2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting bagi pengembangan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan sejalan dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

2016 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. baik itu pelaksana pendidikan, mutu pendidikan, sarana prasarana pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kondisi pembelajaran awal siswa sebelum diterapkan metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi belajar mengajar, dimana terdapat

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan cara untuk memenuhi dan meningkatkan mutu

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Sejalan dengan itu Jujun (Prasetya, 2010: 2) mengatakan, dari pernyataan yang ingin kita sampaikan.

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

commit 1to user BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Menurut Nana Syaodih &

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

2015 KECENDERUNGAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya sebagai objek, sementara guru aktif mendominasi seluruh kegiatan belajar

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ASEP MUNIR HIDAYAT, 2015

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap, nilai-nilai pembentukan dan

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran adalah interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak hanya menekankan pada pemberian rumus-rumus melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam era globalisasi, sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan

BAB I. melalui proses pendidikan akan memunculkan manusia-manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang masa depan agar lebih baik. Pendidikan dalam hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek keterampilan berpikir yang dapat ditumbuhkan pada diri peserta didik pada saat mengikuti proses pembelajaran adalah kemampuan analisis. Kemampuan berpikir pada tingkat kognitif analisis dibutuhkan peserta didik dalam pembelajaran geografi karena hampir di setiap Standar Kompetensi (SK) mata pelajaran geografi baik kelas X, XI dan XII terdiri atas Kompetensi Dasar (KD) menganalisis (ranah kognitif C4) diantaranya menganalisis unsurunsur geosfer yang meliputi atmosfer, litosfer, pedosfer, hidrosfer, biosfer dan antroposfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi. Berdasarkan semua materi yang diajarkan dalam pembelajaran geografi disekolah, tidak semuanya memerlukan kemampuan analisis, karena tidak semua materi yang mewajibkan peserta didik untuk melakukan analisis, akan tetapi hanya materi tertentu saja, dalam hal ini dimana peserta didik diminta untuk menganalisis fenomena biosfer dan antroposfer seperti menganalisis sebaran hewan dan tumbuhan serta menganalisis aspek kependudukan. Lebih luas lagi, kemampuan analisis dibutuhkan peserta didik karena jika peserta didik memiliki kemampuan analisis yang baik, maka dia akan lebih siap untuk menghadapi tantangan dalam kehidupannya sehari-hari maupun sebagai bekal untuk kehidupannya di masa yang akan datang. Buchori dalam Trianto (2007, hlm. 1) menyatakan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para peserta didik nya untuk suatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan analisis yang dilatihkan pada peserta didik akan menyebabkan peserta didik memiliki kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan suatu permasalahan. Oleh karena itu kemampuan analisis perlu dilatihkan pada peserta didik dalam pembelajaran. Pada kenyataannya, kemampuan analisis peserta didik di Indonesia masih tergolong rendah. Berdasarkan laporan Mckinsey Indonesian s Today dan sejumlah data rangkuman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (dalam

Edupost, 2012) menyatakan bahwa hanya 5% dari pelajar Indonesia yang memiliki kemampuan berpikir analisis, sedangkan sebagian besar pelajar Indonesia lainnya hanya memiliki kemampuan sampai taraf mengetahui. Salah satu penyebab hal tersebut tidak lain karena pembelajaran di sekolah kurang menuntut peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Peserta didik cenderung dilatih untuk menjawab soal dengan menghafal, sehingga keaktifan dan daya berpikir tingkat tinggi (High Order Thingking) peserta didik tidak berkembang. Selain itu, permasalahan kompetensi peserta didik dalam berpikir analisis juga terjadi pada pembelajaran geografi di SMA. Proses pembelajaran geografi di sekolah mencakup pendekatan, prinsip, dan aspek geografi yang dikaitkan dengan fenomena yang ada di kehidupan sehari-hari. Kebiasaan menghafal peserta didik dalam mempelajari konsep atau materi geografi hanya akan menghadirkan pengetahuan yang bersifat mudah terlupakan. Handoyo (2012) menyatakan bahwa secara faktual pembelajaran geografi di sekolah belum sesuai dengan fungsinya. Pertama, pembelajaran masih kurang menggunakan paradigma baru dan bermakna bagi peserta didik. Kedua, pembelajaran masih menitikberatkan pada aspek pengetahuan (transfer of knowledge) untuk menyiapkan ujian, bukan mengajarkan peserta didik membangun kompetensi. Hal ini mengakibatkan kemampuan berpikir peserta didik, khususnya menganalisis, kurang mengalami perkembangan maksimal. Padahal kemampuan peserta didik untuk lebih memahami materi pelajaran geografi harus dikembangkan dengan merangsang daya pikir analisis peserta didik, mengingat tujuan dari pembelajaran geografi sendiri tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga pada aspek keterampilan dan sikap. Kemampuan analisis (analytical thinking) merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik. Menurut Sudjana (1989), analisis merupakan tipe hasil yang kompleks karena memanfaatkan unsur pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi (dalam Herdian, 2010). Chareonwongsak (1999) mengemukakan bahwa Berpikir analisis merupakan kemampuan individu untuk dapat membedakan atau mengidentifikasi suatu peristiwa atau permasalahan menjadi sub-masalah, dan menentukan hubungan yang wajar atau logis untuk

