Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB IV ANALISIS JARI<MAH TA ZI<R TERHADAP SANKSI HUKUM MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA MEMBUKA RAHASIA NEGARA SOAL UJIAN NASIONAL

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN DALAM PUTUSAN NO 376/PID.B/2015/PN.SMG

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENELANTARAN ORANG DALAM LINGKUP RUMAH TANGGA DALAM PERSPEKTIF FIQH JINAYAH DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI BANYUWANGI TERHADAP TINDAK PIDANA PENANGKAPAN IKAN DENGAN POTASIUM CIANIDA

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

islam yang mengatur masalah kejahatan yang telah dilarang oleh sayara karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan dan akal.

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SUNGAILIAT NO.73/PID.B/2015/PN.SGL TENTANG TINDAK PIDANA PERTAMBANGAN TANPA IZIN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG No. 815 K/PID.SUS/2014. A. Deskripsi Kasus Tindak Pidana Membujuk Anak Melakukan Persetubuhan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PROBOLINGGO NO. 179/PID.B/PN.PBL TENTANG TINDAK PIDANA ILLEGAL LOGGING

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB IV ANALISA HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN OLEH DUKUN PENGGANDAAN UANG

BAB IV ANALISIS FIKIH MURAFA AT TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PENCURIAN HELM TOD YANG DIKENAKAN PASAL 362

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI MEDAN NOMOR : 67/PID.SUS/2015/PT.MDN DALAM PERKARA

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SEMARANG NO. 469 / PID.B / 2010 / PN. SMG. TENTANG PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK DI BAWAH UMUR

IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK

crime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

BAB IV. A. Pandangan Hukum Pidana Islam Terhadap Sanksi Hukuman Kumulatif. Dari Seluruh Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim, menunjukkan bahwa

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM DALAM PASAL 55 KUHP TERHADAP MENYURUH LAKUKAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

A. Gambaran Umum Pengadilan Negeri Mojokerto. 2. Sejarah Pengadilan Negeri Mojokerto

P U T U S A N NOMOR : 727/PID.SUS/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KHUSUS TERHADAP KAPAL PERIKANAN BERBENDERA

BAB IV. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana. Korupsi

BAB IV ANALISIS STUDI KOMPARATIF ANTARA HUKUM POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEDOFILIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

P U T U S A N. Nomor 20/Pid.Sus-Anak/2014/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENCABULAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK. 1. Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN HUKUM DALAM HUKUM REKAYASA FOTO DENGAN UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK DI FACEBOOK, INSTAGRAM, TWETTER, BBM DAN WHATSAAP

BAB 1 PENDAHULUAN. mengganggu ketenangan pemilik barang. Perbuatan merusak barang milik. sebagai orang yang dirugikan dalam tindak pidana tersebut.

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP KASUS ASUSILA PADA ANAK. Sulasmin Hudji. Pembimbing I : Dr. Fence M. Wantu, SH.,MH

BAB II PEMIDANAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILA N NEGERI MEDAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PENGEDARAN MATA UANG PALSU

BAB II MENURUT FIKIH JINAYAH

Bab XIV : Kejahatan Terhadap Kesusilaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB 1V ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN NO.

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjamin, melindungi dan menjaga kemaslahatan kemaslahatan

Negeri Gresik Nomor 04/Pen Pid Sus Anak/2014/PN Gsk. sebelum memutuskan suatu perkara.

A. Analisis Tentang Fenomena Pemasangan Identitas KH. Abdurraman Wahid (Gus Dur) pada Alat Peraga Kampanye PKB di Surabaya

P U T U S A N. Nomor : 446/PID.SUS /2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN TINGGI MEDAN

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NO.33/PID.SUS/2012/PN.SBY TENTANG KASUS PUNGUTAN LIAR

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

P U T U S A N. Nomor : 20/Pid.Sus.Anak/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 266/PID.SUS/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS SANKSI PIDANA TERHADAPPUTUSAN PENGADILAN. NEGERI SEMARANG NO.162/Pid.B/2011/PN. Smg TENTANG SEDIAAN FARMASI YANG TIDAK BERIZIN

