BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan alasan penggunaan judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan indikasi kelangsungan usaha (going concern) perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. mengaudit laporan keuangan yang di butuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mereka kepada pihak-pihak yang membutuhkan. SFAC No 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. raksasa di Amerika Serikat pada tahun 2001 yaitu kasus Enron Corporation

BAB I. Pendahuluan. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam. perusahaan, investor, kreditur, pemerintah, dan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (Susan dan Trisnawati, 2011). Di dalam. mendapatkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

BAB I PENDAHULUAN. kinerja perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tujuan dari laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen kepada pemakai kepentingan laporan keuangan itu sendiri, baik

BAB I PENDAHULUAN. Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. manajemen kepada stakeholder terutama terhadap pemilik perusahaan. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham yang berisi tentang informasi akuntansi yang dapat digunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan perusahaan adalah salah satu sarana

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang digunakan oleh beberapa pihak untuk mengambil keputusan,

keuangan suatu perusahaan akan meningkat jika diaudit oleh pihak ketiga yang independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP). Dengan demikian, para

BAB I PENDAHULUAN. suatu pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor independen (Nabila, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Makin banyaknya jumlah perusahaan yang go public menyebabkan arus

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan laporan yang diharapkan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pribadi, sementara pihak ketiga, yaitu pihak eksternal selaku pemakai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan faktor-faktor mengenai perusahaan dan sebagai dasar

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. kinerja sebuah perusahaan. Penyampaian laporan keuangan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. mengkomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak internal dan

BAB I PENDAHULUAN. Modal (BAPEPAM). Dengan semakin banyaknya perusahaan go public, pemakainya (Susan dan Trisnawati, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perusahaan publik adalah perseroan terbatas seperti yang dimaksud

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. suatu keharusan bagi sebuah perusahaan, utamanya perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan sasaran utama bagi seorang auditor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kantor akuntan publik merupakan kantor tempat akuntan menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipercaya dan tidak menyesatkan sehingga kebutuhan masing-masing pihak

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan aktivitas perusahaan yang dilakukan serta kebijakan-kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan dan posisi keuangan perusahaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. disajikan oleh pihak manajemen perusahaan. Manajemen (dalam teori. keagenan disebut agen) dan pemegang saham (dalam teori keagenan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kebutuhan akan jasa akuntan publik disebabkan oleh keinginan

PENDAHULUAN. Dengan dibentuknya ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun karena AEC mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan ini sangat berpotensi dipengaruhi kepentingan pribadi, sedangkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang telah listing di Bursa

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada umumnya perkembangan perusahaan publik berpengaruh terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dana dari pihak eksternal, dipihak lain pihak eksternal ingin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus bangkrutnya perusahaan pertelevisian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak agen, yaitu manajemen sebagai pengelola perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan meyakini isi dan makna suatu statemen keuangan secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengambilan keputusan baik pihak internal. eksternal (Jensen dan Meckling, 1976) dalam (Arsih dan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan usaha atau disebut going concern. Dalam menyusun laporan

BAB I PENDAHULUAAN UKDW. sistem keuangan semua negara di dunia tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan investor sebagai pengguna laporan keuangan dan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik merupakan. memihak, perusahaan menggunakan jasa akuntan publik.

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut kepada pihak yang berkepentingan. Pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. dianggap memberikan informasi yang salah. (going concern). Auditor perlu memberikan suatu pernyataan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. yang akan berguna tidak saja bagi dunia bisnis, tetapi juga masyarakat luas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata kunci: financial distress, opini audit, pertumbuhan perusahaan, auditor switching.

BAB I PENDAHULUAN. masalah keuangan (financial distress) yang dihadapi suatu perusahaan. Financial

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modal pada perusahaan tersebut. Untuk memperoleh modal dari

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. investor, kreditor dan pemerintah untuk menilai kinerja dan melihat kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya operasi usaha menyebabkan semakin banyak pihak-pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong terciptanya alokasi dana yang efisien. Pasar modal di Indonesia

