I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lingkungan adalah semua benda, daya serta kondisi, termasuk di dalamnya

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

I. PENDAHULUAN. Nations pada tahun 2011 penduduk di dunia telah menembus angka 6,7 Miliar.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sumber material yang substansial tentang fungsi-fungsi yang berbeda, dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

I. PENDAHULUAN. Keberadaan ruang terbuka hijau saat ini mengalami penurunan yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN A.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB I. Dewasa ini, tata ruang wilayah menjadi salah satu tantangan pada. penduduk yang cukup cepat juga. Pertumbuhan penduduk tersebut berimbas

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA TENGAH

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBANGUNAN HUTAN KOTA DALAM STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN PROVINSI BANTEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RUANG TERBUKA HIJAU DI KECAMATAN KEMILING KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2016 (JURNAL) Oleh FADELIA DAMAYANTI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara, termasuk Indonesia. Dampak peningkatan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. daerah resapan pada kota Medan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan satu aspek yang penting dalam kehidupan. negara serta wujud dari upaya negara dalam memenuhi kepentingan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2016 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

Tabel 28. Kesesuaian RUTRK untuk RTH terhadap Inmendagri No. 14 Tahun RUTRK Untuk RTH (ha)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 60 TAHUN TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN RUANG TERBUKA HIJAU

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SINGKAWANG TAHUN

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

Peran Pemerintah dalam Perlindungan Penataan Ruang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALI KOTA BONTANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan tanah dan atau air (Peraturan Pemeritah Nomor 34 Tahun 2006).

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LAMPUNG BARAT NOMOR 01 TAHUN 1994 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka landasan administrasi dan keuangan diarahkan untuk mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah. Undang-Undang tersebut, memberikan kewenangan yang luas kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, namun kewenangan tersebut tidaklah semata-mata untuk kepentingan suatu daerah tertentu. Adanya otonomi daerah, maka pemerintah daerah mempunyai peluang untuk mengembangkan pembangunan daerahnya secara optimal. Otonomi daerah merupakan kewenangan sendiri yang keberadaannya terpisah dengan otoritas yang diserahkan oleh pemerintah guna mengalokasikan sumber sumber material yang substansial tentang fungsi-fungsi yang berbeda, dengan otonomi daerah tersebut kebebasan yang dimiliki pemerintah daerah memungkinkan untuk membuat inisiatif sendiri, mengelola dan mengoptimalkan sumber daya daerah. Adanya kebebasan untuk berinisiatif merupakan suatu dasar pemberian otonomi daerah, karena dasar pemberian otonomi daerah adalah dapat berbuat sesuai dengan kebutuhan setempat. Hak dan kewajiban serta kebebasan bagi daerah untuk menyelenggarakan urusan-urusannya sepanjang sanggup untuk

2 melakukannya dan penekanannya lebih bersifat otonomi yang luas (Islamy, 2007: 14). Pada pelaksanaan otonomi daerah, masih banyak ditemukan permasalahan dan kendala pembangunan, terutama dalam kerangka pembangunan wilayah. Permasalahan umum yang masih ditemukan antara lain: (1) Kesenj angan dalam dan antar wilayah, (2) Keterbatasan akses ke kawasan terpencil/tertinggal dan akses ke pasar, (3) Sistem pembangunan yang masih sentralistik dan sektoral, (4) Lemahnya keterpaduan program yang berbeda sumber pendanaannya, (5) Belum efektifnya pemanfaatan rencana tata ruang sebagai alat keterpaduan pembangunan (wilayah/sektoral), (6) Pengelolaan pembangunan di daerah belum optimal dalam menunjang upaya pengembangan wilayah, dan (7) Terakumulasinya modal di kawasan perkotaan (Wahab, 2007: 2). Permintaan akan pemanfaatan lahan kota terus tumbuh dan bersifat akseleratif untuk pembangunan berbagai fasilitas perkotaan, termasuk kemajuan teknologi, industri dan transportasi, selain sering mengubah konfigurasi alami lahan/bentang alam perkotaan juga menyita lahan-lahan tersebut dan berbagai bentukan ruang terbuka lainnya. Kedua hal ini, umumnya merugikan keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) yang sering dianggap sebagai lahan cadangan dan tidak ekonomis. Di lain pihak, kemajuan alat dan pertambahan jalur transportasi dan sistem utilitas, sebagai bagian dari peningkatan kesejahteraan warga kota, juga telah menambah jumlah bahan pencemar dan telah menimbulkan berbagai ketidaknyamanan di lingkungan perkotaan. Untuk mengatasi kondisi lingkungan kota seperti ini keberadaan Ruang Terbuka Hijau (R TH) di wilayah kota terasa