BAB IV HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan No.13/Pid.B/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HUKUM HAKIM DAN FIQIH JINAYAH DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI LAMONGAN NO:164/PID.B/ 2013/PN

[

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PENENTUAN HAPUSNYA PENUNTUTAN PIDANA KARENA DALUWARSA DALAM KUHP

ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO K/PID.SUS/2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG KHALWAT (MESUM) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang cukup menyita waktu, khususnya persoalan pribadi yang

PENGADILAN TINGGI MEDAN

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG MAISIR (PERJUDIAN) BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

A. Analisis Putusan Hakim No.193/PID.B/2013/PN.Sda tentang Tindak Pidana

BAB IV. A. Analisis Terhadap Dasar Hukum yang Dijadikan Pedoman Oleh Hakim. dalam putusan No.150/pdt.G/2008/PA.Sda

P U T U S A N. Nomor : 654/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PENGGELAPAN PAJAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN No. 815 K/PID.SUS/2014 TENTANG HUKUMAN BAGI PEREMPUAN YANG MEMBUJUK ANAK LAKI-LAKI MELAKUKAN PERSETUBUHAN A. Analisis Pertimbangan Hakim dalam Putusan Kasasi No. 815 K/PID.SUS/2014 tentang Hukuman Bagi Perempuan yang Membujuk Anak Laki-Laki Melakukan Persetubuhan Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu: kepala putusan, identitas para pihak, pertimbangan-pertimbangan dan amar. 1 Dalam putusan No. 815K/PID.SUS/2014 tentang tindak pidana membujuk anak melakukan persetubuhan yang dilakukan seorang perempuan yang bernama Emayartini pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 terhadap 6 korbannya yang bernama Cecep Handoko, Redo Akbar, Dendi Mahera, Rahmat Hidayat, Ahmad Tafsir, dan Riko August Leviardi dengan cara melakukan tipu muslihat atau membujuk anak untuk melakukan persetubuhan. Tindak pidana tersebut dilakukan oleh terdakwa Emayartini ketika para korban sedang bermain di rumahnya, kemudian para korban dengan waktu yang berbeda-beda ada yang disuruh untuk memotong rumput di depan rumah terdakwa, mengerik dan memijat badan terdakwa didalam kamar terdakwa. 1 Chandera dkk, Modul Matakuliah Eksaminasi, (Yogyakarta: Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya), 12. 74

75 Ketika para korban sedang melakukan pekerjaan tersebut, pada saat itu juga terdakwa mulai membujuk, merayu, dan bahkan merangsang para korban secara langsung untuk melakukan persetubuhan. Kasus ini terbongkar setelah salah satu orangtua dari korban melaporkan kejadian ini ke polisi. Selanjutnya kasus ini dibawa kemeja hijau yaitu ke Pengadilan Negeri Bengkulu. Di tingkat Pengadilan Negeri Bengkulu, hakim memutuskan kasus ini dengan menjatuhkan putusan No. 290/Pid.B/2013/PN.BKL yang amarnya berbunyi bahwa terdakwa (Emayartini) telah terbukti telah melakukan tindak pidana membujuk anak melakukan persetubuhan dengan dirinya. Dan menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 8 (delapan) tahun dan denda sebesar Rp 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila tidak dibayarkan diganti dengan pidana kurungan selama 3 (tiga) bulan. Dari putusan Pengadilan Negeri Bengkulu, Emayartini merasa keberatan maka Emayartini melalui penasihat hukumnya mengajukan banding ke Pengadilan Negeri Bengkulu. Atas pengajuan banding Emayartini, Pengadilan Tinggi Bengkulu memutuskan, menerima permohonan banding dari penasehat hukum terdakwa dan jaksa penuntut umum, dan menguatkan putusan Pengadilan Negeri Bengkulu No. 290/Pid.B/2013/PN.BKL yang dimintakan banding tersebut, dan memerintahkan agar terdakwa tetap ditahan.