menemukan penyebab dari permasalahan yang terjadi (dalam Montaku, 2011). Hal tersebut menunjukkan bahwa berpikir analisis merupakan pemikiran yang didasarkan data dan fakta yang akan membantu dalam pemecahan masalah, mencari solusi berdasarkan penyebab masalah sehingga dapat mendukung tahapan berpikir kritis, kreatif, dan berpikir memecahkan masalah. Lebih lanjut Suherman dan Sukjaya (1990, hlm. 49) menyatakan bahwa kemampuan analisis adalah kemampuan untuk memerinci atau menguraikan suatu masalah (soal) menjadi bagian-bagian yang lebih kecil (komponen) serta mampu untuk memahami hubungan di antara bagian-bagian tersebut. Kemampuan analisis dapat diasah, seperti kebanyakan dengan cara latihan. Semakin sering melakukan latihan, maka seseorang akan semakin terlatih dalam menganalisis. Selanjutnya King et al (1997, hlm. 11) menyatakan bahwa kemampuan analisis sendiri dipengaruhi oleh kemampuan individu untuk mengaplikasikan, mengatur kembali, dan menambahkan pengetahuan ke dalam situasi atau lingkungan di mana individu tersebut berada. Pembelajaran di sekolah yang tepat akan membangun kemampuan analisis peserta didik. Kemampuan analisis juga dipengaruhi dan didukung oleh pencarian informasi untuk menemukan informasi yang digunakan dalam memecahkan suatu masalah. Pada saat ini pembelajaran geografi masih dikatakan kurang berhasil karena hanya sebatas meningkatkan pengetahuan (Low Order Thingking) peserta didik saja, akan tetapi proses pembelajaran yang berhasil tidak hanya meningkatkan pengetahuan peserta didik secara tekstual tapi juga meningkatkan pemahaman serta kemampuan analisis (High Order Thingking) mereka. Kesalahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran adalah peserta didik dijadikan sebagai objek dari transfer ilmu. Peserta didik secara pasif menyerap struktur pengetahuan yang diberikan guru. Padahal peserta didik diharapkan mampu menggali serta mengeksplorasi materi-materi yang mereka terima dari sekolah. Peserta didik pun diharapkan bisa menggunakan ilmu yang mereka miliki untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan hidup mereka. Pembelajaran yang menyebabkan peserta didik menjadi pasif ini tentunya memiliki dampak yang kurang baik apabila dibandingkan dengan pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk aktif. Hal ini selaras dengan pernyataan Michel et al dalam

