Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

dokumen-dokumen yang mirip
Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi.

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH METODE CBIA (CARA BELAJAR IBU AKTIF) TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PADA SWAMEDIKASI DI KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan

Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Akademi Farmasi Yamasi Makassar Terhadap Penanganan Nyeri Haid (Dysmenorrhea)

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN INFORMASI OBAT TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN DI PERUSDA ANEKA USAHA UNIT APOTEK SIDOWAYAH FARMA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Mahasiswa Aktif Jenjang Strata 1 (S1) Angkatan 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. promosi / iklan obat melalui media massa dan tingginya biaya pelayanan kesehatan,

*Dwi Pratiwi Talawo, , **Madania, S.Farm., M.Sc., Apt, ***Dewi R. Moo, S.Farm., M.Sc., Apt. Program Studi S1, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA KUTA MBELIN KECAMATAN LAU BALENG KABUPATEN KARO

Apoteker berperan dalam mengelola sarana dan prasarana di apotek. Selain itu, seorang apoteker juga harus menjamin bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah pengobatan sendiri, meskipun belum terlalu populer, namun

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

*Syafrianti Yatim, ,**Dr. Teti Sutriyati, M. Si, Apt***Madania, S.Farm, M.Sc., Apt. Program Studi Si, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali pelayanan penunjang medis di bidang farmasi. Pelayanan yang baik

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

KUESIONER PENELITAN. 1. Umur :.th 1) : Dewasa dini 2) : Dewasa madya 3). >60 : Dewasa lanjut. 2). 5 : sedikit

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia, 2012, Gambaran Pengetahuan Sendiri Mahasiswa Jurusan Farmasi dan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

PENGARUH PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN DI APOTEK BUNDA SURAKARTA SKRIPSI

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap konsumen apotek di wilayah kecamatanbanjarnegara.data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1.Penilaian yang dirasakan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit bahkan obat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) yaitu usaha yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Swamedikasi atau pengobatan sendiri merupakan kegiatan pemilihan dan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Perilaku Konsumsi Obat Tanpa Resep Dokter di Apotek Kecamatan Ilir Barat I Kota Palembang Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang.

HUBUNGAN STATUS EKONOMI KELUARGA DENGAN PERILAKU PENGOBATAN SENDIRI (SELF-MEDICATION)

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Tingkat Pengetahuan Pasien dan Rasionalitas Swamedikasi di Tiga Apotek Kota Panyabungan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

Nama : Noprilyana Anugraheni Eka Putri. Kepuasan Pasien terhadap Pelayanan Farmasi di Instalasi Farmasi Satelit Rawat

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk membatasi dan memperjelas lingkup penelitian ini, maka

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

!"#!$%&"'$( Kata kunci : Pengobatan sendiri, Indonesia Sehat

Peningkatan Pengetahuan Informasi Obat Pada Anggota Ikatan Istri Karyawan Pindad (IIKP) Turen Melalui Metode Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hal yang harus mendapat perhatian dari pemerintah sebagai salah satu upaya

Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK

5. Quality Assurance (QA) Peningkatan mutu dalam pelayanan kesehatan selain berorientasi kepada proses pelayanan yang bermutu,juga hasil mutu

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI. LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... LEMBAR MOTTO..

EVALUASI PELAYANAN APOTEK BERDASARKAN INDIKATOR PELAYANAN PRIMA DI KOTA MAGELANG PERIODE 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembangunan kesehatan di Indonesia, bertanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden yang digunakan untuk uji validitas sebanyak 30 tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di apotek Mega Farma Kota Gorontalo pada tanggal

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

AKSEPTABILITAS PELAYANAN RESIDENSIAL KEFARMASIAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II TANPA KOMPLIKASI

KARAKTERISTIK TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN ANTARA PENGGUNAAN OBAT GENERIK DAN OBAT PATEN DI APOTEK KETANDAN FARMA KLATEN