76 Dari kedua putusan yang dikeluarkan oleh Pengadilan Negeri Bengkulu dan Pengadilan Tinggi Bengkulu, Emayartini masih merasa tidak puas, Emayartini mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung atas perkara tersebut disertai dengan beberapa alasan yang diajukan kepada Mahkamah Agung. Dalam tingkat kasasi ini, majelis hakim Agung memutuskan perkara No. 815K/Pid.Sus/2014 tentang tindak pidana membujuk anak melakukan persetubuhan, menjadikan Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak sebagai dasar dalam memberikan putusannya, yakni pada pasal 81 ayat 2 UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, pasal 81 ayat 2 yang berbunyi Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain. Adapun bunyi pasal 81 ayat 1 UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang dimaksud dalam ayat 2, ialah: Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Sebelum menjatuhkan putusan kepada terdakwa majelis hakim Agung mempunyai pertimbangan-pertimbangan hukum yang dikemukakan dalam putusan. Hal tersebut meliputi hal-hal yang memberatkan dan meringankan.

77 Adapun hal-hal yang memberatkan dan meringankan dalam putusan ini adalah: 1. Hal-hal yang memberatkan : Perbuatan terdakwa merusak masa depan saksi korban yang masih tergolong anak. 2. Hal-hal yang meringankan : Terdakwa belum pernah dihukum dan menyesali perbuatannya. Hal-hal yang memberatkan diatas dijadikan pertimbangan hakim karena tindakan yang dilakukan oleh terdakwa Emayartini mengakibatkan korban merasa malu untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah formal, selain itu orangtua korban merasa khawatir karena tindakan yang dilakukan terdakwa terhadap anak-anaknya akan menimbulkan dampak negatif yakni munculnya cara pandang dan kecenderungan yang salah dalam memandang aktivitas seksual sebagai suatu yang sakral dan penuh tanggung jawab dalam ikatan perkawinan, para korban dikhawatirkan kecenderungan untuk kembali melakukan aktivitas seksual diluar nikah. Sedangkan hal-hal yang meringankan terdakwa dalam putusan ini adalah bahwa terdakwa belum pernah dihukum dan terdakwa merasa menyesal atas perbuatan yang dilakukannya tersebut. Perasaan menyesal tersebut dikatakan oleh terdakwa pada saat persidangan. Dalam sistem pemidanaan diatur mengenai jumlah atau lamanya ancaman pidana dan juga diatur masalah peringanan dan pemberatan hukuman yang akan dijadikan bahan pertimbangan hakim sebelum memutus sebuah perkara. Namun yang perlu diperhatikan juga bahwa, hakim pidana

78 bebas dalam mencari hukuman yang dijatuhkan terhadap terdakwa secara tepat. Kebebasan tersebut bukan merupakan kebebasan mutlak secara tidak terbatas. Hakim harus memperhitungkan sifat dan seriusnya delik yang dilakukan, keadaan yang meliputi perbuatan-perbuatan yang dihadapkan kepadanya. Ia harus melihat kepribadian dari pelaku, umurnya, tingkat pendidikan, apakah pria atau wanita, lingkungannya, sifatnya sebagai bangsa dan hal-hal lainnya. 2 Dilihat dari perbutan terdakwa dan alasan-alasan yang diajukan oleh pemohon, serta pertimbangan-pertimbangan yang lainnya, majelis hakim Agung memutuskan bahwa terdakwa Emayartini dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana membujuk anak untuk melakukan persetubuhan, dengan pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda sebesar Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka kepada terdakwa dikenakan pidana pengganti berupa pidana kurungan selama 6 (enam) bulan. Menurut pendapat penulis, putusan Majelis Hakim Agung yang sudah ditetapkan ini, dinilai sudah sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku, karena tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa memenuhi unsur-unsur dalam pasal 81 ayat 2 UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yaitu, dengan dibuktikannya dalam persaksian keenam korban di persidangan. Dan putusan tersebut memang pantas dijatuhkan 2 Oemar Seno Adji, Hukum Hakim Pidana, Cet ke 2, (Jakarta: Erlangga, 1984), 8.