3 sangat diperlukan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu bagian penting dari suatu kota. Keberadaan RTH seperti hutan kota, taman kota, jalur hijau, dan lapangan sangat penting bagi masyarakat kota, maka dari itu diperlukan pengelolaan RTH oleh dinas tata kota supaya fungsi dan manfaatnya tetap optimal. Pada tahun 1990-an RTH di Kota Bandar Lampung masih relatif lebih luas dibandingkan dengan kondisi saat ini. Kota Bandar Lampung kian hari semakin sesak dengan berbagai macam aktivitas pembangunan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Perubahan yang dilakukan menyebabkan kondisi lingkungan semakin kritis dan jauh dari keadaan yang ideal. Turunnya kualitas lingkungan tentunya akan berpengaruh pada makhluk hidup khususnya manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pembangunan ini juga menyebabkan ketersediaan dari ruang terbuka hijau semakin menurun. Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Bandar Lampung sekarang masih 11,8 persen, padahal Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengamanatkan luas RTH minimal 30 persen dari luas suatu daerah (Budiman, 2014: 49).

4 Berikut tabel persebaran RTH di Kota Bandar Lampung: Tabel 1: Ruang Terbuka Hijau Kota Bandar Lampung 2013 No. Jenis RTH Jumlah dalam Ha 1. Taman Kota 19,25 2. Taman Rekreasi 29,20 3. Taman Wisata Alam 22,30 4. Taman Lingkungan Perumahan 2,40 5. Taman Lingkungan Perkantoran 8,90 6. Taman Hutan Raya 510,00 7. Hutan Kota 83,00 8. Hutan Lindung 350,00 9. Bentang Alam 745,80 10. Pemakaman 40,33 11. Lapangan Olah Raga 25,70 12. Lapangan Upacara 1,60 13. Lapangan Parkir 12,70 14. Lahan Pertanian 278,40 15. Jalur Sutet 5,60 16. Sempadan Sungai dan Pantai 0,90 17. Media Jalan dan Pedestrian 43,01 18. Jalur Hijau 6,50 Jumlah Total Luas RTH 2.185,59 Ha Luas Kota Bandar Lampung 19.722,00 Ha % Luas RTH 11,08 (Sumber : Data Dinas Tata Kota Bandar Lampung, 2013) Berdasarkan tabel 1 diektahui bahwa Ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung baru terdapat 11,08% dari luas wilayah Kota Bandar Lampung yaitu sekitar 19.722 Ha. Melihat perkembangan Kota Bandar Lampung yang menjadi pusat perdagangan industri atau jasa di Provinsi Lampung membuat penggunaan lahan menjadi semakin banyak namun persediaan lahan menjadi minim. Pembangunan infrasturktur guna mendukung perkembangan kota yang semakin meningkat mengakibatkan penggunaan lahan- lahan yang telah diatur atau ditata untuk difungsikan menjadi kawasan hijau atau ruang-ruang terbuka di Kota Bandar Lampung dialihfungsikan dari fungsi semula. Lahan taman hutan kota yang terletak di Kecamatan Sukarame yang difungsikan menjadi ruang terbuka