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan go public bertanggung jawab untuk menerbitkan laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan tahunan ini sebagai bentuk pertanggung-jawaban perusahaan kepada pengguna pihak eksternal dan masyarakat atas kinerja perusahaan selama satu periode, yaitu satu tahun. Laporan keuangan tahunan merupakan laporan yang digunakan oleh para pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan, baik kelanjutan pemberian kredit maupun investasi, khususnya bagi perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Laporan keuangan tahunan harus disajikan dengan benar oleh pihak manajemen karena menggambarkan kinerja dan prestasi perusahaan. Oleh karena banyaknya pengguna laporan keuangan tersebut, maka informasi yang disajikan di dalam laporan keuangan harus bersifat wajar, dapat dipercaya, dan tidak menyesatkan pengguna sehingga kebutuhan setiap pihak yang berkepentingan dapat terpenuhi. Untuk membuktikan kewajaran suatu laporan keuangan, dibutuhkan pihak ketiga yang bersikap independen, yaitu auditor eksternal. Auditor eksternal harus memberikan kepercayaan yang memadai kepada para pemangku kepentingan dan pengguna eksternal laporan keuangan tentang kewajaran laporan keuangan yang diaudit. Pengauditan laporan keuangan oleh auditor bertujuan untuk meningkatkan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan oleh manajemen. Hasil dari audit oleh auditor 1

2 eksternal berupa opini audit yang menyatakan keandalan laporan keuangan. Selain memberikan opini audit yang berkualitas, auditor juga dituntut untuk mampu menjaga independensinya. Independensi merupakan sikap mental yang bebas dari pengaruh dan tekanan pihak lain, jujur serta mempertimbangkan fakta sesuai kenyataan. Menurut Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2011a:74), independensi merupakan salah satu karakteristik terpenting bagi auditor dan merupakan dasar dari prinsip integritas dan objektivitas. Elder dkk (2011a:74) menyatakan bahwa auditor tidak hanya diharuskan untuk menjaga sikap mental independen dalam menjalankan tanggung jawabnya, namun juga penting bagi para pengguna laporan keuangan untuk memiliki kepercayaan terhadap independensi auditor. Sejak terungkapnya kasus audit Enron dan Worldcom, independensi auditor mulai dipertanyakan sehingga banyak negara mulai melakukan perbaikan pengawasan terhadap auditor dengan melakukan pergantian auditor secara wajib untuk mencegah dan membatasi kedekatan auditor dengan klien yang dapat mengganggu independensi dalam mengaudit. Di Indonesia, pergantian auditor secara wajib (mandatory) telah diatur melalui Keputusan Menteri Keuangan No.359/KMK.06/2003 yang membahas tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan suatu entitas yang dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) atau auditor. Untuk KAP, paling lama lima tahun buku berturut-turut, sedangkan untuk auditor, paling lama tiga tahun buku berturut-turut. Peraturan ini kemudian disempurnakan dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 17/PMK.01/2008 tentang pembatasan masa pemberian jasa

3 audit. Untuk KAP, paling lama enam tahun buku berturut-turut, sedangkan untuk auditor, paling lama tiga tahun buku berturut-turut. Salah satu faktor pemicu terjadinya pergantian auditor adalah opini audit. Terdapat 5 (lima) jenis opini audit dan dalam penelitian ini akan membahas mengenai opini modifikasi going concern. Opini modifikasi going concern dinyatakan auditor saat menemukan keraguan akan kemampuan klien untuk memiliki kelangsungan usaha. Opini going concern merupakan hal yang penting untuk diketahui dan diungkapkan agar perusahaan dapat mengambil tindakan selanjutnya. Pemberian opini audit going concern adalah hal yang tidak diharapkan oleh perusahaan karena dapat berdampak pada kemunduran harga saham, kesulitan dalam meningkatkan modal pinjaman, ketidakpercayaan investor, kreditor, pelanggan dan karyawan terhadap manajemen perusahaan (Wahyuningsih dan Suryanawa, 2012; dalam Merawati dkk, 2013). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Hudaib dan Cooke (2005, dalam Merawati dkk, 2013) menyatakan bahwa klien yang diaudit (auditee) memiliki kecenderungan untuk mengganti auditornya karena tidak memperoleh opini yang sesuai dengan harapan perusahaan, yaitu opini wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion). Hasil temuan ini konsisten dengan penelitian oleh Lennox (2000, dalam Nazri dkk, 2012) dan Suryandari (2012, dalam Merawati dkk, 2013), namun bertentangan dengan penelitian Kawijaya dan Juniarti (2002, dalam Merawati dkk, 2013), Mardiyah (2002, dalam Merawati dkk, 2013), Damayanti dan Sudarma (2008), Sinarwati (2009, dalam Merawati dkk, 2013), Esfandari (2011, dalam Merawati dkk, 2013), dan Merawati (2013, dalam Adhiputra, 2015) yang menyatakan bahwa opini audit going concern berpengaruh

