,,3. Sv.h erii. s7-,,tr t. Surat Pernyataan. Pengalihan Hak Pubtikasi. Menyatakan bahwa makalah berludul: Judul Ka

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI EVALUASI BEBAN KERJA MENTAL DAN FISIK DALAM SHIFT YANG BERBEDA DI DIVISI FINISHING PRINTING PT. DANLIRIS

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MUSIK TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA BATIK TULIS DAN CAP DI BATIK PUTRA LAWEYAN

Evaluasi Beban Kerja Mental Dengan Subjective Workload Assessment Technique (Swat) Di PT. Air Mancur

TUGAS AKHIR EVALUASI BEBAN KERJA MENTAL DAN FISIK DALAM SHIFT YANG BERBEDA DI DIVISI FINISHING PRINTING PT. DANLIRIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

,,3. Sv.h erii. s7-,,tr t. Surat Pernyataan. Pengalihan Hak Pubtikasi. Menyatakan bahwa makalah berludul: Judul Ka

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR WEAVING B UNIT INSPECTING PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV DENGAN METODE NASA-TLX

,,3. Sv.h erii. s7-,,tr t. Surat Pernyataan. Pengalihan Hak Pubtikasi. Menyatakan bahwa makalah berludul: Judul Ka

NASKAH. Diajukan oleh: D TEKNIK

PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN METODE NATIONAL

ANALISIS TINGKAT BEBAN KERJA OPERATOR PACKING DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT GEMBIRA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA DEPARTEMEN LOGISTIK PT ABC

Evaluasi Beban Kerja Mental Masinis Kereta Api Prameks dengan Metode RNASA-TLX (Studi Kasus: PT. KAI DAOP 6 YOGYAKARTA)

ASPEK PENCAHAYAAN DALAM PEKERJAAN PEMERIKSAAN VISUAL

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA Tutorial 4 BEBAN KERJA MENTAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, pihak penyedia jasa dituntut untuk

Penilaian Beban Kerja Karyawan Unit Mikro Bank Menggunakan Metode NASA TLX

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

ANALISIS BEBAN KERJA KOORDINATOR DAN MANAGER MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (11 pt, bold, huruf kapital)

ANALISA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA OPERATOR KARGO DI PT. DHARMA BANDAR MANDALA (PT. DBM)

,,3. Sv.h erii. s7-,,tr t. Surat Pernyataan. Pengalihan Hak Pubtikasi. Menyatakan bahwa makalah berludul: Judul Ka

xii 3.2 Pengumpulan Data Pengolahan Data NASA-TLX RSME Analisis Komparatif Desain Penelitian..

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS BEBAN KERJA TERHADAP PENGEMUDI BUS JURUSAN BANDUNG-DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menangani pasien

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan

ANALISIS PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWAT (SUBJECTIVE WORKLOAD-ASSESSMENT TECHNIQUE)

ANALISA BEBAN KERJA OPERATOR INSPEKSI DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT. XYZ

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL PADA DIVISI OPERASI PT. X DENGAN METODE NASA-TLX

BAB 6 KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Dewasa ini perusahaan-perusahan dipacu untuk meningkatkan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX

PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE NASA-TLX DI PT. CAT TUNGGAL DJAJA INDAH

KUESIONER PENELITIAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. terlihat dari kondisi kesehatan fisik dan mental, pendidikan atau keahlian,

BAB I PENDAHULUAN. Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi

ANALISIS BEBAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

EFEK MUSIK TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL PEKERJA BATIK TULIS DI BATIK PUTRA LAWEYAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya

Amri 1, Herizal Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh-Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Desain stasiun kerja akan berpengaruh pada sikap kerja yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Moch. Zulfiqar Afifuddin Rizqiansyah. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 3 Metodologi Penelitian

Moch. Zulfiqar Afifuddin Rizqiansyah. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL DALAM SEARCHING TASK DENGAN METODE RATING SCALE MENTAL EFFORT (RSME)

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL UNTUK MENGURANGI TINGKAT KELELAHAN PEKERJA DI CV. SUMBER JAYA FURNITURE

EVALUASI ERGONOMI BERDASARKAN WORKLOAD ANALYSIS DAN POSTUR KERJA PADA PROSES BATIK CAP (Studi Kasus UKM Batik Cap Supriyarso)

PENGUKURAN BEBAN KERJA PERAWAT MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI RUMAH SAKIT XYZ

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi yang signifikan terhadap kecelakaan kerja. negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH SHIFT

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Yopi Marlan 1),Erwin Maulana Pribadi 2) Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan 1) :

C.4. Analisis Beban Kerja Fisik dan Mental pada Pengemudi Bus Damri...

