PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU ROSELLA KERING (Hibiscus sabdariffa) Rita Hayati, Nurhayati, dan Nova Annisa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah eksperimen. Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Kimia Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi

Pengeringan Untuk Pengawetan

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PERBANDINGAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) DENGAN ROSELLA (Hibiscus sabdariffa Linn) DAN JENIS JAMBU BIJI TERHADAP KARAKTERISTIK JUS

Pengaruh Boraks, Asam dan Basa Terhadap Pergeseran Panjang Gelombang Ekstrak Air Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn.)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

METODELOGI PENELITIAN

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. JENIS PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen di bidang teknologi pangan.

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian

BAB 1 PENDAHULUAN. Akan tetapi, perubahan gaya hidup dan pola makan yang tak sehat akan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. diketahui kandungan airnya. Penetapan kadar air dapat dilakukan beberapa cara.

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

MATERI DAN METODE. Materi

METODE PENELITIAN. pembuatan vermikompos yang dilakukan di Kebun Biologi, Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

PENGARUH METODE PENGERINGAN TERHADAP KADAR ANTOSIAN PADA KELOPAK BUNGA ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.)

Pengawetan pangan dengan pengeringan

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

Lampiran 1. Prosedur Analisa Sampel

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BIOKIMIA (Kode : F-07) AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SIRUP ROSELA (Hibiscus sabdariffa) SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU RUANG

PENGARUH PERBEDAAN JENIS DAN KONSENTRASI BAHAN PENGISI TERHADAP KARAKTERISTIK PEWARNA BUAH SENDUDUK

BAB III METODE PENELITIAN. ulangan. Faktor pertama adalah jenis pati bahan edible coating (P) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

OPTIMASI PENGOLAHAN TEH KULIT BUAH NAGA (Hylocereus polyrhizus) OPTIMIZATION OF DRAGON FRUIT (Hylocereus polyrhizus) SKIN TEA PROCESSING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan


PENGARUH PREPARASI BAHAN BAKU ROSELLA DAN WAKTU PEMASAKAN TERHADAP AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SIRUP BUNGA ROSELLA (Hisbiscus sabdariffa L.

BAB III MATERI DAN METODE. super merah dilaksanakan pada bulan Februari - Maret 2017, pengujian overrun,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium kimia D-3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu

Curah Hujan (mm) Intensitas Penyinaran (cal/cm 2 )

Gambar 6. Kerangka penelitian

METODE. Penghancuran kelopak bunga rosella. dilarutkan dalam air 1:4. Ekstraksi dengan perbedaan suhu (50 o C distirer selama dua jam)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode

Volume 5 No. 2 Juni 2017 ISSN: PENGARUH PEMANASAN SARI BUAH JERUK TERHADAP TINGKAT KEHILANGAN VITAMIN C

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI v. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR. ii. DAFTAR TABEL viii. DAFTAR GAMBAR ix. DAFTAR LAMPIRAN xi. 1.1 Latar Belakang Penelitian..

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMALISASI PRODUKSI SEMI-REFINED CARRAGEENAN DARI RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN KADAR AIR BAHAN BAKU

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Bab III Bahan dan Metode

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Daya Larut

BAB III METODE PENELITIAN

Pengaruh Konsentrasi Larutan Gula dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Manisan Kering Ubi Jalar (Ipomoea batatas Lamb)

MATERI DAN METODE. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Sabun Mandi Padat Transparan dengan Penambahan Ekstrak Lidah Buaya (Aloe Vera) BAB III METODOLOGI

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang melibatkan 2 faktor perlakuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

ANALISIS. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih

Transkripsi:

PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU ROSELLA KERING (Hibiscus sabdariffa) Effect of Drying Temperature on Quality of Dried Rosella (Hibiscus sabdariffa) Rita Hayati, Nurhayati, dan Nova Annisa Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh ABSTRACT The objective of the research was to study effects of drying temperatures (sun drying, 50 C, and 60 C) on quality of dried rosella. Moisture content analysis showed that there were not significantly different among all treatments. However, antocianin and vitamin C content were significantly different in all treatments, and the best drying temperature was 50 C. The brightest color of dried rosella was produced by sun drying. However, all treatments were browning due to Millard reaction. Keywords: temperature, drying, dried rosella PENDAHULUAN Rosella yang selama ini dikenal sebagai bunga, sebenarnya adalah kelopak buah. Karena bentuknya seperti bunga terlebih jika telah dikeringkan, maka orang menyebutnya bunga rosella (Anonymous, 2009). Tanaman rosella mempunyai kelopak bunga yang berwarna merah. Kelopak bunga banyak digunakan sebagai bahan pembuatan minuman dan makanan serta sumber pewarna alami. Kelopak bunga rosella selain mempunyai warna yang menarik juga mempunyai rasa yang sangat asam. Antosianin merupakan pigmen alami yang memberi warna merah pada seduhan kelopak bunga rosella dan berkhasiat sebagai antioksidan (Riata, 2010). Lordbroken (2009) menyatakan ada dua cara pengeringan yang bisa dilakukan, yaitu menjemur di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan oven. Namun, yang banyak dilakukan oleh masyarakat adalah pengeringan dengan sinar matahari. Pengeringan dengan sinar matahari sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan membutuhkan waktu yang lama, sekitar 3-5 hari di bawah sinar matahari penuh tanpa diselingi mendung. Namun, bila diselingi mendung atau hujan, proses pengeringan dapat mencapai 7 hari atau lebih (Widyanto dan Nelistya, 2008). Pengeringan mekanis merupakan metode alternatif lain dalam pengeringan kelopak rosella. Dalam menggunakan pengeringan secara mekanis, tinggi-rendahnya suhu harus mendapat perhatian, karena penggunaan suhu yang terlalu rendah atau tinggi dapat menyebabkan kandungan bahan organik yang terdapat dalam rosella menjadi berkurang. Mardiah (2009) menyatakan, salah satu alat pengering 1

mekanis yang bisa digunakan adalah menggunakan oven listrik. Cara pengeringan ini membutuhkan waktu yang relatif cepat tetapi memerlukan biaya yang besar dan penggunaan suhu tidak melebihi 60-70 C. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan cara dan suhu pengeringan yang terbaik terhadap mutu kelopak rosella. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Darussalam Banda Aceh dan Laboratorium Teknologi Pertanian yang dimulai dari bulan Juli sampai bulan Oktober 2010. Alat dan Bahan Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gunting, timbangan, oven, spektofotometer, kamera digital, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, termometer, serta alat tulis menulis. Bahan-bahan yang digunakan adalah kelopak rosella umur 25 Hari Setelah Tanam (HST), larutan NaOH 0,1 N, dan Indikator Phenolphtalein. Uji mutu yang dianalisis adalah Kadar Air (%) Kelopak rosella yang telah dipanen ditimbang terlebih dahulu sebelum dikeringkan, kemudian dikeringkan dengan suhu sesuai perlakuan. Kelopak rosella yang telah kering ditimbang kembali dan dihitung kadar airnya dengan rumus: KA = bb bk x100% bb Dimana: KA : Kadar air (%) bb : Berat basah kelopak rosella bk : Berat kering kelopak rosella Warna Pengujian warna dilakukan dengan menggunakan program Photoshop pada komputer. Prosedur kerjanya adalah dengan meletakkan rosella kering pada selembar kertas putih kemudian difoto dengan menggunakan kamera digital 5 mega pixel dengan jarak 15 cm. Pemotretan dilakukan di luar ruangan dengan cahaya yang terang. foto dimasukkan dalam program photoshop untuk dilihat berapa nilai R,G dan B kemudian dicari nilai X, Y dan Z-nya dengan menggunakan rumus: X = 0,607R + 0,174G + 0,201B Y = 0,299R + 0,587G + 0,114B Z = 0,066G + 1,117B Setelah didapat nilai x, y dan z (dalam %) kemudian dicari nilai L, a dan b dengan rumus: 100Y L = 25 16 100 X Y a = 500 98,071 100 Y Z b = 200 100 118,225 Warna kelopak rosella dapat dilihat pada grafik warna berdasarkan nilai L,a,b. Kandungan Vitamin C Kelopak rosella yang telah kering ditimbang sebanyak 1 g yang kemudian diseduh dengan air panas sebanyak 100 ml. Filtrat sebanyak 20 ml dipipet kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan setelah diberi beberapa tetes indikator phenolphtalein, dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah muda. Kandungan vitamin C dihitung dengan rumus: VxNNaOHxBMNaOH Vitamin C = Beratsampel 2