4 negatif pada pergantian auditor. Adanya inkonsistensi dari penelitianpenelitian terdahulu menyebabkan topik ini masih menarik untuk diteliti lebih lanjut. Dalam sebuah perusahaan, pergantian manajemen juga dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebijakan dalam tata kelola perusahaan, bidang akuntansi dan keuangan, dalam memilih KAP. Pergantian manajemen dapat diikuti oleh pergantian KAP karena KAP dituntut untuk mengikuti kehendak manajemen, contohnya kebijakan akuntansi yang dipakai oleh manajemen. Penelitian oleh Hudaib and Cooke (2005, dalam Merawati dkk, 2013), dan Sinarwati (2010) menyatakan bahwa pergantian manajemen berpengaruh pada pergantian auditor. Akan tetapi, Damayanti dan Sudarma (2008), dan Suparlan dan Andayani (2010), menemukan bahwa pergantian manajemen tidak berpengaruh pada pergantian auditor. Penelitian ini juga menggunakan karakteristik komite audit sebagai variabel pemoderasi yang mungkin dapat mempengaruhi hubungan langsung variabel opini audit going concern dengan pergantian auditor (Merawati, Badera dan Suardikha, 2013; Sukrapratiwi dan Latrini, 2015). Merawati dkk (2013) menyatakan bahwa terdapat empat karakteristik komite audit yang dapat mendorong untuk menghalangi upaya manajemen untuk mengganti auditor yang memberikan opini audit going concern. Karakteristik komite audit tersebut terdiri dari anggota yang independen, memiliki keahlian akuntansi dan keuangan, keahlian dan pengalaman tata kelola perusahaan serta mengadakan pertemuan secara rutin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Merawati dkk (2013) menggunakan keempat proksi karakteristik komite audit, hasil yang

5 signifikan terhadap pergantian auditor adalah proxy independensi dan keahlian keuangan dan akuntansi komite audit. Oleh karena itu, penelitian ini hanya meneliti dua karakteristik komite audit saja, yaitu independensi dan keahlian keuangan dan akuntansi komite audit. Auditor akan menerbitkan opini audit going concern apabila auditor tersebut meragukan kelangsungan usaha perusahaan. Dengan adanya penerbitan opini audit going concern tersebut, justru menjadi ketakutan bagi perusahaan karena dapat berdampak besar bagi keputusan kreditor dan investornya. Oleh karena itu, ketika perusahaan memperoleh opini audit going concern, perusahaan akan cenderung mengganti auditornya dengan auditor yang baru. Komite audit dapat berperan sebagai penengah dalam mengatasi masalah ini. Komite audit yang independen akan meneliti dan bersikap skeptis terhadap opini yang telah diterbitkan bagi perusahaan. Komite audit yang independen akan mencari tahu penyebab penerbitan opini audit tersebut, bagian mana dari perusahaan yang sedang bermasalah dan bagaimana jalan keluarnya. Tentu saja hal ini tidak dapat dilaksanakan dengan baik jika komite audit tidak memiliki keahlian akuntansi dan keuangan yang baik. Komite audit yang memiliki keahlian akuntansi dan keuangan yang baik, akan lebih mudah mendeteksi kejanggalan dalam perusahaan dan mencari solusi yang tepat sehingga bila terjadi penerbitan opini audit going concern oleh auditor, perusahaan tidak mengganti auditornya. Karakteristik komite audit seperti itulah yang dapat mencegah terjadinya pergantian auditor akibat penerbitan opini audit going concern. Setiap perusahaan pasti pernah melakukan pergantian manajemen karena berbagai alasan, entah karena sudah usia pensiun, mengundurkan

6 diri, atau bahkan dikeluarkan dari perusahan karena alasan yang kurang baik. Dengan adanya pergantian manajemen yang baru, seluruh kebijakan akuntansi dan pelaporan perusahaan akan mengikuti gaya manajemen tersebut. Ketika auditor lama tidak dapat memenuhi kebutuhan manajemen seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka manajemen akan cenderung mengganti auditornya dengan auditor baru yang dianggap dapat bekerjasama. Oleh karena itu, dengan memiliki anggota komite audit yang independen serta memiliki keahlian akuntansi dan keuangan yang baik, mampu mengoptimalkan pengawasan dan memberikan kritik terkait kebijakan manajemen sehingga komite audit mampu mengurangi kemungkinan pergantian auditor atas cara kerja auditor yang tidak sesuai dengan harapan manajemen. Dalam penelitian Sukrapratiwi dan Latrini (2015) menyatakan apabila tingkat pendidikan komite audit tinggi maka luas pengetahuan yang dimiliki komite audit dapat memberikan solusi yang lebih baik dalam menyelesaikan permasalahan. Apabila komite audit memiliki independensi, maka akan lebih efektif komite audit tersebut dan bersikap skeptis dalam mengawasi manajemen baru sehingga manajemen tidak berusaha mengoptimalkan kepentingannya sendiri. Karakteristik komite audit seperti itulah yang dibutuhkan perusahaan agar dapat mencegah pergantian auditor yang dilakukan oleh manajemen baru. Komite audit dibentuk oleh Dewan Komisaris untuk membantu komisaris dalam melaksanakan tugasnya secara independen. Tugas dan tanggung jawab komite audit adalah melakukan pengawasan terhadap pelaporan keuangan perusahaan yang berkaitan dengan transparasi. Oleh karena itu, komite audit harus memastikan keandalan laporan keuangan perusahaan yang telah dibuat oleh pihak manajemen dan tidak ada

7 hubungan istimewa antara auditor dan manajemen perusahaan. Perusahaan go public harus memiliki komite audit yang memiliki karakteristik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya untuk membuktikan bahwa manajemen perusahaan lebih transparan dan akuntabel. Hasil studi mengenai penerbitan opini audit going concern dan pergantian auditor yang dilakukan oleh Carcello dan Neal (2000 dan 2003, dalam Merawati dkk, 2013) menyatakan bahwa pergantian auditor setelah penerbitan opini audit going concern diakibatkan oleh adanya keyakinan manajemen untuk mencari auditor yang lebih fleksibel dengan kepentingan manajemen sehingga mengganti auditor sebelumnya. Peran dan karakteristik komite audit dalam situasi tersebut dipercaya dapat menghalangi usaha manajemen dalam melakukan pergantian auditor. Keberhasilan komite audit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dipengaruhi oleh berbagai keragaman sumber daya anggota komite audit yang dapat dilihat dari berbagai aspek seperti latar belakang pendidikan, pengetahuan, keahlian dan pengalaman serta aktivitas yang dilakukan oleh anggota komite audit itu sendiri (Rustiarini, 2012). Berdasarkan pada penelitian-penelitian yang sebelumnya, penelitian ini termotivasi untuk meneliti apakah penerbitan opini audit going concern dan pergantian manajemen berpengaruh terhadap pergantian auditor dan apakah karakteristik komite audit (independensi dan keahlian keuangan dan akuntansi) dapat memoderasi pengaruh penerbitan opini audit going concern dan pergantian manajemen terhadap pergantian auditor pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013-2015. Perusahaan manufaktur dipilih sebagai obyek penelitian karena merupakan sektor perusahaan yang

8 memiliki jumlah terbesar di Indonesia, sehingga tersedia sampel perusahaan yang cukup banyak dan tingkat kerentanan terhadap kelangsungan usahanya cukup tinggi. Berdasarkan Surat Ketua Edaran Bapepam Nomor SE-02/PM/2002, perusahaan manufaktur memiliki risiko industri yang paling banyak diantara jenis industri lainnya atas operasional yang dilakukan. Risiko operasional yang tinggi dapat memengaruhi opini yang diterbitkan oleh auditor selama penugasan audit. Selain itu, penelitian ini dimotivasi oleh belum banyaknya penelitian di Indonesia tentang pengaruh penerbitan opini audit going concern dan pergantian manajemen terhadap pergantian auditor hingga tahun 2015 dengan variabel karakteristik komite audit sebagai variabel pemoderasi. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah penerbitan opini audit going concern berpengaruh terhadap pergantian auditor? 2. Apakah pergantian manajemen berpengaruh terhadap pergantian auditor? 3. Apakah karakteristik komite audit (independensi dan keahlian keuangan dan akuntansi) dapat memoderasi pengaruh penerbitan opini audit going concern terhadap pergantian auditor? 4. Apakah karakteristik komite audit (independensi dan keahlian keuangan dan akuntansi) dapat memoderasi pengaruh pergantian manajemen terhadap pergantian auditor?