Kepada Yth. Pasien RSUD Wirosaban di Yogyakarta

PEMETAAN PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN TERKAIT FREKUENSI KEHADIRAN APOTEKER DI APOTEK DI SURABAYA TIMUR. Rendy Ricky Kwando, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi Muh, Saud *), Taufiq **), Ishak Abdul Jalil ***) *) Poltekes Kemenkes Makassar **) Akademi Farmasi Yamasi Makassar ***) Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan menggunakan data primer yang mengambil sampel dari suatu populasi berupa kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data. Responden yaitu masyarakat yang pernah melakukan swamedikasi, berusia 17 tahun keatas atau pendidikan minimal SMA. Responden diambil secara purposive sampling. Penggunaan data dilakukan melalui wawancara menggunakan kuesioner. Jumlah responden yang diperoleh adalah sebanyak 100 responden. Berdasarkan dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Desa Talungeng 100% mengetahui, 0% tidak mengetahui, tentang swamedikasi. Kata kunci : Desa Talungeng, Pengetahuan, Swamedikasi. PENDAHULUAN Sehat merupakan impian ideal setiap manusia. Karena itu, tidak mengherankan jika tidak sedikit orang saat ini berupaya menjalani hidup sehat dengan menerapkan prinsip, lebih baik mencegah datangnya penyakit daripada mengobati. Terlepas apakah masing-masing individu tersebut memegang prinsip tersebut atau tidak, setidaknya hal itu merupakan bagian dari salah satu indikator semakin meningkatnya swamedikasi atau pengobatan sendiri, utamanya di Indonesia. Tentunya salah satu faktor yang lain adalah karena mahalnya biaya pengobatan. Karena itu, pemerintah kemudian mengeluarkan keputusan menteri kesehatan tentang obat wajib apotek yang keberadaannya ditujukan guna semakin meningkatnya keterjangkauan masyarakat dalam kebutuhan akses obat secara aman, tepat, rasional(zeenot, 2013). Di sisi lain, pemerintah juga membuat berbagai peraturan yang bertalian dengan kebutuhan sehat masyarakat, semisal Undang- Undang yang mengatur mengenai obat yang biasa diserahkan tanpa harus menggunakan resep dari dokter, yang keberadaannya diatur dalam peraturan menteri kesehatan (PerMenKes) No. 919/MenKes/Per/X/1992, tentang yang biasa diserahkan tanpa harus resep dokter(zeenot, 2013). Kesehatan merupakan hal yang sangat penting didalam kehidupan. Seseorang yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatan kembali. Pihak untuk mengupayakan kesembuhan dari suatu penyakit, antara lain dengan berobat ke dokter atau berobat sendiri (Atmoko & Kurniwati, 2009). Penggunaan obat merupakan bagian dari mata rantai yang tidak terpisahkan dari kegiatan pengelolaan obat. Dalam hal ini, aspek penggunaan obat di apotek diletakkan dalam konteks dukungan terhadap tingkat ketepatan dan rasionlitas sekaligus keamanan dalam penggunaan obat. Penggunaan obat wajib apotek biasa pula disebut sebagai swamedikasi obat keras, yaitu pengobatan sendiri dengan menggunakan obat keras yang termasuk dalam daftar obat wajib apotek. (Zeenot, 2013) Upaya memahami penggunaan obat wajib apotek adalah dengan memahami swamedikasi sekaligus komponen-komponen penting dalam swamedikasi itu sendiri akan terbentuk pemahaman yang utuh mengenai penggunaan obat wajib apotek secara tepat, rasional, dan aman. (Zeenot, 2013) Pengobatan sendiri atau disebut dengan swamedikasi merupakan upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi penyakit sebelum mencari pertolongan dari tenaga kesehatan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008) Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dari penelitian ini adalah seberapa tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Talungeng Kabupaten Bone tentang Swamedikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Talungeng Kabupaten Bone tentang Swamedikasi. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi tentang upaya pengetahuan masyarakat di Desa Talungeng Kabupaten Bone tentang Swamedikasi. METODE DAN BAHAN Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan data primer menggunakan kuesioner sebagai instrument pengumpulan data. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2016 di Desa Talungeng Kab. Bone Tentang Swamedikas.