5 hijau atau kawasan hijau dialihfungsikan untuk digunakan sebagai lahan untuk dibangun infrasturktur ekonomi berupa kawasan bisnis. Ruang terbuka hijau kota memiliki banyak fungsi antara lain sebagai area rekreasi, sosial budaya, estetika, fisik kota, ekologis dan memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi bagi manusia maupun bagi pengembangan kota, akibat meningkatnya pertumbuhan penduduk serta berbagai aktivitas kota menyebabkan berkurangnya ruang terbuka hijau kota dan menurunnya kualitas lingkungan hidup yang mengakibatkan terjadinya perubahan ekosistem alami sehingga fungsi dari ruang terbuka hijau tidak dapat dipenuhi. Pemerintah Kota Bandar Lampung akan berusaha menjadikan kota ini memiliki RTH minimal 30 persen dari 197.22 kilometer persegi luas Kota Bandar Lampung. Upaya yang dilakukan guna menata dan menghijaukan Kota Bandar Lampung, membutuhkan peran serta semua pihak salah satunya dengan membudayakan menanam pohon (Budiman, 2014). Menurunnya kuantitas dan kualitas ruang terbuka publik yang ada di perkotaan, baik berupa ruang terbuka hijau (RTH) dan ruang terbuka non-hijau telah mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan seperti seringnya terjadi banjir di perkotaan, tingginya polusi udara, dan meningkatnya kerawanan sosial (kriminalitas dan krisis sosial), menurunnya produktivitas masyarakat akibat stress karena terbatasnya ruang publik yang tersedia untuk interaksi sosial. Pengelolaan ruang terbuka hijau oleh Dinas Tata Kota Bandar Lampung sangat diperlukan untuk mengatur dan mengelola ruang atau lahan kota agar dimanfaatkan secara optimal dan seimbang antara pembangunan dengan

6 ketersediaan ruang terbuka hijau di kota. Selanjutnya perencanaan RTH, diharapkan dapat sejalan dengan perkembangan kota yang diarahkan untuk menciptakan, memelihara dan meningkatkan kualitas lingkungan sehingga mewujudkan lingkungan yang sehat, nyaman dan indah bagi masyarakat Kota Bandar Lampung. Untuk mewujudkan hal tersebut, masyarakat tentunya sangat bergantung pada kinerja dari Dinas Tata Kota Bandar Lampung. Pemerintah Kota Bandar Lampung tentu menyediakan anggaran bagi Dinas Tata Kota untuk menata kota ini menjadi kota yang indah dan nyaman. Anggaran tersebut jumlahnya tentu tidaklah sedikit, misalnya saja anggaran untuk perawatan pohon di kota Bandar Lampung cukup besar yaitu mencapai Rp 2 miliar lebih. Kemudian anggaran yang cukup besar tersebut tentu masyarakat mengharapkan adanya kinerja yang bagus dari dinas tata kota (Profil Dinas Tata Kota Bandar Lampung, 2014). Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030, RTRW Kota Bandar Lampung memuat: a. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah Kota Bandar Lampung; b. Rencana struktur ruang wilayah kota Bandar Lampung yang meliputi sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan; c. Rencana pola ruang wilayah Kota Bandar Lampung yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budi daya; d. Penetapan kawasan strategis kota; e. Arahan pemanfaatan ruang wilayah Kota Bandar Lampung yang terdiri dari indikasi program utama jangka menengah lima tahunan; dan f. Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Kota Bandar Lampung yang berisi ketentuan umum peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