9 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh penerbitan opini audit going concern terhadap pergantian auditor. 2. Untuk membuktikan secara empiris pengaruh pergantian manajemen terhadap pergantian auditor. 3. Untuk membuktikan secara empiris bahwa karakteristik komite audit (independensi dan keahlian keuangan dan akuntansi) mampu memoderasi pengaruh penerbitan opini audit going concern terhadap pergantian auditor. 4. Untuk membuktikan secara empiris bahwa karakteristik komite audit (independensi dan keahlian keuangan dan akuntansi) mampu memoderasi pengaruh pergantian manajemen terhadap pergantian auditor. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang pengaruh penerbitan opini audit going concern dan pergantian manajemen terhadap pergantian auditor dimoderasi oleh karakteristik komite audit (independensi dan keahlian keuangan dan akuntansi). Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menambah referensi penelitian selanjutnya terutama mengenai pengaruh penerbitan opini audit going concern dan pergantian manajemen terhadap pergantian auditor dimoderasi oleh karakteristik komite audit.

10 1.4.2. Manfaat Praktis a. Bagi Auditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi auditor untuk mengetahui apakah penerbitan opini audit going concern dapat menyebabkan pergantian auditor. b. Bagi Komite Audit Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi komite audit perusahaan terkait karakteristik komite audit apa saja yang dapat mencegah terjadinya pergantian auditor bila auditor memberikan opini audit going concern dan saat terjadi pergantian manajemen dalam perusahaan. c. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi investor terkait pengambilan keputusan berinvestasi dalam suatu perusahaan. Apabila perusahaan memperoleh opini audit going concern dan langsung melakukan pergantian auditor, maka posisi keuangan perusahaan tersebut sedang kurang baik sehingga kurang tepat bila berinvestasi di perusahaan tersebut. d. Bagi Kreditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kreditor terkait pengambilan keputusan memberikan kredit pada suatu perusahaan. Apabila perusahaan melakukan pergantian manajemen kemudian memperoleh opini audit going concern dan

11 langsung melakukan pergantian auditor, maka posisi keuangan perusahaan tersebut sedang kurang baik dan manajemen kurang mampu mengelola dana perusahaan dengan baik sehingga perlu dipertimbangkan lebih lanjut keputusan pemberian kredit pada perusahaan tersebut. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini disusun sebagai berikut: BAB 1: PENDAHULUAN Bab 1 berisi tentang seluruh pokok permasalahan dan obyek yang akan dibahas pada penelitian ini. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 berisi tentang teori-teori dan penelitian terdahulu yang mendukung terbentuknya perumusan hipotesis dalam penelitian ini. Bab ini terdiri dari penelitian terdahulu, landasan teori, pengembangan hipotesis, dan model penelitian. BAB 3: METODE PENELITIAN Bab 3 berisi tentang penjelasan mengenai desain dari penelitian ini, variabel dan sampel yang digunakan, serta langkah-langkah dalam proses pengolahan data. Bab ini terdiri dari desain penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, dan pengukuran variabel, jenis dan sumber data, alat dan metode pengumpulan data, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, serta teknik analisis data.

12 BAB 4: ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab 4 berisi tentang pembahasan mengenai hasil penelitian dan hasil pengolahan data yang telah dilakukan oleh penulis. Bab ini terdiri dari karakteristik objek penelitian/deskripsi data, analisis data dan pembahasan. BAB 5: SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN Bab 5 berisi tentang kesimpulan, keterbatasan, dan saran dari hasil penelitian secara keseluruhan yang telah dilakukan oleh penulis. Bab ini terdiri dari kesimpulan, keterbatasan, dan saran yang ditujukan untuk penelitian selanjutnya.