79 pada terdakwa karena akibat dari perbuatannya tersebut merusak masa depan korban yang masih tergolong anak-anak. Selain itu melihat pasal 182 ayat 4 KUHAP yang berbunyi: 3 Musyawarah tersebut pada ayat 2 harus didasarkan atas surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di sidang. Maksud dari pasal tersebut ialah bahwa hakim tidak boleh memutus perkara di luar apa yang didakwakan oleh Penuntut Umum, apabila dilihat dalam putusan ini hakim dinilai sudah sesuai dengan ketentuan pasal tersebut, dimana hakim memutus perkara tersebut sesuai dengan alasan-alasan kasasi yang diajukan oleh jaksa penuntut umum. B. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap Putusan Kasasi No. 815 K/PID.SUS/2014 tentang Hukuman Bagi Perempuan yang Membujuk Anak Laki-Laki Melakukan Persetubuhan Berdasarkan deskripsi kasus yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, pelaku tindak pidana membujuk anak melakukan persetubuhan dengan sanksi hukum yang telah dijatuhkan kepada terdakwa adalah pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda sebesar Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka kepada terdakwa dikenakan pidana pengganti berupa pidana kurungan selama 6 (enam) bulan. Dijerat dengan pasal 81 ayat 2 UU No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak. 3 M. Karjadi dan R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, (Bogor: Politea, 1986), 159.

80 Dalam hukum pidana Islam tindak pidana membujuk anak melakukan persetubuhan yang dilakukan oleh terdakwa Emayartini ini termasuk kedalam jari>mah ta zi>r karena tidak ada ketentuan nas} mengenai tindak pidana ini. Hal tersebut dikarenakan tidak ada sanksi yang tegas dan nyata di dunia. Perbuatan mencuri, zina, menipu, menyerobot hak orang lain, tidak membayar zakat, tidak membayar kafarat dan lain sebagainya, hal itu boleh jadi membawa keuntungan bagi pelaku jari>mah. Pada saat ini ta zi>r adalah hukuman yang diberikan oleh hakim. Ta zi>r merupakan hukuman yang belum ditetapkan oleh syara, maka penetapan sanksi ta zi>r diserahkan kepada hakim baik penentuannya maupun pelaksanaannya. Hakim dalam hal ini diberi kewenangan untuk menjatuhkan hukuman bagi pelaku jari>mah ta zi>r. Baik hukuman yaitu berupa kurungan penjara, pengasingan, cambuk, sampai pada hukuman mati sesuai dengan tingkat kerugian yang telah dilakukannya. Hukuman diancamkan kepada seseorang pembuat jari>mah agar orang tersebut tidak mengulangi tindak kejahatan dan dapat memberi pelajaran kepada orang lain agar tidak berbuat jari>mah. Sebagaimana penulis menganalisis tentang tinjauan hukum Islam pada pelaku tindak pidana membujuk anak melakukan persetubuhan. Maka pelaku dikenai jari>mah ta zi>r bukan jari>mah h}udu>d dikarenakan jari>mah h}udu>d, tidak ada pemaafan, baik oleh perorangan maupun ulil amri (pemerintah). Bila seseorang telah melakukan jari>mah h}udu>d dan terbukti di depan pengadilan,

81 maka hakim hanya bisa menjatuhkan sanksi yang telah ditetapkan. Sedangkan dalam jari>mah ta zi>r, kemungkinan pemaafan itu ada, baik oleh perorangan maupun oleh ulil amri, bila hal itu lebih maslahat. Hukum pada dasarnya mempunyai tiga unsur yaitu: a) Kepastian b) Kemanfaatan c) Keadilan, jadi maslahat menurut al-syatibi mengatakan, istih}sa>n dalam mazhab Maliki berarti berpegang kepada kemaslahatan khusus dalam berhadapan dengan dalil umum (kulli>). mendahulukan maslahat daripada qiyas. Jadi istih}sa>n dalam ushul fikih Maliki adalah istih}sa>n yang merupakan pengecualian dari dalil umum, sedangkan istih}sa>n dengan qiya>s khafi> tidak dikenal dalam ushul fiqih Maliki. Penjatuhan pidana pada jari>mah ta zi>r bukan semata-mata sebagai pembalasan dendam, yang paling penting adalah pemberian pendidikan dan pengayoman. Para ulama membagi jari>mah ta zi>r menjadi dua bagian yaitu jari>mah yang berkaitan dengan hak Allah dan jari>mah dengan hak individu. Yang dimaksud dengan kejahatan yang berkaitan dengan hak individu adalah segala sesuatu yang mengancam kemaslahatan bagi seorang manusia. 4 Apabila dilihat dari pembagian jari>mah menurut Abdul Aziz Amir, tindak pidana membujuk anak untuk melakukan persetubuhan disini termasuk pada jari>mah ta zi>r yang berkaitan dengan kejahatan terhadap kemaslahatan individu, karena perbuatan yang dilakukan terdakwa mengganggu kehormatan orang lain sehingga menimbulkan kerugian pada individu. 4 Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam..., 195.

