BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. bersifat membentuk atau merupakan suatu efek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom dalam Winkel

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini akan diuraikan hasil-hasil penelitian pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Terdapat Pengaruh Pendekatan CTL Terhadap Hasil Belajar. Setelah analisis data penelitian selesai, langkah selanjutnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa SD khususnya. bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DAN TEORI BANDURA. A. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Belajar bukan sekedar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning. suatu pendekatan metode dan teknik pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran dalam Satyasa (2007:3) diartikan sebagai semua benda

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. tujuan tertentu yang sebelumnya tidak ada aktivitas ke arah tujuan.

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

YUNICA ANGGRAENI A

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

PENERAPAN KONSEP DASAR CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING(CTL) DALAM PEMBELAJARAN FRANÇAIS DU TROURISME

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENGUASAAN KONSEP-KONSEP FISIKA. M. Gade ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rasa puas ini (atau lebih tepat barangkali. membangkitkan rasa ingin tahu lebih lanjut yang memerlukan pemuas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. alam dan kegiatan ekonomi, menuntut guru agar dapat menciptakan pembelajaran

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

BAB I. kedewasaan. Purwanto (2007: 10) menyatakan pendidikan ialah pimpinan yang

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan,

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

ARTIKEL disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana. oleh Nuraini Wulandari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

BAB II PEMBELAJARAN CONTEXTUAL, PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA, MATERI MENYELESAIKAN MASALAH BERKAITAN DENGAN PECAHAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

PROSIDING SINDHAR Vol: 1 - ISSN: Penerbit: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bosowa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL KOMPONEN QUESTIONING DAN LEARNING COMMUNITY UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II KAJIAN TEORI. dalam konteks pembelajaran di kelas menyatakan bahwa Partisipasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kontekstual a. Pengertian Kontekstual CTL bukanlah singkatan dari Catat Tinggal Lungo (bahasa Jawa) atau mencatat ditinggal pergi. Artinya seorang guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk mencatat pelajaran dikelas kemudian ditinggal pergi begitu saja. Inilah postret pembelajaran pasif yang tidak perlu dicontoh. Belajar dalam konteks CTL bukan hanya sekedar mencatat, tetapi belajar proses mengalami secara langsung. Melalui proses mengalami seperti itu diharapkan perkembangan siswa terjadi secara utuh, yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan juga psikomotorik (Arifin dan Setiawan, 2012: 36-37). Kontekstual adalah suatu konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi,dkk, 2004: 12). Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching Learning yang biasa disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari (Isriani dan Puspitasari, 2012: 62-63). Pada pembelajaran kontekstual tugas guru memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Menutut Mulyasa (dalam Isriani dan Puspitasari, 2012:64) mengemukakan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu sebagai berikut: 1) pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang 5

6 sudah dimiliki oleh peserta didik, 2) pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus), 3) pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep semester; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan orang lain; (c) merevisi dan mengembangkan konsep, 4) pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktikan secara langsung apa-apa yang dipelajari, dan 5) adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari. Pada pembelajaran dan pengajaran kontekstual sebagian besar tugas guru adalah menyediakan konteks. Semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran akademis mereka dengan konteks ini, semakin banyak makna yang akan mereka dapatkan dari pelajaran tersebut. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual juga melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dalam mengaitkan keduanya, para siswa melihat makna didalam tugas sekolah. Penemuan makna adalah ciri utama dari CTL (Johnson, 2008:35). Menurut Hermana (2010: 62-69) Pendekatan kontekstual mempunyai tujuh asas utama yaitu: 1) konstruktivime, 2) menemukan (inquiry), 3) bertanya (questioning), 4) masyarakat belajar (learning community), 5) pemodelan (modelling), 6) refleksi (reflection), dan 7) penilaian yang sebenarnya (authentic assesment). Pertama yaitu konstruktivisme, konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Asas kedua yaitu menemukan (inquiry) yang artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Ketiga yaitu bertanya (questioning), belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dipandang sebagai refleksi keingintahuan setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Asas selanjutnya yaitu masyarakat belajar (learning community), konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil

7 pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Bentuk kerjasama dapat dilakukan melalui hasil sharing dengan orang lain. Saling memberi tahu dan berbagi pengalaman. Asas kelima adalah pemodelan (modelling), yang dimaksud dengan asas modeling adalah proses pembelajaran yang memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh siswa. Asas keenam adalah refleksi (reflection), yaitu cara fikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Asas terakhir adalah penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. b. Karakteristik Pendekatan Kontekstual (CTL) Menurut Muslich (2008:42) Pendekatan kontekstual mempunyai karakteristik yaitu: 1) Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks authentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (learning in real life setting), 2) pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning), 3) pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (learning be doing), 4) pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling mengoreksi antarteman (learning in a group), 5) pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptaka rasa kebersamaan, bekerjasama, dan saling memahami antara satu denga yang lain secara mendalam (learning to know each other deeply), 6) pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan kerjasama (learning to ask, to inquiry, to work together), dan 7) pembelajaran dilakukan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an enjoy activity). c. Langkah-langkah Pembelajaran Kontekstual Langkah-langkah penerapan Pendekatan kontekstual berpedoman pada prinsip dan pembelajarannya. Menurut Sutardi

8 dan Sudirjo (2007: 106), pembelajaran kontekstual meliputi: Pertama, Siswa didorong agar menemukan pengetahuan awal tentang konsep yang dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan yang problematik tentang kehidupan sehari-hari. Kedua, Eksplorasi yaitu siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterpretasian data dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang oleh guru. Ketiga, Penjelasan dan solusi, siswa menyampaikan pendapat, membuat model, dan membuat rangkuman serta ringkasan hasil pekerjaan dengan bimbingan guru. Keempat, Pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan menggunakan pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan, mengajukan sarana baik secara individu maupun secara kelompok yang berhubungan dengan pemecahan masalah. d. Kelebihan Pendekatan Kontekstual Pendekatan kontekstual memiliki kelebihan yaitu: 1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah dilupakan. 2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui mengalami bukan menghafal. 2. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang

direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran (Sanjaya, 2009:13). Abdurrahman (2003:37) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah mereka melalui kegiatan pembelajaran. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar juga dapat menyentuh perubahan pada aspek afektif, termasuk perubahan aspek emosional. Perubahan-perubahan pada aspek ini umumnya tidak mudah dilihat dalam waktu yang singkat, akan tetapi seringkali dalam kurun waktu yang relatif lama (Aunurrhman, 2011: 37). Sudjana (2010:22) menyatakan bahwa hasil belajar pada hakikatnya adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Bloom (dalam Sudjana, 2010) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni: gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan preseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, serta gerakan ekspresif dan interpretatif. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Kingsley (dalam Sudjana, 2010:22) membagi 3 macam hasil belajar, yaitu (1) keterampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Sedangkan Gagne 9

10 membagi lima kategori hasil belajar yakni informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Apabila semakin tinggi proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semkin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 2010:3). Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar (Dimyanti, 2006). Dilihat dari sisi guru, tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya puncak proses belajar. Salah satu upaya mengukur hasil belajar siswa dilihat dari hasil belajar siswa itu sendiri. Bukti dari usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar dan proses belajar adalah hasil belajar yang biasa diukur melalui tes atau ulangan harian setelah berakhirnya kegiatan pembelajaran, dalam hal ini yang diukur adalah pada ranah kognitif siswa. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa merupakan suatu kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar yang ditunjukkan melalui penguasaan pengetahuan, keterampilan, atau tingkah laku. Hasil belajar juga dapat dilihat dari hasil ulangan harian. Pada penelitian ini yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah hasil tes ulangan yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai. Nilai hasil tes ulangan termasuk dalam ranah kognitif. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Slameto (2003) mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang di sebut faktor individu (intern) dan faktor yang ada pada luar individu yang di sebut dengan faktor ekstern. Faktor individu atau intern meliputi: faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor kelelahan. Faktor biologis antara lain: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor biologis terganggu maka akan mempengaruhi hasil

11 belajar. Faktor psikologis meliputi: intelegensi, minat dan motivasi, serta perhatian ingatan berpikir. Faktor kelelahan meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan haus serta mengantuk. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu akan hilang. Faktor ekstern meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama. Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan berdisiplin di sekolah. Faktor masyarakat yaitu bentuk kehidupan masyarakat sekitar yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan terdorong untuk lebih giat belajar. Hal yang sama diungkapkan oleh Sudjana (2008) bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari lingkungan dan faktor yang datang dari diri siswa. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemempuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Disamping kemampuan yang dimiliki, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, faktor fisik dan psikis. Hasil belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan Artinya, selain faktor dari diri siswa sendiri, masih ada faktor-faktor di luar dirinya yang dapat menentukan atau mempengaruhi hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah ialah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran juga dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variabel karakteristik kelas antara lain: ukuran kelas, suasana belajar, serta fasilitas dan sumber belajar yang tersedia (Clark, dalam Sudjana, 2008:40).