Dimana: V : Jumlah larutan NaOH (ml) N : Normalitas larutan NaOH BM : Berat Molekul NaOH Kandungan Antosianin Kelopak rosella kering sebanyak 1 g diseduh dengan air panas sebanyak 100ml. setelah dingin larutan dimasukkan ke dalam spektrofotometer dengan panjang gelombang 520nm untuk mengetahui berapa absorbansi larutan rosella, kemudian dimasukkan ke dalam rumus berikut untuk mengetahui total antosianin kelopak rosella (Gusti dan Worlstad, 2001 dalam Tensiska dkk., 2006). Total antosianin = A V xmwxdfx x100% xl Wt Dimana: A = Nilai absorbansi sampel ε = Absorbansi molar (26900 mol/cm) L = Lebar Kuvet (1 cm) MW = Berat Molekul (449,2 g/mol) DF = Faktor pengenceran V = Volume akhir/volume ekstrak pigmen Wt = Berat bahan awal Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial 3x3 dengan 3 ulangan. Apabila hasil uji F menunjukkan pengaruh yang nyata, maka analisis dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% (BNJ 0,05 ), dengan rumus : BNJ 0,05 = q 0,05 (p;dba) KTA r Keterangan : BNJ = beda nyata jujur taraf 5% q 0,05 (p;dba) = nilai q pada taraf 5%, pada jumlah perlakuan p dan derajat bebas acak KTA = kuadrat tengah acak r = jumlah ulangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar air Rata-rata kadar air kelopak rosella akibat perlakuan suhu dan cara pengeringan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar air untuk semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa suhu dan cara pengeringan tidak memberikan hasil yang berbeda terhadap kandungan air pada rosella. Tabel 1. Rata-rata kadar air kelopak rosella berdasarkan perbedaan suhu pengeringan Suhu Pengeringan S 1 = (Sinar Matahari) Kontrol 54,16 S 2 = 50 C 2 x 24 jam 56,95 S 3 = 60 C 2 x 24 jam 54,76 Kadar air sangat tergantung pada berat basah dan berat kering dari kelopak rosella. Maryani dan Kristiana (2005) menyatakan rasio 3

pengeringan rosella umumnya 10:1. Artinya, setiap 10 kg kelopak segar akan menghasilkan 1 kg bahan kering. Lebih lanjut, Ishak (1995) menyatakan bahwa sesudah sebagian air dikeluarkan sewaktu proses pengeringan, pengeluaran air selebihnya adalah lambat dan sukar karena air dari bagian dalam perlu berpindah keluar. Antosianin Rata-rata Antosianin kelopak rosella akibat perlakuan suhu dan cara pengeringan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa antosianin terbanyak dijumpai pada suhu pengeringan 50 C (S 2 ) yang berbeda sangat nyata dengan kontrol (S 1 ) dan suhu 60 C (S 3 ). Tabel 2. Rata-rata antosianin kelopak rosella berdasarkan perbedaan suhu pengeringan Suhu Pengeringan ( C) S 1 = (Sinar Matahari) Kontrol S 2 = 50 C 2 x 24 jam S 3 = 60 C 2 x 24 jam 11,93 a 21,37 c 19,34 b BNJ 0,33 Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (uji BNJ 0,05 ). penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan suhu pengeringan menyebabkan perubahan pada kandungan kimia dan fisik pada kelopak rosella. Suhu pengeringan yang paling tepat adalah 50 C selama 2 x 24 jam. Ini diduga pada suhu tersebut merupakan suhu yang tepat untuk pengeringan kelopak rosella kandungan antosianinnya semakin banyak sehingga kadar antioksidannya juga tinggi. Namun kadar antioksidan dalam kelopak rosella menjadi berkurang jika dikeringkan dengan proses pemanasan (dipanggang dalam oven) (Agrina, 2010). Pawiet (2010) juga menyatakan semakin pekat warna merah pada kelopak bunga rosella, rasanya akan semakin asam dan kandungan antosianin (sebagai anti oksidan) semakin tinggi, tetapi kadar antioksidan tersebut menjadi berkurang bila mengalami proses pemanasan dan pengeringan (dengan oven). Kadar antioksidan tersebut berada pada tingkat tertinggi jika dikonsumsi dalam bentuk segar. Vitamin C Rata-rata vitamin C kelopak rosella akibat perlakuan suhu pengeringan dan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa vitamin C terbanyak dijumpai pada suhu pengeringan 50 C yang berbeda sangat nyata dengan penggunaan suhu sinar matahari dan suhu 60 C. 4

