1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan mengenai praktik manajemen laba (earnings management) yang dilakukan oleh pihak yang berwenang seperti manajer dan pihak-pihak yang berkepentingan didalamnya merupakan masalah yang sering terjadi dalam perusahaan. Manajemen laba merupakan campur tangan pihak manajemen dalam proses pelaporan keuangan suatu perusahaan yang bertujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri (manajer). Manajemen laba dalam pelaporan keuangan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan atau manfaat lain bagi manajer maupun bagi perusahaan. Ada dua persepsi mengenai manajemen laba, pertama dilihat sebagai perilaku opportunistic manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political cost (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak Putra (dalam Raja et al., 2014). Manajemen laba memberi keuntungan bagi perusahaan dan pihak-pihak berwenang yang terlibat didalamnya dengan tujuan agar citra perusahaan menjadi baik sehingga banyak investor yang menanam saham pada perusahaan. Dengan 1
2 melakukan manajemen laba, maka suatu laporan dapat dikatakan tidak mencerminkan suatu kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya, sehingga tidak dapat memberikan informasi yang berkualitas untuk mendukung pengambilan keputusan investor. Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih mengetahui apa yang terjadi dalam perusahaan dan lebih mengetahui informasi internal perusahaan dibandingkan pemegang saham. Sebagai pengelola perusahaan, manajer memiliki kewajiban untuk memberikan informasi yang benar kepada para pengguna laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang disampaikan oleh manajer perusahaan kepada para pengguna laporan keuangan tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya dalam perusahaan. Pihak manajemen tidak selalu dikaitkan dengan upaya memanipulasi data tetapi lebih cenderung dengan pemilihan metode akuntansi untuk mendapatkan keuntungan yang memang diperkenankan menurut accounting regulations. Informasi yang tidak menunjukkan kebenaran tersebut mengakibatkan para investor dan pengguna laporan keuangan mendapatkan informasi yang menyesatkan sehingga tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat, kondisi seperti ini disebut asimetri informasi (information asymetry). Asimetri informasi merupakan ketidakefisienan pengguna laporan keuangan dalam hal ketersediaan dan penggunaan laporan keuangan. Penyebab asimetri yang tinggi antara pihak manajemen dengan pihak yang lain adalah tidak mempunyai sumber, dorongan atau akses yang memadai terhadap informasi untuk mengontrol tindakan manajemen. Adanya asimetri informasi memungkinkan manajemen untuk melakukan modifikasi laba. Manajemen laba atau modifikasi laba merupakan
3 tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu standar tertentu dengan tujuan memaksimalkan kesejahteraan pihak manajemen dan nilai pasar perusahaan. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik (corporate governance) dapat meminimalisasi perilaku manajer yang melakukan tindakan manajemen laba. Termasuk pentingnya peran kualitas audit karena untuk mencegah praktik manajemen laba yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam perusahaan. Mayangsari (dalam Guna dan Herawaty, 2010:53-68) menyatakan bahwa tujuan dari audit laporan keuangan adalah untuk memberikan kepastian mengenai integritas dari laporan keuangan yang disajikan oleh pihak manajemen. Kepastian mengenai relevansi dan keandalan dari laporan keuangan perusahaan sangat diperlukan untuk membantu pihak eksternal dalam mengambil suatu keputusan bisnis. Dalam penelitian ini menggunakan kualitas audit dengan proksi big four dan non big four sebagai salah satu variabel yang bisa mempengaruhi praktik timbulnya manajemen laba. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang lebih besar dianggap lebih berkualitas dalam melaksanakan audit karena lebih berhatiberhati dalam menjalankan prosedur audit yang baku dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil. Keberadaan komite audit dalam perusahaan sebagai mekanisme corporate governance dapat mengurangi terjadinya tindakan manajemen laba. Komite audit diharapkan dapat mengatasi kecenderungan peningkatan berbagai skandal penyelewengan dan kelalaian pihak manajemen. Komite audit berperan dalam mengawasi berbagai tindakan pihak manajemen dan memberikan pendapat
4 profesional yang independen kepada dewan komisaris terhadap laporan keuangan atau hal-hal lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan yang disampaikan oleh direksi. Semakin besar jumlah komite audit dalam perusahaan, maka dapat memperkecil tindakan pihak manajemen dalam melakukan praktik manajemen laba. Adanya kepemilikan institusional dapat meningkatkan pengawasan terhadap kinerja pihak manajemen dan memberikan dorongan agar pihak manajemen melakukan tugasnya dengan baik. Kepemilikan institusional dapat menekan terjadinya praktek manajemen yang dilakukan oleh pihak manajemen. Pihak manajemen diharapkan dapat memberikan kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Kepemilikan institusional dianggap penting karena akan meningkatkan pengawasan yang lebih optimal sehingga dapat membatasi fleksibilitas manajer dalam memilih metode akuntansi untuk merekayasa laba perusahaan demi keuntungan pribadi, hal tersebut dapat menurunkan motif manajemen untuk melakukan manajemen laba. Ukuran perusahaan juga mengindiikasikan terjadinya praktek manajemen laba. Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur berdasarkan total asset. Semakin besar perusahaan, maka keputusan yang diambil dan kebijakan-kebijakan yang dilakukan akan berdampak nyata pada kepentingan publik. Besarnya asset yang dimiliki, maka semakin banyak modal yang ditanam, dan semakin banyak penjualan yang dilakukan maka semakin banyak perputaran uang, serta semakin besar kapitalisasi