Populasi Populasi dari penelitian ini adalah kurang lebih 900 orang yang tercatat di Desa Talungeng Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan pada bulan juni 2016. Sampel Dalam penelitian ini sampel dipilih dengan menggunakan teknik Purposive sampling yaitu pengambilan sampel hanya pada individu yang didasarkan pada pertimbangan dan karasteristik tertentu, yaitu orang dengan kriteria sebagai berikut: Pernah melakukan swamedikasi Pendidikan minimal Sekolah Menengah Atas (SMA) Dapat berkomunisasi Bersedia diwawancarai. Penentuan jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus slovin dengan tingkat kesalahan 10 % (Sevilla,C.G.1993). n = N 1+N (d) 2 di mana : n = Jumlah Sampel N = Jumlah Populasi d 2 = Tingkat Kesalahan Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 100 orang, yang dipilih dengan menggunakan teknik sampling sebanyak 10 orang setiap hari. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data dilakukan dengan memberi pertanyaan dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertulis tentang masalah yang diteliti untuk diisi oleh responden. Instrumen angket yang digunakan dituangkan dalam bentuk pilihan ganda sehingga mempermudah pelaksanaannya. Data primer yang diperoleh kemudian ditabulasi, diberi skor, dipersentasekan, dan penyajiannya dibuat dalam bentuk tabel dan grafik batang yang disertai dengan penjelasan. Adapun cara pengolahannya dilakukan dengan menggunakan Skala Likert (Sugiyono, 1999) : Pemberian skor Untuk skor ya = 1 Untuk skor tidak = 0 Tabel 1 : Data responden berdasarkan jenis kelamin No. Jenis kelamin Jumlah Selanjutnya data ditabulasikan dan dipresentasikan dengan cara pengukuran menggunakan Skala Likert. Jumlah Skor Rata rata skor = x 100% Skor Ideal Skor Ideal = Jumlah responden x Skor tertinggi (1). Kemudian data akan disajikan dalam bentuk grafik batang. Kriteria Objektif Jawaban yang diperoleh berdasarkan persentase skor di bagi dalam 3 kategori, yaitu : Ya : 50 % - 100 % Tidak : 0 % -50 % Definisi Operasional Tingkat pengetahuan masyarakat adalah seberapa banyak yang diketahui masyarakat tentang swamedikasi yang dinyatakan dalam persen. Masyarakat adalah sejumlah manusia yang hidup di suatu tempat (Sugono, D., dkk., 2010). Masyarakat yang dimaksud disini adalah masyarakat Desa Talungeng Kab.Bone HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian untuk menentukan tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Talungeng Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi, dan waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juni 2016. Data hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang ditujukan kepada 100 orang responden yang dihitung berdasarkan rumus slovin dengan tingkat kesalahan 10 %, dan dipilih menurut teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu (Sugiyono, 2005). Data hasil penelitian berupa karasteristik responden dan hasil jawaban responden diuraikan pada tabletabel di bawah ini : Karasteristik responden Data hasil penelitian berupa karasteristik responden meliputi jenis kelamin, tingkat peendidikan, dan jenis pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Responden berdasarkan jenis kelamin. 1 Laki-laki 36 36 2 Perempuan 64 64 3 Jumlah 100 100 Sumber : data primer 2016 Pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki sejumlah 36 orang (36 %) dan yang berjenis kelamin perempuan sejumlah 64 orang (64 %). Responden berdasarkan tingkat pendidikan.