Tabel 3. Rata-rata vitamin C kelopak rosella berdasarkan perbedaan suhu pengeringan Suhu Pengeringan S 1 = (Sinar Matahari) Kontrol S 2 = 50 C 2 x 24 jam S 3 = 60 C 2 x 24 jam 17,33 a 67,44 c 37,55 b BNJ 2,127 Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (uji BNJ 0,05 ). Kelopak rosella yang dikeringkan dengan suhu yang tidak tepat akan mengurangi kandungan nutrisi yang ada pada rosella. Semakin tinggi suhu yang digunakan untuk mengeringkan kelopak rosella maka semakin rendah kadar vitamin C yang terukur dari kelopak rosella. Hal ini menunjukkan semakin tinggi suhu yang digunakan maka semakin banyak vitamin C yang teroksidasi dari kelopak rosella. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurhidayat (2008) yang menyebutkan vitamin C akan mengalami kerusakan apabila bila bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas (Nurhidayat, 2008). Vitamin C merupakan vitamin yang tergolong larut dalam air (Winarno, 1998). Selain larut dalam air, vitamin C juga mudah teroksidasi dan proses itu dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim oksidator serta katalis tembaga dan besi. Warna Rata-rata warna kelopak rosella akibat perlakuan suhu pengeringan dan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara ke tiga perlakuan untuk warna. Tabel 4. Rata-rata warna kelopak rosella berdasarkan perbedaan suhu pengeringan Suhu Pengeringan S 1 = Sinar matahari (Kontrol) 17,97 S 2 = 50 0 C 2 x 24 jam 17,95 S 3 = 60 0 2 x 24 jam 17,56 Menurut Mardiah (2009) perlakuan pemanasan akan menimbulkan perubahan terhadap tekstur (kekentalan), warna, cita rasa, dan nilai gizi. Pelunakan tekstur dan kehilangan jaringan/sel dapat terjadi sebagai akibat perusakan oleh pemanasan sehingga zat-zat kimia bahan akan bereaksi dan menimbulkan perubahan warna, flavor dan nilai gizi. 5

Dalam penelitian ini, rosella yang dikeringkan dengan sinar matahari (kontrol), suhu 50 0 C dan suhu 60 0 C mengalami perubahan warna (pencoklatan) yang disebabkan oleh reaksi Maillard atau reaksi enzim. Reaksi Maillard adalah penyebab utama pencoklatan yang terbentuk sewaktu pemanasan atau makanan yang disimpan lama. Reaksi Maillard terjadi karena gula (sukrosa) dan asam amino dalam rosella maupun komponen karbonil dari lemak teroksidasi sehingga terjadinya pencoklatan (Yilmas dan Toledo, 2005; Martinez et al., 2005). Gambar 1. Kelopak rosella kering dengan sinar matahari Gambar 2. Kelopak rosella kering suhu 50 C Gambar 3. Kelopak rosella kering suhu 60 C 6

SIMPULAN Analisis kadar air menunjukkan tidak ada perbedaan yang nyata di antara semua perlakuan. Kandungan antosianin dan vitamin C menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada semua perlakuan, dan suhu pengeringan yang terbaik untuk pengeringan rosella kering adalah pada suhu 50 C. Dalam penelitian ini rosella yang dikeringkan pada sinar matahari (kontrol), suhu 50 0 C dan suhu 60 C mengalami perubahan warna (pencoklatan) yang disebabkan oleh reaksi Maillard atau reaksi enzim. DAFTAR PUSTAKA Agrina. 2009. Rosella. http://www.agrina online.com. [08 November 2009)]. Anonymous. 2009. Teknik Budidaya Rosella. http://ayobertani.wordpress.com. [20 April 2009]. Lordbroken. 2009. Rosella. http://lordbroken.wordpress.com. [25 Desember 2009]. Mardiah, Rahayu, P, Ashadi, W. R, dan Sawarni. 2009. Budidaya dan Pengolahan Rosella. Agromedia Pustaka. Jakarta. Martinez, M.T.S., Thomas, S., Linard, B., Binct, A. & Guerard, F. 2005. Effect of Maillard reaction condition on browning and antiradical activity of sugar stomach hyrolysate model system. Journal Food Research International 38: 1045-1050. Maryani, H dan Kristiana Lusi. 2005. Khasiat dan Manfaat Rosella. Agromedia Pustaka. Jakarta. Nur Hidayat. 2008. Pengaruh lama pemanasan terhadap kandungan vitamin C daun singkong. http://nur_hidayat.com. [10 Februari 2008]. Riata dan Rita. 2010. Hibiscus sabdariffa L. http://ritariata.blogspot.com. [23 Maret 2010]. Widyanto, P. S dan Nelistya, A. 2008. Rosella Aneka Olahan, Khasiat dan Ramuan. Penebar Swadaya. Jakarta. Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Yilmas, Y. & Toledo, R. 2005. Antioxidant activity of water soluble Maillard reaction products. Journal Food Chemistry 93:273-278. 7