Herdiyanti (2013, hlm. 3) yang menyatakan bahwa the active teaching approach may have a greater positive influence on student learning than the passive teaching approach in some contexts. Pengajaran guru geografi di sekolah pada umumnya hanya meliputi ranah kognitif C1, C2 dan yang paling tinggi hanya pada ranah C3. Hal ini menyebabkan tidak tercapainya kemampuan analisis pada peserta didik. Sejalan dengan pendapat Purwanto (2010, hlm. 32) penyebab problematika pembelajaran geografi yang sering muncul yaitu kelemahan guru dalam merumuskan tujuan pembelajaran yang akan digunakan sebagai tolak ukur pencapaian. Kelemahan pertama, para guru belum memahami hakekat kognitif, afektif dan psikomotor. Kelemahan berikutnya, karena geografi dominan kognitif, mereka kurang memahami hakekat C1, C2, C3, C4, C5 dan C6. Akibatnya, ketika mereka menyusun soal hanya pada tingkat C1 dan C2, sehingga terkesan soal hafalan. Dari hasil pengamatan di kelas, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan aktivitas belajar di kelas, yaitu sebagai berikut: pertama, penggunaan metode mengajar yang monoton dan masih kurang efektif yaitu hanya dengan menggunakan metode ceramah dan diskusi biasa saja tanpa divariasikan dengan metode pembelajaran lain sehingga menimbulkan kejenuhan pada peserta didik saat belajar dan guru kurang tegas terhadap kelakuan peserta didik, sehingga banyak peserta didik yang kurang memperhatikan penjelasan guru akan tetapi peserta didik lebih fokus pada kegiatannya masing-masing seperti bermain handphone, mendengarkan musik melalui headset, mengobrol dengan teman sebangku, selain itu masih banyak peserta didik yang tidak memahami materi secara keseluruhan, sehingga ketika diberikan suatu soal berupa permasalahan yang berkaitan dengan peristiwa atau fenomena sehari-hari, peserta didik tersebut mengalami kesulitan untuk menyelesaikan soal tersebut, kebanyakan dari mereka menjawab secara tidak ilmiah dan tidak rasional sehingga hal ini berdampak pada hasil belajar mereka. Salah satu hal yang menjadi penyebab kurangnya kemampuan analisis peserta didik adalah kecenderungan guru yang masih menerapkan pembelajaran yang masih bersifat konvensional yang pada tahap pembelajarannya dimulai dari menjelaskan materi, memberi contoh dan dilanjutkan dengan latihan soal,

sehingga pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Keadaan demikian mengakibatkan peserta didik menjadi pasif karena peserta didik kurang diberi kebebasan untuk mengemukakan ide-ide dan pendapat yang dimilikinya. Kedua, pada saat wawancara dengan guru, banyak ditemukan keluhan dari guru yang bersangkutan bahwa beban kurikulum bagi peserta didik terlalu berat dibandingkan dengan waktu yang ada karena alokasi waktu dalam mengajar juga masih kurang, sedangkan materi yang harus disampaikan sangat banyak sehingga tidak tersampaikan secara keseluruhan, dan guru juga belum banyak mengetahui tentang metode pembelajaran yang dapat mengoptimalkan aktivitas pembelajaran peserta didik. Ketiga, ketika peneliti melakukan wawancara dengan peserta didik mengenai respon mereka dalam mengikuti pembelajaran geografi masih sangat kurang, hal itu dikarenakan metode mengajar yang digunakan oleh guru pada umumnya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok biasa, selain itu mereka juga berpendapat bahwa materi pelajaran geografi terlalu banyak sehingga menyebabkan mereka sulit dalam menghafal serta memahami materi yang mengakibatkan mereka sulit dalam mengerjakan dan menganalisis soal yang diberikan tersebut. Dari dua soal essay dengan aspek kognitif C4 (kemampuan analisis) yang diberikan pada 21 orang peserta didik hanya 30% peserta didik yang dapat menjawab dengan benar. Dilihat dari hasil perolehan rata-rata nilai harian, UTS dan UAS ternyata masih banyak peserta didik yakni sekitar 16 orang peserta didik dari 21 orang peserta didik yang mendapat nilai kurang dari KKM yang ditentukan oleh sekolah yakni 70. Dengan nilai tertinggi 74,6 dan nilai terendah 21,1. Salah satu penyebab dari kecilnya nilai ulangan peserta didik tersebut adalah salah satunya karena mereka belum mampu menyelesaikan soal pada aspek kemampuan analisis. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik pada ranah kognitif aspek kemampuan analisis dapat dikatakan masih rendah. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti mulai dari pengamatan kelas, hasil wawancara dengan guru dan peserta didik serta dari data yang diperoleh seperti RPP, jawaban dari soal-soal latihan, UTS dan UAS serta rata-rata nilai ulangan harian, UTS dan UAS peserta didik dapat dikatakan bahwa dalam proses pembelajaran, peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Pasundan 7