Tabel 2 : Data responden berdasarkan tingkat pendidikan No Pendidikan Jumlah 1 SMA 88 88 2 DIII 4 4 3 S 1 8 8 4 Jumlah 100 100 Sumber : data primer, 2016 Berdasarkan tabel 2 di atas memperlihatkan bahwa 88 % responden memiliki pendidikan terakhir SMA, 4 % memiliki pendidikan terakhir DIII, 8 % memiliki pendidikan terakhir S1. Responden berdasarkan tingkat pekerjaan Tabel 3 : Data responden berdasarkan tingkat pekerjaan No Pekerjaan Jumlah 1 PNS 6 6 2 Karyawan swasta 7 7 3 Wirausaha 21 21 4 Lain-lain 66 66 5 Jumlah 100 100 Sumber : data primer, 2016 Berdasarkan tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS sejumlah 6 orang (6%), sebagai karyawan swasta sejumlah 7 orang (7 %), sebagai wirausaha sejumlah 21 orang (21 %), dan kelompok pekerja lain-lain sejumlah 66 orang (66 %) yang meliputi pekerja ibu rumah tangga, petani, dan mahasiswa. Jawaban responden Data yang diperoleh berupa hasil jawaban kuesionerdari 100 orang masyarakat, yaitu masyarakat yang tercatat di kantor Desa Talungeng Kab. Bone, dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk tabel yang dapat dilihat dibawah ini : Tabel 4. TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DI DESA TALUNGENGKABUPATEN BONE TENTANG SWAMEDIKASI Tidak Mengetahui Mengetahui (Ya) Jumlah Burtir (Tidak) No Soal Jawaban Skor Jawaban skor jawaban Skor 1 1 63 63 37 0 100 63 2 2 75 75 25 0 100 79 3 3 80 80 20 0 100 80 4 4 45 45 55 0 100 45 5 5 39 39 61 0 100 39 6 6 39 39 61 0 100 39 7 7 36 36 64 0 100 36 8 8 64 64 36 0 100 64 9 9 59 59 41 0 100 59 10 10 56 56 44 0 100 56 11 11 15 15 85 0 100 15 Jumlah 571 571 529 0 1100 571 Jumlah Rata-rata 51,90 51,90 48,09 0 100 51,90 Presentase skor 100% 0% 100% Dari tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat DI Desa Talungeng Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi, masyarakat yang mengetahui sebanyak 100%. Pembahasan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi, apakah masyarakat mengetahui atau tidak. Ternyata dari hasil penelitian yang dilakukan di Desa Talungeng Kabupaten Bone termasuk kategori masyarakat yang mengetahui tentang swamedikasi. Beberapa contoh disebutkan pada coretan kesalahan swamedikasi yang sering terjadi di Masyarakat. Obat-obatan yang masih dianggap aman pada tindakan swamedikasi adalah obat dengan label obat bebas (lingkaran warna hijau) dan obat bebas terbatas (lingkaran warna biru) serta beberapa obat keras (lingkaran berwarna merah dengan huruf K) tetapi tetap dengan konsultasi