ANDRIYANTI NIM : D

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) di PT. KAI Daop. II Bandung

Perbaikan Sistem Kerja Pada Industri Rumah Tangga Sepatu Di Cibaduyut Bandung Untuk Meminimasi Beban Kerja Mental

ANALISIS PERBAIKAN KONDISI LINGKUNGAN KERJA TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL

Disusun oleh : : Dinar Ramadhan. Npm :

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: DESAIN ALAT BANTU PADA AKTIVITAS PENUANGAN MATERIAL KEDALAM MESIN PENCAMPUR DI PT ABC DENGAN METODE REBA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH FAKTOR PERSONAL DAN MANAJEMEN K3 TERHADAP TINDAKAN TIDAK AMAN (UNSAFE ACTION) PADA PEKERJA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

M.Yani Syafei & Wahyu Katon Dosen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung.

ANALISA BEBAN KERJA DENGAN MENGGUNAKAN WORK SAMPLING DAN NASA-TLX UNTUK MENENTUKAN JUMLAH OPERATOR (Studi Kasus: PT XYZ)

PERBAIKAN ALAT BANTU PENGECORAN UNTUK MENGURANGI RESIKO CIDERA AKIBAT KERJA (Studi kasus di Industri Pengecoran Logam ABC Klaten)

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR SEWING DENGAN MENGGUNAKAN NASA TLX (Studi Kasus PT. Arindo Garmentama Semarang)

PENGUKURAN BEBAN KERJA PSIKOLOGIS KARYAWAN CALL CENTER MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (Task Load Index) PADA PT. XYZ

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGUKURAN DAN ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PENGEMUDI BUS AKDP RUTE SOLO- SEMARANG

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis Berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) Di PT. KAI Daop. II Bandung *

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITASS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015

PENGUKURAN BEBAN MENTAL DI KALANGAN MAHASISWA MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (STUDI KASUS: MAHASISWA DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI UNDIP)

Evaluasi Beban Kerja Operator Mesin pada Departemen Log and Veeeneer Preparation di PT. XYZ

PENGARUH SHIFT KERJA TERHADAP TINGKAT KELELAHAN KERJA DENGAN METODE 30 ITEMS OF RATING SCALE (Studi Kasus : PT SEMEN BATURAJA (Persero)Tbk)

Analisis Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Unit Gawat Darurat dengan Metode NASA-Task Load Index

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL, FISIK SERTA STRES KERJA PADA PERAWAT SECARA ERGONOMI DI RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI

BAB I PENDAHULUAN. yang memfokuskan perhatian pada masyarakat pekerja baik yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudraja dalam. website MetroTV mengatakan Indonesia merupakan salah satu pemasok

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA KERJA DENGAN METODE WORKLOAD ANALYSIS DAN NASA-TLX DI LABORATORIUM UJI PT. GELORA DJAJA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hari. Kehidupan manusia seolah tidak mengenal waktu istirahat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN I-1

Transkripsi:

Surat Pernyataan Pengalihan Hak Pubtikasi Menyatakan bahwa makalah berludul: lndah Pratiwi Mila Faila Sufa Siti Nandiroh Judul Ka Halaman Evaluasi Penilaian Resiko pos r- Keria pada Pekerja Gerabah Pen!uku-taft Beban Keria lr,4^- ntel.ll.b -Chi+,/aFa Berbeqa di Divisi Finishins printi PT. Dan Liris Analisis Human error-peetor N/eSn REg yat dengan Metode Human Error Assess/tent and Analisis Produkfilitas Kerla-Me.nggunakan Tabet Standar- Kerja (TSK) dan Loadiig Chan pada Produksi Dosen Prodi Teknik Industri - Fakultas Teknik _ Universitas Muhammadiyah surakarta, yang dipresentasikan pada prosiding seminar Nasionar Industrial Engineering Conference IDEC 2014 pada tanggal 20 Mei 2014,ISBN: 978_602_ 70259-2-9 menyetujui hak publikasi pengelektronikannya kepada Lembaga Penerbitan dan Publjkasi llmiah di Universjtas Muhammadiyah Surakarta (Lppl UMS). Mengetahui,,,3. Sv.h erii. s7-,,tr t

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL DALAM SHIFT YANG BERBEDA DI DIVISI FINISHING PRINTING PT. DAN LIRIS Etika Muslimah 1, Irfan Achmad Riyadi 2, Muchlison Anis 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Email: etika.muslimah@ums.ac.id ABSTRAKS PT. Dan Liris merupakan perusahaan yang bergerak di bidang garmen, dengan kapasitas produksi yang tinggi. Karyawan di PT. Dan Liris di tuntut untuk menjaga kualitas produknya tersebut. Kapasitas produksi yang tingi dicapai dengan menerapkan produksi selama 24 jam 3 shift kerja yaitu pagi, siang dan malam. Perbedaan shift kerja kemungkinan dapat mempengaruhi pada beban kerja yang dirasakan oleh operator.penelitian ini akan meneliti beban kerja mental yang dirasakan oleh operator dalam ke tiga shift yang berbeda. Metode yang digunakan adalah Nasa-TLX yaitu sebuah metode untuk mengetahui beban kerja mental dengan melihat pada 6 kriteria. Kriteria tersebut adalah Mental Demand, Performance, Physical Demand, Temporal Demand, Frustration dan Effort. Penelitian dilakukan di divisi finishing printing PT. Dan Liris pada proses bleaching, dying, dan finishing. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan beban kerja mental yang dirasakan oleh operator di setiap shift kerja. hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian bahwa skor NASA-TLX pada proses bleaching shift pagi 79.90, shift siang 76.52, shift malam 72.14, pada proses dying shift pagi 79.71, shift siang 75.55, shift malam 71.23, pada proses finishing shift pagi 79.09, shift siang 75.86, shift malam 70.92. Uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari beban mental yang dirasakan operator pada setiap shiftnya. Beban kerja yang tertinggi ada di shift pagi dan yang terendah di shift malam. Kata Kunci : Nasa TLX, Shift kerja, Beban kerja mental PENDAHULUAN Permintaan konsumen yang tinggi akan menuntut perusahaan untuk melakukan produksi yang terus menerus. Untuk memenuhi permintaan tersebut, perusahaan melakukan sistem kerja dengan tiga shift pagi, siang dan malam dengan tujuan memenuhi target produksi. PT. Dan Liris merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan sistem kerja dengan tiga shift dalam 24 jam kerja terutama pada divisi finishing printing. Dalam pekerjaan di shift yang berbeda tersebut perusahaan selalu menuntut hasil yang maksimal dari para pekerja agar dapat memuaskan konsumennya, maka dari itu perlu adanya kestabilan dalam beban mental maupun fisik dari karyawan agar karyawan dapat berkonsentrasi penuh dalam melakukan pekerjaannya Pekerjaan yang dilakukan dalam tiga shift tersebut memungkinkan terjadi suatu perbedaan beban kerja baik secara mental maupun fisik, maka dari itu perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui seperti apa beban kerja baik mental maupun fisik di tiga shift tersebut. Penelitian ini membatasi hanya melakukan analisis pada beban kerja mental. Metode untuk pengukuran beban kerja mental menggunakan metode NasaTLX (TaskLoadIndex) yang berbentuk kuisioner yang terdiri dari dua proses pengerjaan, yaitu proses rating dan proses pembobotan. Untuk proses rating terdiri dari enam indikator penilaian, yaitu Mental Demand (kebutuhan mental), Physical Demand (kebutuhan fisik), Temporal Demand (kebutuhan waktu), Performance (performansi), Effort (tingkat usaha), dan Frustration (tingkat frustasi). Sedangkan pada proses pembobotan terdiri dari lima belas pasang komponen penilaian yang harus di pilih salah satu hingga ke lima belas pasangan tersebut. LANDASAN TEORI Beban kerja mental merupakan beban kerja yang terbentuk secara pikiran dan terlihat dari pekerjaan yang dilakukan. Pengukuran beban kerja mental yang sering digunakan adalah dengan cara subjektif, karena pengukuran tersebut memiliki tingkat validitas yang lebih tinggi di banding dengan pengukuran lainnya. Aktifitas mental biasanya di dominasi oleh pekerjaan yang memiliki tanggung jawab yang besar serta pekerjaan yang diharuskan mengambil keputusan. Intensitas beban psikis yang terlalu tinggi akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan, yaitu keadaan yang ditandai dengan menurunnnya kegiatan pusat syaraf yang disertai dengan munculnya kelelahan dan kurangnya kewaspadaan (Simanjuntak dkk, 2010).Pengukuran beban kerja mental dapat dilakukan dengan metode pengukuran

subjektif. Dalam penelitiannya, Widyanti (2009) menjelaskan bahwa Metode pengukuran beban kerja secara subjektif merupakan pengukuran beban kerja mental berdasarkan persepsi subjektif responden/pekerja. Penialaian beban kerja mental tidak semudah menilai beban kerja fisik. Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh. Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental juga lebih rendah. Padahal secara moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan aktifitas fisik karena lebih melibatkan kerja otak (white-collar) dari pada kerja otot (blue-collar) (Tarwaka dkk 2004). NASA-TLX merupakan metode subjektif yang sering digunakan dalam pengukuran beban mental pada individu di bagian industri. Pada metode Nasa-TLX ini terdapat enam komponen yang akan diukur dari setiap individu, yaitu kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuan waktu, tingkat frustasi, performansi dan yang terakir adalah tingkat usaha. Dari setiap ukuran beban kerja tersebut, terdapat skala yang nantinya harus diisikan oleh responden, hal ini merupakan langkah awal dari pengukuran beban kerja, pada komponen kebutuhan mental, kebutuhan fisik, kebutuhan waktu, dan tingkat frustasi, skala yang digunakan adalah rendah dan tinggi, sedangkan untuk pengukuran performansi digunakan skala baik dan buruk. (Raras dkk, 2012). Menurut Meshkati dalam (Ari, 2010), langkah pengukuran dengan menggunakan metode NASATLX adalah sebagai berikut : 1. Rating : dalam tahap ini responden diminta untuk memberikan rating terhadap keenam dimensi beban mental 2. Pembobotan: Responden/pekerja diminta untuk membandingkan dua dimensi yang berbeda dengan metode perbandingan berpasangan, total perbandingan berpasngan untuk keseluruhan dimensi (enam dimensi) yaitu 15 pasang. Jumlah tally untuk masing-masing dimensi inilah yang akan menjadi bobot dimensi. Klasifikasi dari beban kerja secara mental dapat dilihat dari tabel yang ada di bawah ini (Susetyo, 2012): Tabel 1. Klasifikasi skala beban kerja mental Kategori Skala 10-33 Sedang 34-56 57-79 Sangat 80-100

Berapa besarkah aktifitas mental yang dibutuhkan? Jika nilai ratingnya tinggi maka pekerjaan semakin sulit, dan jika nilai ratingnya rendah maka pekerjaan semakin mudah. Berapa besarkah aktifitas fisik yang digunakan? Jika nilai ratingnya tinggi maka beban fisiknya seperti mengangkat pun menarik semakin berat, dan jika nilai ratingnya rendah maka beban fisik semakin ringan. Berapa besarkah tekanan waktu yang dirasakan? Jika nilai ratingnya tinggi maka waktu yang diberikan semakin singkat cepat, dan jika nilai ratingnya rendah maka waktu yang diberikan semakin longgar. Seberapa besarkah keberhasilan dalam mencapai target pada perkerjaan? Jika nilai ratingnya tinggi maka keberhasilan semakin buruk, dan jika nilai rating semakin kecil maka keberhasilan semakin baik. Baik Buruk Tingkat usaha Seberapa besarkah usaha yang dikeluarkan untuk mencapai target pekerjaan? Jika nilai ratingnya tinggi maka usaha yang dikeluarkan semakin besar, dan jika nilai ratingnya rendah maka usaha yang dikeluarkan semakin kecil. Seberapa besar rasa tidak aman pun stress dalam pekerjaan? Jika nilai ratingnya tinggi maka rasa tidak aman pun stress juga semakin tinggi, dan jika nilai ratingnya rendah maka rasa tidak aman pun stress juga semakin kecil. Gambar 1. Form pemberian rating 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Gambar 2. Form untuk pemberian Rating Setelah didapatkan data dari kuesioner NASATLX kemudian dilakukan penghitungan nilai skor dari NASATLX, untuk menghitung nilai skor NASATLX bisa menggunakan rumus sebagai berikut: Skor NASATLX = (Rating x Bobot) /15 (1) HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di divisi finishing printing, dimana terdapat tiga proses, yaitu proses bleaching, dying, dan finishing dengan jumlah responden 48 karyawan. Berikut adalah detail aktifitas karyawan:

Tabel 2. Detail aktifitas pekerja Operator Aktifitas Pekerjaan Menyeleksi kain. Menarik gerobak ke bagian input mesin. Operator 1 Memasang kain pada mesin. Mengontrol jalannya kain pada mesin. Mengoperasikan mesin. Operator 2 Mengontrol mesin. Mencampur bahan kimia yang digunakan. Bleaching Dying Finishing Operator 3 Operator 1 Operator 2 Operator 3 Operator 1 Operator 2 Menyeleksi kain jika ada noda pada kain. Memotong kain jika da noda. Menyambung kain dengan mesin jahit. Memindahkan kain ke proses selanjutnya dengan gerobak sorong. Menyeleksi kain yang akan digunakan. Menarik gerobak dorong ke bagian in put mesin. Memasang kain pada mesin. Mengontrol jalannya kain pada mesin. Mengoperasikan mesin. Mengontrol mesin. Mencampur pewarna kimia yang akan digunakan. Menyeleksi kain apakah warna sesuai tidak. Memotong kain jika ada noda pun warna tidak sesuai. Menyambung kain dengan mesin jahit. Memindahkan kain ke proses selanjutnya dengan grobak. Memasang kain pada mesin. Mengoperasikan mesin. Mengontrol mesin. Menyeleksi kain apakah sudah sesuai belum. Skor Nasa TLX merupakan nilai dari beban kerja mental, dimana semakin tinggi nilai skor Nasa TLX maka beban mental juga semakin tinggi, berikut adalah nilai skor Nasa TLX pada proses bleaching, dying, dan finishing: Tabel 3.Data Nasa TLX di proses Bleaching Operator Skor NasaTLX Shift Pagi Shift Siang Shift Malam 1 80.67 79.22 74.33 2 82.56 76.87 70.56 3 78.93 74.44 72.04 4 79.64 76.89 70.89 5 80.67 78.33 72.56 6 80.87 77.11 73.11 7 79.89 77.91 71.56 8 81.89 77.11 71.11 9 80.27 76.44 72.78 10 80.89 75.56 70.56 11 82.22 75.89 71.22 12 80.11 77.22 72.89 13 78.44 74.22 72.33 14 78.33 76.11 71.78 15 78.56 76.22 72.67 16 77.56 76.11 72.56 17 77.67 75.33 72.33 18 79.00 76.44 73.33 Rata-rata 79.90 76.52 72.14 Tabel 4. Data Nasa TLX di proses Dying Operator Skor NasaTLX

Shift Pagi Shift Siang Shift Malam 1 80.11 75.00 72.56 2 78.56 76.56 72.11 3 77.22 76.11 73.11 4 79.67 76.67 73.44 5 78.56 74.33 70.78 6 79.11 74.09 69.56 7 80.49 73.56 71.22 8 81.22 76.00 71.44 9 78.56 75.67 71.67 10 81.67 78.11 74.11 11 80.56 74.78 68.33 12 76.89 72.00 67.22 13 79.89 76.11 72.89 14 81.89 76.33 72.44 15 80.33 76.33 69.11 16 78.11 74.11 66.89 17 80.67 76.22 71.00 18 81.33 77.89 74.33 Rata-rata 79.71 75.55 71.23 Tabel 5. Data Nasa TLX di proses Finishing Operator Skor NasaTLX Shift Pagi Shift Siang Shift Malam 1 78.89 78.11 73.33 2 79.00 75.78 66.67 3 78.22 77.22 70.00 4 79.67 75.33 71.33 5 79.67 74.78 70.33 6 80.00 74.89 69.78 7 78.33 74.78 69.56 8 81.11 76.00 70.93 9 79.27 76.04 72.89 10 81.00 77.89 72.22 11 75.00 76.44 73.78 12 78.89 73.00 70.78 79.90 75.86 70.97 Selanjutnya dilakukan Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah perbedaan shift kerja menyebabkan perbedaan beban mental yang ada di proses bleaching, dying, dan finishing. Tempat Kerja Uji F F hitung F tabel Bleaching 167.414 3.179 Dying 102.172 3.179 Finishing 71.405 3.285 F hitung > F tabel Tabel 6. Hasil uji F Pembahasan Terdapat perbedaan yang signifikan antara shift 1,2 dan 3 yang menyebabkan perbedaan pada beban mental yang terukur dengan NASA-TLX. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi sift yang berbeda, menyebabkan perbedaan pula pada beban mental yang dirasakan oleh responden Untuk mengetahui apakah ada perbedaan beban mental antar shift kerja pada proses bleaching, dying, dan finishing. hasil dari uji t ditunjukkan pada tabel dibawah ini:

Pekerjaan Bleaching Dying Finishing Perbedaan Antar Shift Tabel 7. Hasil uji t Uji T Skor NasaTLX t hitung t tabel Shift pagi dan shift siang 9.654 2.110 Shift pagi dan shift malam 15.736 2.110 Shift siang dan shift malam 13.712 2.110 Shift pagi dan shift siang 12.561 2.110 Shift pagi dan shift malam 17.278 2.110 Shift siang dan shift malam 12.640 2.110 Shift pagi dan shift siang 5.199 2.145 Shift pagi dan shift malam 10.062 2.145 Shift siang dan shift malam 8.862 2.145 t hitung > t tabel, Pembahasan Terdapat perbedaan yang signifikan antar shift 82 80 78 76 74 72 70 68 66 Gambar 3. Perbandingan Skor NASA-TLX pada Setiap Shift Bleaching Dying Finishing Shift pagi Shift siang Shift malam Gambar diatas menunjukkan bahwa pada ketiga proses Bleaching, Dying dan Finishing pada shift pagi operator mengalami beban mental yang paling berat dan shift malam justru beban mentalnya paling ringan. Hal itu terjadi karena pada shift pagiselain suhu ruang produksi yang tinggi, faktor pengawasan yang ketat dari supervisor membuat operator merasakan tekanan dan beban kerja yang lebih berat diabanding pada shift siang dan malam. KESIMPULAN 1. Perbedaan beban mental terjadi pada setiap shift kerja pada proses bleaching, dying, dan finishing, hal ini dapat di lihat dari hasil skor beban mental pada proses bleaching di shift pagi 79.90, shift siang 76.52, shift malam 72.14, pada proses dying di shift pagi 79.71, shift siang 75.55, shift malam 71.23, pada proses finishing di shift pagi 79.09, shift siang 75.86, shift malam 70.97. 2. Beban kerja mental tertinggi terdapat pada pekerjaan di shift pagi, skor beban mental di shift pagi ditunjukkan dengan nilai skor79.90 di proses bleaching, 79.71 di proses dying, 79.09 di proses finishing dan beban mental terendah ada pada shift malam, skor beban mental di shift malam ditunjukkan dengan nilai skor 72.14 di proses bleaching, 71.23 di proses dying, dan 70.97 di proses finishing. 3. Beban mental dan beban fisik sangat dipengaruhi oleh perbedaan shift kerja. SARAN Penelitian dapat dilanjutkan untuk melihat tentang hasil kerja produktivitas pada shift pagi, siang dan malam. Hal tersebut diperlukan untuk melengkapi analisis bahwa perbedaan shift kerja, perbedaan beban mental juga akan menyebabkan perbedaan produktivitas. DAFTAR PUSTAKA Irawati, Anindya, (2012), Pengaruh Beban Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Sentra Kredit Konsumen, dari : http://www.academia.edu/3611798. Simanjuntak Risma Adelina, Situmorang Dedi Apriyanto, (2010), Analisis Pengaruh Shift Kerja Terhadap Beban Kerja Mental Dengan Metode Subjektive Workload Assessment Technique (SWAT), Jurusan teknik Industri. Fakultas Teknologi Industri InstitutSains & Teknologi AKPRIND, Yogyakarta.

Susetyo Joko, Oesman Titin Isna, Sudharman Sigit T, (2012), Pengaruh Sift Kerja Terhadap Kelelahan Karyawan Dengan Metode Bourdon Wiersma Dan 30 Items Of Rating Scale, Teknik Industri, Institute Sains Dan Teknologi AKPRIND. Tarwaka, dkk, (2004), Ergonomi, Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA PRESS : Surakarta. Widyanti Ari, Johnson Addie, Waard Dick D, (2010), Pengukuran Beban kerja Mental Dalam Searching Task Dengan Metode Rating Scale Mental Effort, Teknik Industri ITB, Bandung.