukan secara masal dan klasikal, dengan

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia sehingga dapat bersaing dengan bangsa lain.

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. manusia di muka bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses dimana induvidu dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pengajarannya, oleh karena itu setiap pengajar menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kecakapannya dalam memilih dan menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. 1 Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. 1 Pendidikan tidak

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi keadaan jasmani, intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang meliputi keadaan keluarga secara keseluruhan, metode mengajar, kurikulum, disiplin sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan belajar demi mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang peranan penting dalam memberikan semangat dan rasa senang. Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku. Motivasi belajar mempunyai peranan yang penting dalam hal menumbuhkan gairah merasa senang dan semangat untuk belajar. Dalam hal ini motivasi belajar siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan seorang siswa. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil serta dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. 1

2 Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan dan lingkungan belajar yang kondusif. 1 Selain dari faktor motivasi, berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan atau dikeluarganya sendiri. 2 Pendidikan akan terbentuk dengan adanya proses belajar. Dengan demikian proses belajar berarti tahapan kegiatan yang memerlukan tempat yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah atau madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Apabila suatu lembaga sudah tidak mengutamakan suatu proses belajar yang terjadi pada anak maka bisa dipastikan keberhasilan anak tidak akan maksimal. SMA Negeri-4 Palangka Raya adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang mengutamakan proses dalam meningkatkan perkembangan siswanya. Tetapi terkadang suatu idealitas tidak sama dengan suatu realitas. Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan dengan salah satu guru mata pelajaran Fisika kelas X SMA Negeri-4 Palangka Raya, ditemukan beberapa permasalahan yang muncul ketika pembelajaran dilaksanakan, salah satunya banyak siswa yang kurang memahami konsep-konsep dasar fisika yang membuat siswa kesulitan untuk memahami materi yang telah diajarkan, sehingga ketika siswa dihadapkan pada suatu persoalan yang harus 1 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2014, hal. 23. 2 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, hal. 87.

3 diselesaikan, mereka cenderung kesulitan dalam menyelesaikan persoalan tersebut secara tepat. Akibatnya siswa menjadi kurang antusias untuk menindak lanjuti materi yang didapatnya di sekolah. Selain itu kurangnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran fisika membuat guru harus bekerja ekstra keras untuk menyampaikan materi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat dari jarangnya siswa mengerjakan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan oleh guru. Apabila mengerjakan PR mereka cenderung mencontoh hasil temannya sehingga berpengaruh terhadap hasil atau nilai siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut. 3 Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa siswa kelas X di SMAN-4 Palangka Raya masih menganggap bahwa Fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk dipahami terutama pada pokok bahasan gerak lurus. Dikarenakan pada pokok bahasan ini terdapat pemahaman konsep tentang kecepatan, perpindahan, serta percepatan yang sering mengharuskan mereka berpikir keras untuk memahaminya. Dengan demikian tugas seorang guru sebagai pengelola kelas adalah mengatur bagaimana proses pembelajaran berlangsung dengan melibatkan siswa secara penuh dan aktif, dengan kata lain proses pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan dengan menyenangkan. Secara tidak langsung guru senantiasa dituntut berfikir dan bertindak kreatif. Maka untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat membawa Maret 2016. 3 Hasil wawancara dengan salah satu guru bidang studi fisika SMAN-4 Palangka Raya 27

4 keadaan kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan dengan memanfaatkan peran guru dan terlebih siswa. Upaya untuk mengatasi masalah-masalah di atas, salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan tipe Numbered Heads Together (NHT). Dengan pemilihan model ini, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa dalam belajar Fisika. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini siswa menempati posisi dominan dalam proses pembelajaran. Dengan adanya kerjasama dalam kelompok yang ditandai dengan penomoran mendorong semua siswa berusaha untuk memahami setiap materi yang diajarkan dan bertanggung jawab atas nomor anggotanya masing-masing. Selain itu melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dilatih bersikap sportif dalam mempertanggung jawabkan hasil kerja kelompok di depan kelas. Siswa dapat mengembangkan kemampuan melalui menyumbangkan saran atau pendapatnya dalam kelompok untuk menyelesaikan suatu masalah. Sehingga motivasi siswa dalam proses pembelajaran akan meningkat dan sangat bermanfaat untuk menunjang keberhasilan dan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas memberikan inisiatif peneliti untuk melakukan penelitian tentang Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Gerak Lurus."

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan signifikan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak lurus? 2. Apakah ada perbedaan signifikan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak lurus? 3. Adakah terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan hasil belajar kognitif siswa sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak lurus? 4. Bagaimana hasil belajar psikomotor siswa selama pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT? C. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis untuk rumusan masalah yang ke-1 Ho = Tidak ada perbedaan signifikan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

6 Ha = Ada perbedaan signifikan motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 2. Hipotesis untuk rumusan masalah yang ke-2 Ho = Tidak ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). Ha = Ada perbedaan signifikan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 3. Hipotesis untuk rumusan masalah yang ke-3 Ho = Tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan hasil belajar kognitif siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). pada materi gerak lurus. Ha = Ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dan hasil belajar kognitif siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak lurus. D. Tujuan Penelitian berikut: Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian sebagai

7 1. Untuk mengetahui terdapat atau tidaknya perbedaan motivasi belajar siswa antara sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak lurus. 2. Untuk mengetahui terdapat atau tidaknya perbedaan hasil belajar kognitif siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak lurus. 3. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar siswa dan hasil belajar kognitif siswa sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada materi gerak lurus. 4. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar psikomotor siswa selama pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tiipe NHT. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui keberhasilan dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 2. Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan penulis tentang model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) yang dapat digunakan nantinya dalam mengajar. 3. Sebagai bahan informasi bagi guru, khususnya guru fisika untuk memberikan gambaran tentang penerapan model pembelajaran koopertif tipe Numbered Heads Together (NHT).

8 4. Sebagai masukan bagi penelitian lain dalam melakukan penelitian lebih lanjut. F. Batasan Masalah Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah dalam ruang lingkup sebagai berikut : 1. Subjek penelitian adalah siswa Kelas X Semester I SMA Negeri-4 Palangka Raya Tahun Ajaran 2016/2017. 2. Bahan kajian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Gerak Lurus. 3. Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT). 4. Motivasi yang digunakan adalah berasal dari dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang mempunyai indikator sebagai berikut: adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan, adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan, adanya harapan dan cita-cita, adanya penghargaan dan penghormatan atas dirinya, adanya lingkungan yang baik, dan adanya kegiatan yang menarik. 5. Hasil belajar siswa yang diukur adalah hasil belajar pada aspek kognitif dan aspek psikomotor. 6. Peneliti sebagai pengajar. G. Definisi Konsep

9 Untuk menghindari kerancuan dan mempermudah pembahasan tentang beberapa definisi konsep dalam penelitian ini, maka perlu adanya penjelasan sebagai berikut: 1. Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. 2. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru untuk merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. 4 3. Numbered Heads Together (NHT) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Disamping itu juga melibatkan lebih banyak peserta didik dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut dengan mengajukan pertanyaan kepada seluruh peserta didik dan peserta didik memberikan jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk. 5 4 Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2010. hal. 146. 5 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif: Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada KTSP, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012 hal. 82.

10 4. Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. 6 5. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. 7 H. Sistematika Penulisan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : 1. Bab I, pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, digambarkan secara global penyebab serta alasan-alasan yang memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Setelah itu, dirumuskan secara sistematis mengenai masalah yang akan dikaji agar penelitian ini lebih terarah. Kemudian dilanjutkan dengan hipotesis penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah serta definisi konsep untuk mempermudah pembahasan. 2. Bab II, landasan teori yang memaparkan deskripsi teoritik yang menerangkan tentang variabel yang diteliti yang akan menjadi landasan teori atau kajian teori. 3. Bab III, metode penelitian yang berisikan jenis dan model penelitian serta lokasi atau tempat penelitian ini dilakukan serta waktu penelitiannya. 6 Sardiman A. M. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000, hal. 75. 7 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010, hal. 3.

11 Selain itu di dalam bab ketiga ini juga dipaparkan mengenai populasi dan sampel penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik keabsahan data agar data yang diperoleh benar-benar dapat dipercaya, dan teknik analisis data. 4. Bab IV, hasil penelitian dan pembahasan yang berisi data-data yang diperoleh saat penelitian dan pembahasan berisi pembahasan dari datadata hasil penelitian. 5. Bab V, penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi tentang jawaban atas rumusan masalah penelitian dan saran berisi tentang saran pelaksanaan penelitian selanjutnya.