pada Apoteker, masalahnya ada banyak masyarakat yang menggunakan obat keras tanpa konsultasi terlebih dahulu. Mahalnya biaya konsultasi dengan dokter, biaya laboratorium dan obat-obatan yang mahal menjadi faktor penyebab pada sebagian besar keluarga miskin di beberapa Negara berkembang, sehingga permasalahan ini harus ditangani oleh berbagai tindak hanya kesehatan tetapi juga ekonomi dan sosial budaya. Beberapa ahli merumuskan cara untuk menanggulangi permasalah swamedikasi ini yaitu : Pelaksanaan pharmaceutical care di komunitas farmasi. Komunitas farmasi berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan memantau pengobatan penyakit ringan dan menyarankan pasien ke Dokter apabila pasien memerlukan penanganan lebih lanjut. Meningkatkan konsultasi klinik dan laboratorium meliputi pemberian pengetahuan kepada masyarakat tentang swamedikasi, bertanyalah kepada Dokter dan Apoteker semua yang ingin anda ketehui mengenai kesehatan Anda. Mengembangkan kerjasama dengan tenaga kesehatan dan fakultas kesehatan untuk melakukan promosi cara swamedikasi yang benar. Menggunakan sistem pembiayaan kesehatan juga dapat mengurangi kesalahan swamedikasi karena masyarakat akan terdorong untuk menggunakan haknya pada saat jatuh sakit dengan datang ke pusat pelayanan kesehatan, pada akhirnya pasien mendapatkan pengobatan yang optimal. Pada awalnya swamedikasi diharapkan dapat mengurangi beban pada layanan perawatan kesehatan, tetapi tidak demikian pada paradikma yang berkembang di masyarakat. Masyarakat mutlak memerlukan informasi obat yang jelas dan dapat dipercaya agar penentuan jenis dan jumlah obat yang diperlukan berdasarkan kerasionalan. Pengetahuan tersebut dan pengetahuan tentang gejala jarang sekali dikuasai oleh masyarakat. Masyarakat seringkali mendapatkan mendapatkan informasi obat melalui iklan, baik dari media cetak maupun dari media elektronik, dan itu merupakan jenis informasi yang paling berkesan, sangat mudah ditangkap, serta sifatnya komersial. Ketidaksempurnaan iklan obat yang mudah diterima oleh masyarakat, salah satunya adalah tidak adanya informasi mengenai kandungan bahan aktif. Dengan demikian, apabila hanya mengandalkan jenis informasi ini, masyarakat akan kehilangan informasi yang sangat penting, yaitu jenis obat yang dibutuhkan untuk mengatasi gejala sakitnya. Akibat langsung yang dapat dirasakan adalah meningkatnya pola konsumsi obat dengan seringnya didapatkan pemakaian beberapa nama dagang obat yang ternyata isinya persis sama. Menurut WHO, swamedikasi yang bertanggung jawab dapat mencegah dan mengobati penyakitpenyakit ringan yang tidak memerlukan konsultasi medis, serta menyediakan alternatif yang murah untuk pengobatan penyaki-penyakit umum. Bagi masyarakat, pengobatan sendiri dapat memberi beberapa keuntungan, diantaranya menghemat biaya dan waktu untuk pergi ke Dokter. Pada tingkat komunitas, swamedikasi yang baik juga dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu dengan penghematan penggunaan obat-obat yang seharusnya dapat digunakan untuk masalah kesehatan serius, dari penggunaan untuk penyakipenyakit ringan, serta penurunan biaya untuk program pelayanan kesehatan dan pengurangan waktu absen kerja akibat gejala-gejala penyakit ringan. Sebaiknya, swamedikasi yang dilakukan secara tidak tepat memungkinkan terjadinya kesalahan dalam penggunaan obat dan kurangnya kontrol pada pelaksanaannya. Dampak lainnya yaitu dapat menyebabkan bahaya serius terhadap kesehatan, seperti reaksi obat yang tidak diinginkan, perpanjangan masa sakit, risiko kontraindikasi, dan ketergantungan obat. Oleh karena itu, upaya untuk membekali masyarakat agar mempunyai keterampilan mencari informasi obat secara tepat dan benar perlu dilakukan, dengan memanfaatkan sumber-sumber informasi yang telah tersedia di masyarakat. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu, tingkat pengetahuan masyarakat di Desa Talungeng Kab.Bone tentang swamedikasi, sebagai berikut 51,90% mengetahui, 48,09% tidak mengetahui tentaang swamedikasi. Saran Dihapkan agar masyarakat selalu berkunjung ke Pelayanan Kesehatan terdekat agar mendapatkan informasi yang tepat tentang penggunaan obat. Media edukasi tentang swamedikasi perlu dikembangkan dan disempurnakan lagi, sehingga dapat memberikan informasi secara lebih efektif kepada masyaraakat. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. Swamedikasi, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang (Diakses 4 Maret 2014) Atmoko, W. & Kurniawati, I. 2009. Swamedikasi: Sebuah Respon Realistik Perilaku Konsumen di Masa Krisis., Bisnis dan Kewirausahaan. Abay, S. & Amelo, W. 2010. Assessment Of Selfmedication Practices Among Medical, Pharmacy. And Health Science Students In

Gondar University Ethiopia. Jurnal Of Young Pharmacists. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hermawati, Dian. 2012. Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung Di Dua Apotek Kecamatan Cimanggis. Depok. Sugiyono. 2012. Statistik Nonparametris Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung. Supardi, S. & Raharni. 2006. Penggunaan Obat Yang Sesuai Dengan Aturan Dalam Pengobatan Sendiri Keluhan Demam, Sakit Kepala, Batuk, Flu. Jurnal Kedokteran Yarsi. Syarif. 2013. Tingkat Kepuasan Pasien, Akademi Farmasi Yamasi, Makassar. Zenoot. 2013. Pengelolaan dan Penggunaan Obat Wajib Apotek, D-Medika, Jogjakarta Kristina, S., Prabandari, Y., &Sudjaswadi, R. 2008. Perilaku Pengobatan Sendiri Yang Rasional Pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman. Majalah Farmasi Indonesia.