Bandung pada umumnya belum mengerti problematika atau permasalahan yang mereka hadapi dan belum mampu mengembangkan keterampilan analisis, hal ini juga dilatarbelakangi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang mengedepankan peserta didik dan kurang mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik terutama dalam berpikir tingkat tinggi khususnya kemampuan analisis dan permasalahan yang ada di sekitar mereka. Bukan hanya itu saja, dari guru sebenarnya sudah melakukan usaha yakni dengan menerapkan beberapa metode diantaranya ceramah, diskusi kelompok, penugasan, akan tetapi dari metode tersebut belum bisa meningkatkan kemampuan analisis peserta didik, karena dari metode itu masih terdapat beberapa kelemahan diantaranya belum tepat untuk menangani keberagaman yang dimiliki oleh peserta didik khususnya dari segi karakter, kecerdasan, latar belakang, perkembangan fisik, mental, minat dan bakat dari masing-masing peserta didik. Hampir tidak pernah ditemukan dalam suatu pertemuan, seorang guru tidak melakukan pendekatan tertentu terhadap seluruh peserta didiknya, karena pendekatan dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Maka dari itu sesuai dengan pemikiran dan kenyataan di atas, guru dituntut untuk memiliki strategi serta metode pembelajaran yang menarik sehingga proses pembelajaran akan berjalan sinergis dengan target materi yang diharapkan. Oleh karena itu peneliti berinisiatif untuk memperbaiki kondisi tersebut melalui penggunaan metode pembelajaran sebagai pemicu untuk memotivasi peserta didik yang masih tergolong pasif dalam pembelajaran geografi. Adapun solusi dan langkah yang diambil peneliti dalam upaya meningkatkan kemampuan analisis peserta didik pada pembelajaran Geografi di SMA Pasundan 7 Bandung adalah dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dimana penelitian yang dilakukan lebih menitikberatkan pada penggunaan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) sebagai upaya dalam meningkatkan kemampuan analisis peserta didik. Huinker dan Laughlin mengungkapkan bahwa Metode pembelajaran Think Talk Write yang kemudian disingkat menjadi TTW adalah sebuah metode pembelajaran yang dibangun melalui kegiatan berpikir, berbicara dan menulis (dalam Bansu, 2003, hlm.36). Porter (1992, hlm.179) juga menyatakan bahwa Think Talk Write (TTW) adalah pembelajaran yang memberi kesempatan untuk memulai belajar dengan

memahami permasalahan terlebih dahulu, kemudian terlibat secara aktif dalam diskusi kelompok, dan akhirnya menuliskan dengan bahasa sendiri dari hasil yang diperolehnya. Tujuan dari penggunaan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) ini adalah agar setiap peserta didik yang memiliki kemampuan lebih baik dapat membagi ilmu mereka kepada peserta didik lain yang memiliki kemampuan dibawah mereka dan agar peserta didik lebih termotivasi untuk belajar dengan diadakannya diskusi dalam proses pembelajaran. Sintaks dari pembelajaran Think Talk Write (TTW) ini dilihat akan sejalan dengan tahapan pengerjaan peserta didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKS) selama proses pembelajaran, hal ini akan melatih peserta didik untuk memikirkankan kemungkinan jawaban terhadap suatu permasalahan dalam Lembar Kerja Peserta Didik (LKS) yang diberikan, kemudian mendiskusikan permasalahan tersebut dengan teman kelompok kecilnya untuk sama-sama memecahkan permasalahan tersebut, setelah itu mereka diminta untuk menuliskan alasan jawaban yang dipilihnya secara ilmiah. Hal ini akan lebih mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran sehingga kemampuan analisisnya dapat dilatihkan secara optimal. Metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) ini sudah dikaji oleh beberapa peneliti lainnya dan memberikan hasil yang positif, diantaranya Indri (2013), dalam skripsinya yang berjudul Penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar geografi, yang menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik. Selain itu, Abrisadesi (2013), juga mengkaji tentang Penerapan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran geografi kelas X-A SMA PGRI Maospati Kabupaten Magetan yang mengungkapkan bahwa metode Think Talk Write (TTW) ini dapat meningkatkan rata-rata kemampuan berkomunikasi peserta didik, tidak hanya itu saja akan tetapi metode Think Talk Write (TTW) ini juga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan uraian yang diungkapkan diatas, maka perlu adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan analisis peserta didik agar peserta didik mampu menganalisis fenomena dan permasalahan-permasalahan yang terjadi disekitarnya. Untuk itu peneliti menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk melihat seberapa besar penerapannya terhadap peningkatan kemampuan analisis peserta didik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, Penerapan Metode Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Peserta Didik Dalam Pembelajaran Geografi, yang akan dilaksanakan di Kelas XI IPS 1 SMA Pasundan 7 Bandung. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalahmasalah yang timbul diantaranya sebagai berikut : 1. Pemilihan metode pembelajaran yang masih monoton dan kurang tepat sehingga mengakibatkan pembelajaran menjadi kurang efektif. 2. Masih banyak peserta didik belum memahami materi secara keseluruhan, sehingga ketika diberi soal khususnya soal yang berkaitan dengan analisis, peserta didik tersebut mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. 3. Penggunaan metode pembelajaran geografi yang cenderung pada pembelajaran konvensional yang menjadikan peserta didik pasif dalam proses pembelajaran. 4. Beban kurikulum peserta didik yang berat tidak seimbang dengan alokasi waktu pembelajaran yang masih kurang. 5. Hasil belajar peserta didik kelas XI IPS 1 SMA Pasundan 7 Bandung untuk mata pelajaran geografi masih tergolong rendah. 6. Guru kurang mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik terutama berpikir tingkat tinggi dalam memahami permasalahan yang ada di sekitar mereka. C. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) pada proses pembelajaran geografi dikelas XI IPS 1 SMA Pasundan 7 Bandung? 2. Apakah penggunaan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat meningkatkan kemampuan analisis peserta didik Kelas XI IPS 1 SMA Pasundan 7 Bandung? 3. Bagaimana respon peserta didik terhadap metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) pada proses pembelajaran geografi dikelas XI IPS 1 SMA Pasundan 7 Bandung? D. Tujuan Penelitian Secara umum, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitin ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai penerapan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) untuk meningkatkan kemampuan analisis peserta didik dalam proses pembelajaran geografi di kelas XI IPS 1 SMA Pasundan 7 Bandung Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan : 1. Untuk menerapkan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) pada proses pembelajaran geografi dikelas XI IPS 1 SMA Pasundan 7 Bandung. 2. Untuk meningkatkan kemampuan analisis peserta didik XI IPS 1 SMA Pasundan 7 Bandung dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW). 3. Untuk mengidentifikasi respon peserta didik terhadap metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) pada proses pembelajaran geografi dikelas XI IPS 1 SMA Pasundan 7 Bandung. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait, baik secara teoritis maupun praktis, yakni : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan metode pembelajaran yang inovatif, terutama sebagai upaya peningkatan kemampuan analisis peserta didik dengan menggunakan metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) baik dalam pembelajaran geografi maupun mata pelajaran lainnya.