82 Tindak pidana membujuk anak untuk melakukan persetubuhan disini sama halnya dengan, membujuk orang, merayu, dan menghasut orang lain untuk berbuat tindak pidana (jari>mah). Perbuatan membujuk orang lain untuk berbuat jari>mah dalam kasus ini bertolak belakang dengan firman Allah swt dalam surat Al-A raf ayat 157: 5 ي أ ه ر ه ن ب ال و ع ر وف و ي ن ه اه ن ع ن ال و ن ك ر و ي ح ل ل ه ن الط ي ب ات و ي ح ر م ع ل ي ه ن ال خ ب ائ ث Artinya: Yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk. Perbuatan membujuk atau hasutan terhadap orang lain untuk melakukan suatu jari>mah, merupakan suatu maksiat yang sudah bisa dijatuhi hukuman. 6 Hukuman tersebut adalah ta zi>r, yang dimana penetapan sanksi ta zi>r diserahkan kepada hakim baik penentuannya maupun pelaksanaannya. Terhadap sanksi hukum yang dijatuhkan hakim kepada terdakwa Emayatini, yang dihukum dengan penjara selama 12 (dua belas) tahun dan denda sebesar Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar, maka kepada terdakwa dikenakan pidana pengganti berupa pidana kurungan selama 6 (enam) bulan. Syariat Islam tidak menetapkan batas terendah atau tertinggi dari hukuman penjara dan denda, hal ini sepenuhnya diserahkan kepada hakim dengan mempertimbangkan berat ringannya jari>mah yang dilakukan oleh pelaku. 5 Kementerian Agama RI, Ar-Rahim Al-Quran dan Terjemahan..., 170. 6 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas..., 71.

83 Jika dilihat dari hukuman penjara yang dijatuhkan oleh hakim kepada terdakwa, dalam hukum pidana Islam, hukuman penjara mempunyai dua arti yaitu al-h}absu dan al-sijnu yang keduanya bermakna al-man u, yaitu mencegah; menahan. Menurut Ibnu Al-Qayyim, al-h}absu adalah menahan seseorang untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum, baik itu di rumah, masjid, maupun tempat lain. 7 Diperbolehkannya hukuman penjara sebagai ta zi>r ialah karena Nabi Muhammad SAW pernah memenjarakan beberapa orang di Madinah dalam tuntutan pembunuhan. Maka berdasar dari uraian tersebut, hukuman penjara yang dijatuhkan oleh hakim kepada terdakwa ini sudah sesuai dengan hukum pidana Islam, dimana hukuman penjara berfungsi untuk menahan seseorang untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum, baik itu di rumah, masjid, maupun tempat lain, hal ini bertujuan supaya pelaku tidak mengulangi lagi perbuatannya tersebut. Mengingat tindakan membujuk dengan yang sejenisnya akan terus terjadi dan bisa menjadi kebiasaan, maka dapat ditambahkan sanksi hukuman ta zi>r yang lain seperti pengumuman kejahatan. Menurut fuqaha sanksi ta zi>r yang berupa pengumuman kejahatan itu dimaksudkan agar orang yang bersangkutan menjadi jera dan agar orang lain tidak melakukan perbuatan serupa. Pengumuman kejahatan ini bisa dilakukan media elektronik maupun media cetak, agar kedepannya dapat menjadi pelajaran bagi terdakwa untuk tidak mengulangi perbuatannya. 7 Nurul Irfan dan Masyrofah, Fiqh Jinayah..., 152.