7 Menurut Pasal 8 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030, RTRW Kota Bandar Lampung menyatakan bahwa tujuan penataan ruang adalah mewujudkan Kota Bandar Lampung sebagai kota pendidikan, perdagangan dan jasa yang aman, nyaman, dan berkelanjutan dengan memerhatikan keserasian fungsi pelayanan nasional, regional, dan lokal. Menurut Pasal 9 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030, RTRW Kota Bandar Lampung menyatakan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah Kota Bandar Lampung meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, pengembangan pola ruang, pengembangan kawasan strategis serta pemanfaatan dan pengendalian ruang. Sedangkan menurut Pasal 48 Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2030, RTRW Kota Bandar Lampung menyatakan bahwa: (1) RTH terdiri atas RTH privat dan RTH publik. (2) RTH privat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sekurang - kurangnya 10 persen dari luas kota yang terdiri dari pekarangan, halaman perkantoran, halaman pertokoan, halaman tempat usaha, dan taman atap bangunan. (3) RTH publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diteta pkan sekurangkurangnya 20 persen dari luas kota yang terdiri dari: a. Taman lingkungan tersebar di wilayah Bandar Lampung; b. Taman kota di Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, Panjang, dan Teluk Betung Selatan; c. Hutan kota di Kecamatan Teluk Betung Barat, Panjang, Teluk Betung Utara, Tanjung Karang Timur, Tanjung Karang Barat, dan Sukarame; d. Pemakaman tersebar di wilayah Kota Bandar Lampung; dan e. Garis sempadan tersebar di wilayah Kota Bandar Lampung. (4) Pengembangan pemanfaatan dan pengelolaan RTH meliputi: a. Memertahankan dan merevitalisasi RTH publik maupun privat eksisting;

8 b. Mencanangkan gerakan Bandar Lampung menghijau melalui kegiatan penanaman pohon pada lahan milik masyarakat, urus jalan lahan fasilitas umum dan tempat lainnya; c. Melakukan konservasi dan revitalisasi pada kawasan lindung kota; d. Membangun RTH publik baru berupa taman-taman kota; e. Penghijauan pada permukiman padat dapat dilakukan dengan media terbatas dan lahan pekarangan; f. Kerjasama dengan masyarakat dan sektor swasta /dunia usaha dalam upaya pemenuhan RTH; dan g. Pengembangan perumahan, perkantoran, dan sarana publik maupun komersialnya harus menyediakan RTH minimum KDH 30 (tiga puluh) persen. Salah satu contoh penataan ruang wilayah yang belum maksimal adalah kondisi ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung cenderung kurang terawat dan adanya sejumlah fasilitas dari RTH yang hilang. Terlebih lagi, RTH juga sering disalahgunakan fungsinya. Oleh karena itu, Dinas Tata kota sebagai instansi yang bertanggung jawab mengelola ruang terbuka hijau, dituntut memiliki kinerja optimal agar RTH di kota Bandar Lampung tetap terpelihara dan fungsifungsinya tetap berjalan. Kota Bandar Lampung berisiko kehilangan Ruang Terbuka Hijau dengan pengalihan fungsi Taman Hutan Kota Way Halim menjadi perkantoran dan ruko. Dengan dialihfungsikannya Taman Hutan Kota Way Halim menjadi ruang komersial, hal itu akan semakin mengurangi ketersediaan wilayah RTH di Bandar Lampung yang saat ini hanya mencapai 11,08 % dari luas areal kota. Luas RTH yang tersedia di Kota Bandar Lampung hanya 2.185,59 hektar dari 19.722 hektar wilayah Kota Bandar Lampung. Dari jumlah luasan RTH tersebut, 289,70 ha merupakan RTH privat dan 1.895,89 hektar merupakan RTH publik, termasuk Taman Hutan Kota (THK) Way Halim yang akan dieksploit asi secara komersil. THK Way Halim selama ini dimanfaatkan masyarakat untuk kegiatan olah raga, seni dan budaya, penghijauan dan rekreasi. (http://www.hijauku.com/2012/05/11/merebut-kembali-rth-di-bandar-lampung/, diunduh tanggal 30 Maret 2015, Pukul 21.55 WIB). Penyimpangan penggunaan RTH akan menurunkan kualitas lingkungan hidup di Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung harus berani berpikir dan