5 pasar maka semakin besar pula ia dikenal dalam masyarakat Sudarmadji dan Sularto (dalam Anggit dan Shodiq, 2014). Manajemen laba dapat terjadi karena tingkat leverage yang tinggi. Leverage adalah perbandingan antara total hutang dengan total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Verawati (dalam Pambudi dan Sumantri, 2014) hutang merupakan perjanjian antara perusahaan sebagai debitur dengan kreditur. Dalam perjanjian hutang ini, ada kepentingan perusahaan untuk dinilai positif oleh kreditur dalam hal kemampuan membayar hutangnya. Terdapat kemungkinan bahwa adanya perjanjian kontrak hutang memicu manajemen untuk meningkatkan laba dengan tujuan memperlihatkan kinerja positif pada kreditur sehingga memperoleh suntikan dana atau memperoleh penjadwalan kembali pembayaran hutang. Penelitian yang menguji tentang praktik manajemen laba telah banyak dilakukan tetapi banyak perbedaan hasil dari beberapa penelitian sebelumnya. Christiani dan Nugrahanti (2014) yang meneliti tentang kualitas audit yang diproksikan dengan ukuran KAP (KAP The big-4 dan KAP non The big-4) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pambudi dan Sumantri (2014). Hal ini dimungkinkan praktik manajemen laba yang terjadi karena perusahaan ingin kinerja keuangan tampak bagus di mata calon investor, namun mengabaikan keberadaan auditor big four (Luhgiatno, 2010). Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Guna dan Herawaty (2010) kualitas audit berpengaruh terhadap manajemen laba.
6 Penelitian yang dilakukan oleh Agustia (2013) diperoleh hasil bahwa komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil yang sama juga terjadi pada penelitian Prajitno dan Christiawan (2013); Nabila dan Daljono (2013). Komite audit yang di bentuk di perusahaan publik semata-mata memenuhi peraturan dan ketentuan pemerintah agar terhindar dari sanksi hukuman. Sehingga kinerja dari komite audit kurang efektif dalam melakukan pengembangan pengawasan untuk meminimalkan praktik manajemen laba. Hasil penelitian yang berbeda dengan penelitian Herni dan Susanto (2008) bahwa komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian Jao dan Pagalung (2011) meneliti kepemilikan institusional mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Nuryaman et al. (2010); Raja et al. (2014). Sedangkan hasil penelitian Agustia (2013); Nabila (2013); Prajitno dan Christiawan (2013) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini disebabkan kepemilikan institusional tidak berperan sebagai sophisticated investors yang memiliki wewenang lebih untuk mengontrol manajer dan hanya memiliki peran sebagai pemilik sementara. Penelitian tentang ukuran perusahaan yang dilakukan oleh Azlina (2010) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian Pambudi dan Sumantri (2014) ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hasil penelitian Christiani dan Nugrahanti (2014) ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap
7 manajemen laba. Kemungkinan hal ini terjadi karena besar kecilnya asset yang dimiliki perusahaan bukan satu-satunya yang menjadi pertimbangan investor untuk mengambil keputusan investasi. Agustia (2013) meneliti leverage dan menunjukkan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan Raja et al. (2014) leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba. Namun hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian Jao dan Pagalung (2011); Christiani dan Nugrahanti (2014); Pambudi dan Sumantri bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hal ini dimungkinkan karena untuk mengamankan kontrak perjanjian hutang perusahaan tidak harus bergantung pada manajemen laba. Hasil-hasil penelitian yang belum konsisten mendorong untuk dilakukannya penelitian lebih lanjut mengenai manajemen laba. Penelitian penulis mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh Pambudi dan Sumantri (2014) yang meneliti kualitas audit, ukuran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba. Perbedaan yang paling mendasar dengan penelitian penulis adalah objek penelitian dan penambahan variabel independen yaitu komite audit dan kepemilikan institusional. Objek penelitian penulis adalah perusahaan property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sedangkan penelitian Pambudi dan Sumantri (2014) menggunakan objek penelitian perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil dari penelitian Pambudi dan Sumantri (2014) disimpulkan bahwa variabel independen kualitas audit dan leverage tidak berpengaruh terhadap manajemen
8 laba sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel independen ukuran perusahaan berpengaruh terhadap variabel dependen manajemen laba. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah kualitas audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014? 2. Apakah komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014? 3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014? 4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014? 5. Apakah leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014?
9 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji kualitas audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. 2. Untuk menguji komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. 3. Untuk menguji kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. 4. Untuk menguji ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. 5. Untuk menguji leverage berpengaruh negatif terhadap manajemen laba di sektor property and real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharap dapat memberikan manfaat yang baik, diantaranya:
10 a. Kontribusi Praktis Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan informasi mengenai praktik manajemen laba serta faktor-faktor yang mempengaruhi seperti kualitas audit, komite audit, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan leverage sehingga dapat digunakan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. b. Kontribusi Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana tentang pengaruh kualitas audit, komite audit, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba. Serta diharap mampu menjadi acuan referensi dan pertimbangan bagi pembaca yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sama. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka penelitian perlu melakukan pembatasan dalam bentuk ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah mengkaji lebih dalam pengaruh kualitas audit, komite audit, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan property and real estate yang terdaftar di BEI periode 2011-2014.