12 Demikian pula dengan Carrol (dalam Sudjana, 2008:41) berpendapat bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh lima faktor, yakni (a) bakat pelajar, (b) waktu yang tersedia untuk belajar, (c) waktu yang diperlukan siswa untuk menjelaskan pelajaran, (d) kualitas pengajaran,dan (e) kemampuan individu. Empat faktor yang disebut di atas (a,b,c,e) berkenaan dengan kemampuan individu dan faktor (d) adalah faktor diluar individu (lingkungan). B. Hasil Penelitian Relevan 1. Penelitian Saputra (2011) yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Contextual Teaching And Learning (CTL) dan Kemampuan Membaca Pemahaman Terhadap Hasil Belajar Matematika Soal Cerita Siswa Kelas V SD Kecamatan Wonogiri Tahun Pelajaran 2011/2012 hasil penelitiannya yaitu ada pengaruh antara model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran. Hasil belajar matematika dengan menerapkan model pembelajaran CTL lebih baik daripada model pembelajaran konvensional dan ada pengaruh yang signifikan antara tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa terhadap hasil belajar matematika siswa. 2. Penelitian Puspadiningrum (2007) yang berjudul Pengaruh pembelajaran matematika menggunakan pendekatan kontekstual terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari persepsi siswa tentang mata pelajaran matematika SMP Negeri 20 Surakarta kelas VIII semester 1 tahun pelajaran 2006/2007 hasil penelitiannya menyatakan bahwa (1) Terdapat pengaruh penggunaan pendekatan pembelajaran kontekstual terhadap prestasi belajar matematika siswa, baik secara umum maupun ditinjau dari masing-masing katagori persepsi siswa tentang mata pelajaran matematika. (Pada taraf signifikansi 5 %, Fobs = 7,9964 > 3,9867 = Ftabel dan rata rata baris a1 = 4,8684 > 4,0658 = a2; (2) Terdapat pengaruh persepsi siswa tentang mata pelajaran matematika terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel, baik secara umum maupun ditinjau dari pendekatan pembelajaran yang digunakan,(3) Tidak ada interaksi antara penggunaan pendekatan pembelajaran dengan persepsi siswa tentang mata pelajaran

13 matematika terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan sistem persamaan linier dua variabel. 3. Penelitian Darhim (2010) yang berjudul Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal hasil penelitiannya menyatakan bahwa ditinjau dari keseluruhan dan klasifikasi atau kelompok sekolah (baik dan sedang), siswa yang belajarnya dengan PMK dan PMB mencapai kualitas hasil belajar yang tidak berbeda dan tergolong dalam klasifikasi cukup. 4. Penelitian Mulyasari dkk (2012) yang berjudul Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kontekstual terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa ditinjau dari Kemampuan Awal Siswa diproleh hasil tidak terdapat perbedaan hasil belajar antara pemelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan awal siswa. Penelitian ini dilakukan di SMPN 20 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2011/2012. C. Kerangka Berpikir Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di semua jenjang pendidikan. Matematika merupakan ilmu yang pasti yang membutuhkan pemahaman yang kuat serta ketelitian dalam mempelajarinya. Peran guru sebagai fasilitator dan motivator sangat berpengaruh terhadap untuk mendorong siswa agar tertarik untuk belajar matematika. Guru harus merancang pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas. Penelitian ini dilakukan kareana adanya masalah yaitu kesulitan belajar dari beberapa siswa dalam pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dari nilai matematika siswa kelas IV SD Negeri 02 Salatiga yang masih dibawah KKM yaitu 23 dari 43 siswa nilai matematika dibawah KKM. Proses pembelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan pembelajaran konvensional dan kurang memperdalam konsep-konsep dari suatu materi yang diajarkan. Hal tersebut membuat siswa kurang memahami pelajaran. Siswa menjadi kurang fokus dalam mengikuti proses pembelajaran dan asyik dengan kegiatannya sendiri. Kondisi seperti itu berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar siswa dalam proses belajar, sehingga diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pada siswa yaitu pendekatan kontektual atau Contekstual Teaching and Learning (CTL). Pedekatan kontekstual

14 merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual diharapkan hasil belajar matematika menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka pikir dapat diilustrasikan pada diagram berikut ini: Pendekatan Kontekstual (X) Hasil Belajar Siswa (Y) Gambar 2.1 Kerangka Berpikir D. Hipotesis Berdasarkan karangka berpikir di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan kontekstual berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada kelas IV Sekolaha Dasar Negeri 02 Salatiga semester genap tahun pelajaran 2012/2013.