9 mengambil keputusan secara dewasa. Potensi Bandar Lampung untuk menjadi kota metropolitan sangat besar, mengingat potensi sumber daya manusia dan pertumbuhan penduduk kota yang sangat tinggi. Kebutuhan akan udara segar dan air akan senantiasa bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Dengan menerbitkan Surta Keputusan Hak Guna Bangunan (SK HGB) dan surat perizinan alih fungsi Taman Hutan Kota Way Halim, pemerintah telah melakukan kelalaian dan pelanggaran terhadap aturan tentang ketersediaan lahan terbuka hijau. Berdasarkan SK HGB itu tertulis, pemerintah memberikan izin pengalihfungsian lahan THK Way Halim menjadi ruko selama 20 tahun ke depan. Meskipun saat ini fungsi THK Way Halim belum optimal sebagai hutan kota karena sedikitnya tutupan lahan, paling tidak, dengan adanya THK Way Halim, masyarakat Bandar Lampung masih memiliki ruang publik. Sebelumnya, pemerintah menyerahkan izin pengelolaan THK Way Halim kepada PT Way Halim Permai (WHP). Iz in ini telah habis masa berlakunya pada 2001. PT WHP menguasai 12,6 hektar lahan THK Way Halim. Sejak 2001 hingga 2010, seharusnya Taman Hutan Kota Way Halim dikembalikan pengelolaannya ke negara atau dalam hal ini pemerintah kota. Namun yang terjadi justru sebaliknya, PT WHP justru menyerahkan hak pengelolaan THK Way Halim ke pihak swasta lain. Kemudian hal peralihan hak keperdataan, terdapat bukti transaksi sebesar Rp16,5 milyar dari PT HKKB kepada PT WHP tanpa ada campur tangan pemerintah dalam bukti tertulis tersebut.

10 Peran Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung dalam pelaksanaan penataan ruang di Kota Bandar Lampung sangat penting pada perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan tata ruang di Kota Bandar Lampung adalah menyusun rencana umum tata ruang yaitu rencana ruang tata ruang Kota dan menyusun rencana rinci tata ruang yaitu rencana tata ruang strategis Kota. Rencana ini kemudian dituangkan dalam bentuk rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang kemudian akan diatur dalam bentuk peraturan daerah dalam jangka waktu tertentu.peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 10 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah yang meliputi perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial dan mengelola perkembangan pembangunan. Penerapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung dilaksanakan oleh Dinas Tata Kota dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Kota Bandar Lampung yang terlibat langsung dalam hal ini karena kedudukan, tugas dan fungsi kedua lembaga tersebut. Dinas Tata Kota Bandar Lampung berkewajiban menjadi pimpinan untuk melaksanakan penataan ruang di wilayah Kota Bandar Lampung yang meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian. Agar tidak terjadi kesemrawutan tata ruang wilayah, bencana alam, kesalahan kecerobohan, dalam penggunaan ruang yang berorientasi keuntungan pribadi tanpa menghiroukan akibat dari kesalahan penggunaan ruang tersebut. Sedangkan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandar Lampung mempunyai tugas melakukan dan mengkoordinasi kegiatan perencanaan pembangunan tata ruang dan tata guna tanah, serta sumber alam dan

11 lingkungan hidup. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: Implementasi Kebijakan Penyediaan Ruang Terbuka Hijau Di Kota Bandar Lampung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana implementasi kebijakan penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung? C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Implementasi kebijakan penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung D. Kegunaan Penelitian 1. Secara Praktis Sebagai masukan bagi instansi Dinas Tata Kota Bandar Lampung dalam Implementasi kebijakan penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung.

12 2. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat turut mengembangkan teori-teori dalam perkembangan ilmu pemerintahan khususnya yang berhubungan dengan Implementasi kebijakan penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Bandar Lampung.