2. Manfaat Praktis a. Bagi peserta didik, dapat membantu meningkatkan kerjasama antar peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan serta meningkatkan kemampuan analisis peserta didik. b. Bagi guru atau pendidik, dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman serta keterampilan menggunakan metode pembelajaran, meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah, serta dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru. c. Bagi sekolah, diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif metode pembelajaran dan memberikan kontribusi agar tercapainya standar kelulusan sehingga dapat meningkatkan prestasi sekolah serta dapat menghasilkan guruguru yang profesional dalam bidanganya dengan menerapkan berbagai metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran. d. Bagi guru lain, dapat memberikan inovasi baru kepada guru dan pendidik lainnya dalam metode pembelajaran yang nantinya akan digunakan pada saat kegiatan belajar mengajar agar lebih efektif. e. Bagi peneliti, yakni dapat memperoleh pengalaman baru secara langsung dalam proses perbaikan pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan kemampuan analisis peserta didik. F. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi, yakni dari bab 1 sampai dengan lampiran. Struktur organisasi dalam skripsi ini, antara lain : BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan bagian awal dari skripsi yang menguraikan tentang latar belakang masalah penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Latar belakang penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan alasan peneliti melaksanakan penelitian, pentingnya masalah itu untuk diteliti, dan pendekatan untuk mengatasi masalah. Rumusan masalah menjelaskan tentang analisis dan rumusan masalah dinyatakan dalam

bentuk kalimat tanya. Tujuan penelitian menyajikan tentang hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan. Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi peserta didik, guru dan peneliti sendiri. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN Bab ini berisi tentang kajian teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang diambil yakni metode pembelajaran Think Talk Write (TTW) dan kemampuan analisis, penelitian yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis tindakan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang deskripsi mengenai setting penelitian, objek yang akan diteliti, metode penelitian, desain penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta indikator keberhasilan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini mengemukakan tentang hasil penelitian yang telah dicapai dan diperoleh dari pengolahan data untuk menghasilkan temuan yang berkaitan dengan masalah penelitian serta pembahasan yang dikaitkan dengan kajian pustaka. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan simpulan terhadap hasil analisis temuan dari penelitian dan rekomendasi atau saran dari penulis sebagai bentuk pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian.