HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS. Sutomo

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS DI PUSKESMAS KRIAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia antara lain sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. penangan oleh tim kesehatan. Penanganan yang diberikan salah satunya berupa

BAB I PENDAHULUAN. (Permenkes RI No. 340/MENKES/PER/III/2010). Dalam memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

HUBUNGAN PROSEDUR PEMBERIAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS PADA PASIEN BALITA DI RSIA IPHI BATU ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT KOMPETENSI PADA ASPEK KETRAMPILAN PEMASANGAN INFUS DENGAN ANGKA KEJADIAN PLEBITIS DI RSUD BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap orang mempunyai kemampuan untuk merawat, pada awalnya merawat adalah instinct atau naluri.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian obat secara intravena (Smeltzer & Bare, 2001).

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. spesifik, sehingga dapat dikembangkan setinggi-tingginya. Hal. ini. Ada beberapa kategori tingkat pendidikan seperti perawat

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dirumah sakit merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pedoman Manajerial Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan

Hubungan Prosedur Pemasangan Infus dengan Kejadian Plebitis Di Rumah Sakit Umum Kabupaten Majene

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ABSTRAK. Kata kunci : tingkat pendidikan, masa kerja perawat, tindakan pemasangan infus sesuai standart operating procedure

BAB I PENDAHULUAN. (smeltzer, 2002). Tetapi karena terapi ini diberikan secara terus menerus dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjalani rawat inap. ( Wahyunah, 2011). Terapi intravena berisiko untuk terjadi komplikasi lokal pada daerah pemasangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN TENTANG TERAPI INFUS (INTRAVENA) DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI IRINA A BAWAH RSUP PROF. DR. R. D.

HUBUNGAN LAMA PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI SMC RS. TELOGOREJO

Universitas Tribhuwana Tunggadewi ABSTRAK

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Ade Indriya Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 Januari : TASBI blok J No. 12, Medan

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada pasien yang membutuhkan akses vaskuler (Gabriel, 2008). Lebih

TEHNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA ANAK DI RSUD ZAINOEL ABIDIN ACEH

ABSTRAK HUBUNGAN PEMBERIAN INJEKSI INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RUANG PERAWATAN ANAK RUMAH SAKIT TK II PELAMONIA MAKASSAR.

BAB I PENDAHULUAN. mendapat terapi melalui IV (Hindley,2004). Pemasangan terapi. intravena merupakan tindakan memasukan jarum (abocath)

DAMPAK TERAPI INTRAVENA PADA BALITA BERDASAR VIP (VISUAL INFUSION PHLEBITIS) SCORE

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu upaya yang mendorong rumah sakit untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

HUBUNGAN JENIS CAIRAN DAN LOKASI PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DALAM MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN. Yulianto

BAB I PENDAHULUAN. perawatan. Tindakan pemasangan infus akan berkualitas apabila dalam

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit adalah suatu organisasi pelayanan sosial kemanusiaan. Secara

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

ERIYANTO NIM I

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN PENELITIAN Selamat pagi/siang/malam Ibu

HUBUNGAN ANTARA LOKASI PENUSUKAN INFUS DAN TINGKAT USIA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP DEWASA RSUD TUGUREJO SEMARANG

OBEDIENCE OF NURSE IN IMPLEMENTING STANDART OPERATING PROCEDURE OF INFUSION INSERTION WITH THE PHLEBITIS

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR PEMBERIAN NUTRISI PARENTERAL SOP

HUBUNGAN LAMANYA PEMASANGAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN FLEBITIS DI RUANG PENYAKIT DALAM RSU JEND. A. YANI METRO TAHUN 2013

HUBU GA LAMA PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PLEBITIS DI RSUD TUGUEJO SEMARA G ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA KESESUAIAN UKURAN DAN LETAK PEMASANGAN INTRAVENA CATHETER TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD UNGARAN

HUBUNGAN TERAPI CAIRAN INTRAVENA TERHADAP KEJADIAN PHLEBITIS DI IRNA BEDAH RSUD SELASIH KABUPATEN PELALAWAN. Neneng Fitria Ningsih S.Kep.M.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

Anggraeni Purnama S¹, Edy Wuryanto, S.Kep, M.Kep², Suyono, SKM, M.Kes³. Abstrak

HUBU GA KEPATUHA PERAWAT DALAM ME JALA KA SOP PEMASA GA I FUS DE GA KEJADIA PHLEBITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

UPAYA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PHLEBITIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN PENGGANTIAN JARUM INFUS SETIAP TIGA HARI DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KEPANJEN MALANG SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bengkak, streak formation dan atau terabanya Venous cord

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP SIKAP PASIEN DALAM PENGGANTIAN POSISI INFUS DI RUANG SHOFA RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK PERAWAT TERHADAP PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2014

1.5 Metode Penelitian Tahapan yang akan dilakukan dalam menyelesaikan tugas akhir ini dibagi bebrapa tahapan, diantaranya:

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI MOTORIK KASAR DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terapi dan perawatan untuk dapat sembuh, dimana sebagian besar pasien yang

JURNAL STIKES. ISSN Volume 7, Nomor 1, Juli 2014, halaman DAFTAR ISI

PEMBERIAN OBAT MELALUI IV TERHADAP KEJADIAN PLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS). Dampak dari proses pelayanan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN PERAWAT DALAM PENERAPAN PROTAP PERAWATAN LUKA POST OPERASI DI RUANG CENDANA RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terhadap pengalaman sakit, yang disebabkan karena faktor lingkungan,

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah (RSUD) Prof. DR. Aloe Saboe kota Gorontalo. Waktu penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Mei s.

BAB I PENDAHULUAN. pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan catatan keperawatan (Depkes

Wahyu Rizky 1. Universitas Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PLEBITIS DI RUANG ANAK RSUD DR. R. SOETRASNO REMBANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN CUCI TANGAN PERAWAT DI RUANG RA, RB, ICU,CVCU, RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

HUBUNGAN ANTARA TEHNIK INSERSI DAN LOKASI PEMASANGAN KATETER INTRAVENA DENGAN KEJADIAN PHLEBITIS DI RSUD AMBARAWA

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

Oleh : Rahayu Setyowati

PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP) (Rana Suryana SKep. Medical Dept. PT Widatra Bhakti)

Pengertian. Tujuan. Ditetapkan Direktur Operasional STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL. Tanggal Terbit 15 Februari 2011

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK USIA 0-11 BULAN

PERAWATAN KOLOSTOMI Pengertian Jenis jenis kolostomi Pendidikan pada pasien

Pengaruh Lama Pemasangan Infus dengan Kejadian Flebitis pada Pasien Rawat Inap di Bangsal Penyakit Dalam dan Syaraf Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 4, No. 2, Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Hepatitis akut. Terdapat 6 jenis virus penyebab utama infeksi akut, yaitu virus. yang di akibatkan oleh virus (Arief, 2012).

HUBUNGAN SUPERVISI DAN MOTIVASI DENGAN PEMBERIAN CAIRAN INFUS SESUAI SPO OLEH PERAWAT PELAKSANA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kepada Yth. Pasien rawat inap ruang Pinus Rumah Sakit Eka Tangerang Selatan Di tempat. : Permohonan menjadi responden

Transkripsi:

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS Sutomo Program Studi Profesi NERS, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : sutomo.ners@gmail.com ABSTRAK Mempertahankan suatu infus intravena yang sedang terpasang merupakan tugas perawat yang menuntut pengetahuan serta keterampilan tentang pemasangan dan perawatan infus, prinsip-prinsip aliran, selain itu pasien harus dikaji dengan teliti baik komplikasi lokal maupun sistemik. Jika flebitis terjadi maka masukan terapi cairan intravena akan tersumbat dan tidak dapat terpenuhi, untuk itu selama pemberian terapi cairan intravena pasien harus mendapat pengawasan dan observasi yang ketat. Tujuan penelitian ini adalah mengobservasi hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang di Puskesmas krian Desain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional yaitu mengkaji hubungan antar variabel. Populasinya seluruh pasien di puskesmas krian Sidoarjo selama bulan Mei-Juni. Sampel yang digunakan seluruh Pasien Yang Terpasang Infus Selama Bulan Mei-Juni di Yang berjumlah responden, dengan metode Aksidental Sampling, variabelnya adalah perawatan infus dan terjadinya flebitis. Data yang terkumpul melalui lembar observasi dianalisa dengan teknik korelasi uji kolerasi spearman s rho. Dengan alpha,5. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari responden 1 (6%) di lakukan sebagaian besar perawatan infus, (1%) dilakukan semua perawatan infus, (1%) tidak di lakukan perawatan infus. Sedangkan responden sebanyak 1 (7%) tidak terjadi flebitis, 6 (3%) terjadi flebitis. Dari hasil uji Spearman's rho diperoleh nilai Sig. (-tailed) atau p value, (karena p value <,5) maka H ditolak dan H1 diterima. Yang artinya ada hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang di Puskesmas krian Melihat dari hasil penelitian ini maka perawatan infus lebih di lakukan menurut SOP, untuk mencegah atau meminimalkan terjadinya flebitis. Kata Kunci : Perawatan infus, flebitis Halaman 57

PENDAHULUAN Infus cairan intravena (Intravenous fluids infution) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Pemberian terapi cairan intravena merupakan suatu keharusan untuk di berikan pada pasien yang mengalami kehilangan darah atau kehilangan cairan, gangguan kesadaran, dan dehidrasi (M.Bouwhuizen ). Menurut Hinlay dalam Asrin, Triyanto, & Upoyo (6), 6 % pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi cairan melalui infus. Akan tetapi pemberian terapi cairan intravena dapat menimbulkan berbagai bahaya, termasuk komplikasi lokal maupun sistemik. Komplikasi lokal yang sering terjadi adalah flebitis (Brunner & Suddartths, 1). Di Puskesmas Krian sidoarjo diketahui bahwa masih banyak pasien yang mengalami flebitis saat mendapatkan terapi cairan melalui infus. Angka kejadian infeksi melalui jarum infus di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dilaporkan terdapat 53,8% penderita yang mengalami flebitis akibat pemasangan infus ketika dirawat di rumah sakit (Widiyanto, ). Kejadian flebitis di RSUP. Dr. Sardjito Jogjakarta mencapai 7,19 % (Baticola, ), Sedangkan Saryati () menemukan kasus flebitis di RSUD Purworejo sebanyak 18,8% kasus (http://wwwsehat grup.com). Pada studi pendahuluan data yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan perawat di Puskesmas Krian Sidoarjo pada bulan oktober 1 terdapat pasien yang, dari ke pasien tersebut terdapat 1 pasien yang mengalami flebitis, dari data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak pasien yang mengalami flebitis pada saat mendapatkan terapi cairan melalui infus. Mempertahankan suatu infus intravena yang sedang terpasang merupakan tugas perawat yang menuntut pengetahuan serta keterampilan tentang pemasangan dan perawatan infus, prinsip-prinsip aliran, selain itu pasien harus dikaji dengan teliti baik komplikasi lokal maupun sistemik (Brunner & Suddrths, 1). Jika flebitis terjadi maka masukan terapi cairan intravena akan tersumbat dan tidak dapat terpenuhi, untuk itu selama pemberian terapi cairan intravena pasien harus mendapat pengawasan dan observasi yang ketat (Kusyati Eni.NS. 6). Penyebab flebitis adalah iritasi fena oleh alatalat intravena, obat-obatan, dan infeksi (Brunner & Suddarths, 1). Meskipun setiap ruangan mempunyai protap cara pemasangan dan perawatan infus, namun dalam pelaksanaannya perawatan infus seperti memeriksa tempat penusukan setiap hari, mengganti balutan pada pasien yang, dan lainlain, dalam kenyataannya masih ada yang tidak melakukannya. perawatan infus merupakan tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya flebitis. Pencegahan flebitis tidak hanya berfokus pada saat pemasangan infus saja, akan tetapi sesudah pemasangan infus harus di lindungi sepenuhnya dari terjadinya komplikasi. Mencegah dan minimalkan efek dari terapi intravena terutama terjadinya flebitis maka perawatan infus harus di upayakan secara optimal. Perawat yang memperhatikan prinsip aseptik, dapat mengurangi kejadian flebitis (Brunner & Suddarths, 1). Tujuan penelitian ini diantaranya adalah : 1. Mengidentifikasi perawatan infus di. Mengidentifikasi terjadinya flebitis pada pasien yang di 3. Menganalisasa hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis di METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional yaitu mengkaji hubungan antar variabel dengan pendekatan Kohort. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang di Pada penelitian ini populasinya adalah semua pasien di puskesmas Krian Sidoarjo pada bulan Mei- Juni 11. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang di puskesmas Krian Sidoarjo pada bulan Mei-Juni 11 sebanyak responden yang di tentukan dengan teknik aksidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang di Puskesmas Krian Sidoarjo adalah berupa lembar observasi. Untuk menentukan hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang e diklarifikasikan dalam dua atau lebih maka digunakan teknik korelasi uji kolerasi Halaman 58

spreman s rho. Dengan alpha,5 dan tingkat kepercayaan 95%. Signifikasi atau bermaknah, apabila p Value <,5. Seluruh pengolaan data diolah dengan sistem komputerisasi dengan bantuan software SPSS. HASIL PENELITIAN 1. Identifikasi perawatan infus pada pasien yang di Puskesmas Krian Keterangan Frekuensi Persen Tidak dilakukan Dilakukan sebagian kecil Dilakukan sebagian besar Dilakukan semua 1 1% % 6% 1% Total Di lihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari responden perawat dilakukan sebagaian besar perawatan infus sebanyak 1 (6%). Dilakukan semua perawatan infus sebanyak (1%). Dan tidak dilakukan perawatan infus sebanyak (1%).. Identifikasi terjadinya flebitis pada pasien yang di Puskesmas Krian Keterangan Frekuensi Persen Terjadi flebitis Tidak terjadi flebitis 6 1 3% 7% Total Dari tabel diatas bahwa responden sebanyak, 1 (7%) tidak terjadi flebitis, 6 (3%) terjadi flebitis. 3. Hubungan Perawatan Infus Dengan Terjadinya Flebitis Pada Pasien Yang Terpasang Infus Di Puskesmas Krian Sidoarjo Terjadinya flebitispada pasien yang Perawatan infus Tidak dilakukan Dilakukan sebagian kecil Dilakukan sebagian besar Dilakukan semua Total Terjadi flebitis,%,% 6 3% Tidak terjadi flebitis,%,% 1 1 7% Total 1 Spearman's rho Perawatan infus Terjadinya flebitis pada pasien yang Correlations Correlation Coefficient Perawatan infus Terjadinya flebitis pada pasien yang 1..9 ** Sig. (-tailed).. N Correlation Coefficient.9 ** 1. Sig. (-tailed).. N Halaman 59

Dari hasil uji Spearman's rho diatas diperoleh nilai Sig. (-tailed) atau p value, (karena p value <,5) maka H ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang di Puskesmas Krian Sidoarjo. Nilai koefisien korelasi spearman sebesar,9 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat. PEMBAHASAN 1. Perawatan infus Di lihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari responden perawat dilakukan sebagaian besar perawatan infus sebanyak 1 (6%). Dilakukan semua perawatan infus sebanyak (1%). Dan tidak dilakukan perawatan infus sebanyak (1%). Perawatan terapi Intravena Adalah suatu upaya atau cara untuk mencegah masuknya mikroorganisme pada vasikuler sehingga tidak menimbulkan terjadinya infeksi saat dengan cara : Memakai sarung tangan, Membasahi plaster dengan alkohol dan buka balutan dengan menggunakan pinset, Mebersikan bekas plaster, Perawat memeriksa tempat penusukan IV setiap hari, Perawat mengganti seluruh infus set sedikitnya setiap 3 hari, Membersihkan daerah tusukan dan sekitarnya dengan NaCL, Mengolesi tempat tusukan dengan iodin, dan Menutup dengan kasa steril dengan rapi. (SOP puskesmas krian). Sementara itu perawatan pada tempat penusukan juga harus dilakukan, antara lain : Balutan steril diperlukan untuk menutup tempat masuk kanula IV periver.balutan harus di ganti jika balutan menjadi basah, kotor, atau lepas.beberapa jenis balutan, meliputi balutan trasparan, perban steril, kasa, dan plaster, dapat digunakan sepanjang sterilisasi dapat di pertahankan.(joanne C. La Rocc, Shirley E. Otto, 1998). Dalam penelitian ini, tugas yang paling penting dari seorang perawat untuk mengobservasi selama pemberian infus pertama adalah reaksi pesien terhadap bahan bahan yang diberikan atau terhadap daerah yang di berikan (pucat, keringat dingin, denyut jantung lemah),hal ini harus di laporkan pada dokter... Terjadinya flebitis. Dari tabel. diatas bahwa responden sebanyak, 1 (7%) tidak terjadi flebitis, 6 (3%) terjadi flebitis. Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena, Flebitis dikarateristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi dan teraba mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intravena (La Rocca, 1998). Hal ini menjadiakan flebitis sebagai salah satu pemasalahan yang penting untuk dibahas di samping flebitis juga sering ditemukan dalam proses keperawatan (Jarumi Yati, 9). Dalam penelitian ini Flebitis terjadi karena adanya mikroorganisme atau bakteri yang masuk melalui lubang tusukan kateter infus. Dalam hal ni stiap hari harus dilakukan observasi untuk mengindari terjadinya flebitis atau masuknya mikroorganisme dan bakteri. 3. Hubungan Perawatan Infus Dengan Terjadinya Flebitis Pada Pasien Yang Terpasang Infus Di Puskesmas Krian Dari hasil uji Spearman's rho diatas diperoleh nilai Sig. (-tailed) atau p value, (karena p value <,5) maka H ditolak dan H1 diterima yang artinya ada hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang di Puskesmas Krian Sidoarjo. Nilai koefisien korelasi spearman sebesar,9 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat. Flebitis merupakan inflamasi vena yang di sebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena, flebitis dikarakteristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan bengkak, terasa hangat di daerah penusukan atau sepanjang vena, infus sering macet. (La Rocca, 1998). Flebitis yang terjadi dari infeksi tindakan pemasangan infus, merupakan masalah yang serius namun tidak sampai menyebabkan kematian, tetapi banyak dampak yang nyata yaitu tingginya biaya perawatan di akibatkan lamanya perawatan. Kejadian flebitis sangat di pengaruhi oleh ketepatan dalam melaksakan Halaman 6

pemasangan infus kurang dilakukan atau tidak sesuai SOP yang ada di instasi tersebut. KESIMPULAN 1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari responden perawat didapatkan tidak dilakukan perwatan sebanyak (1%), dilakukan sebagian kecil sebanyak (%), dilakukan sebagian besar sebanyak 1 (6%) dan dilakukan semua (1%).. Dari Dari tabel. diatas bahwa responden sebanyak, 1 (7%) tidak terjadi flebitis, 6 (3%) terjadi flebitis 3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Hubungan Perawatan Infus Dengan Terjadinya Flebitis Pada pasien Yang Terpasang Infus Di Puskesmas Krian Sidoarjo dengan nilai koefisien korelasi spearman s rho sebesar,9 dengan tingkat signifikansi, (P<,5). DAFTAR PUSTAKA Alimul, Azis. (3). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika : Jakarta. Asmadi. (8). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salembah Medika Alimul, Azis. (5), Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran, EGC. Alimul, Azis. (7), Metode Penelitian Medika. Alimul, Azis.(6). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Darmawan.(8). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. http:/www.dinkes.go.id.diakses pada tanggal 1 Januari 1. http://www.depkesri.go.id, 5.diakses pada tanggal Februari 1. http://www.sehatgrup.com. Diakses pada pada tanggal Februari 1. http://www.forom.com. Diakses pada tanggal 5 Februari 1. Joonne C La. Rocca. Shirley E. Otto. (1998).Terapi Intravena. Jakarta: Buku Kusyati, Eni. (6). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Mubarok Iqbal Wahit. (7). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Buku Notoadmodjo, S. (5). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoadmodjo, S. (). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam (9), konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Nursalam (3), konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Naga, D.S (199), Pengantar Teori Skor Pada pengukuran. Jakarta:Guna Darma Pitasi Ratih (6), Kimia dan unsur Air. Jakarta: Panembrama. Perry, Peterson, Potter.(5). Ketrampilan Dan Prosedur Dasar Intravena. Jakarta: Buku P.J.M.Stevens.(9). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Suddarth, & Brunner. (1), Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Buku Suddarth, & Brunner. (), Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Buku kedokteran EGC. Halaman 61