ANALISIS KEPATUHAN KARYAWAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI PT. KEBON AGUNG UNIT PG. TRANGKIL PATI

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) TERHADAP PERILAKU PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETUGAS LABORATORIUM KLINIK RSUD DR. IBNU SUTOWO BATURAJA

PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM UPAYA MEMINIMALISASIKAN KECELAKAAN KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PADA PT. WANGSA JATRA LESTARI.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

SKRIPSI ANALISIS PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DI PT. BRAJA MUSTI

PELAKSANAAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PKS RAMBUTAN PTPN-3 TEBING TINGGI TAHUN 2013

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, selain dapat meningkatkan perekonomian nasional juga dapat

STUDI PERILAKU KESELAMATAN KERJA DALAM PENGOPERASIAN MESIN PERCETAKAN PADA PEKERJA PT MASSCOM GRAPHY

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA MAINTENANCE ELEKTRIKAL DALAM MENERAPKAN WORK PERMIT DI PT.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

Universitas Diponegoro 2 Chief Environmental Engineer, Safety-Health_Environmental & Loss Control

: Implementation, PEKA, Accident Control

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PADA KARYAWAN DI PT. BARUTAMA UNIT PAPER MILL 5/6/9 KUDUS 2015

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

PENGARUH PENERAPAN PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pekerja Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Sebuah Pabrik Kimia Di Kota Tangerang,

!r'""':rr.::.'f\t. :.AFt,"if TESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN FAKTOR PENENTU PERILAKU KESELAMATAN KERJA DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA TERTUSUK JARUM SUNTIK PADA PERAWAT DI RSD dr.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

Tanggung Jawab Pabrik Gula Trangkil dalam Kerja Sama dengan Petani Tebu Rakyat di Trangkil Kabupaten Pati. Ema Bela Ayu Wardani

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJAAN KETINGGIAN DI PT. X

: Minor injury, knowledge, attitude, obedience, fatigue, PPE

EFEKTIVITAS SAFETY WARNING SYSTEM TERHADAP PRAKTEK PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI DI PT. PURA BARUTAMA UNIT PM 5/6/9 KUDUS TAHUN 2015

EVALUASI PENERAPAN PEDOMAN KESELAMATAN KERJA PADA PROYEK PELEBARAN JALAN BATAS SUMATERA SELATAN SIMPANG EMPAT ABSTRAK

ANALISIS IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA DEPARTEMEN WEAVING 2 PT. KUSUMA HADI SANTOSA

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan pekerja dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. Karena bila ada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

PENDAHULUAN. Apabila sumber daya manusia dikelola dengan baik dan benar maka akan bernilai

IMPLEMENTASI PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN KECELAKAAN KERJA DI ACETYLENE PLANT PT. ANEKA GAS INDUSTRI WILAYAH V JAWA TIMUR

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.6/Maret 2017; ISSN X,

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PEKERJA REKANAN (PT. X) DI PT INDONESIA POWER UP SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan keselamatan kerja mulai menjadi perhatian di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

Yossi Elisabeth Simanjuntak 1, Halinda Sari Lubis 2, Arfah Mardiana Lubis 3. Abstract

Universitas PGRI Adi Buana Surabaya Abstrak. Abstract

ANALISIS PENDOKUMENTASIAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT ANGKASA PURA II (PERSERO) BANDUNG

ANALISIS PENGENDALIAN KEBISINGAN DI AREA BODY MINIBUS PERUSAHAAN KAROSERI TAHUN 2015

IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA KARYAWAN BAGIAN PRINTING & DYEING PT KUSUMAHADI SANTOSAKARANGANYAR TUGAS AKHIR

PENERAPAN ALAT PELINDUNG DIRI DI BAGIAN ORTOTIK PROSTETIK DI RUMAH SAKIT ORTOPEDI PROF. Dr. R. SOEHARSO SURAKARTA

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN ATAS SISTEM PENGGAJIAN DAN PENGUPAHAN PADA PT. KEBON AGUNG PABRIK GULA TRANGKIL CABANG PATI KERTAS KERJA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM KEPATUHAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PT KUSUMAHADI SANTOSA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEDISIPLINAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG TELINGA DI BAGIAN WEAVING PT. PRIMATEXCO INDONESIA KABUPATEN BATANG

IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA TENAGA KERJA BAGIAN PELAYANAN DAN TEKNIK. PT. PLN (Persero) AREA MADIUN

TINJAUAN PENERAPAN DISIPLIN KARYAWAN PADA PT PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN II MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. memakai peralatan yang safety sebanyak 32,12% (Jamsostek, 2014).

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA TENAGA KERJA BAGIAN PENGELASAN DI PT. OMETRACO ARYA SAMANTA SURABAYA

I. PENDAHULUAN. Kebiasaan masyarakat Indonesia mengonsumsi gula akan berimplikasi pada

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG APD TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN PADA PEKERJA UNIT AMONIAK PRODUKSI I PT PETROKIMIA GRESIK

Peralatan Perlindungan Pekerja

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

ANALISIS PENERAPAN PELAPORAN DAN PERBAIKAN KEKURANGAN TINGKAT LANJUTAN SMK3 BERDASARKAN PP NO. 50 TAHUN 2012 DI PT. X

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA DI UNIT KERJA PRODUKSI PENGECORAN LOGAM

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

FAKTOR-FAKTOR PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG FAKULTAS KEDOKTERAN DI PT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan Kesehatan Kerja (K3)

Fakultas Kesehatan Masyarakat*, Universitas Sam Ratulangi*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP KEDISIPLINAN PEMAKAIAN MASKER PADA PEKERJA BAGIAN WINDING

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

DAMPAK KEBISINGAN AREA LABORATORIUM PADA TENAGA KERJA DI PT. ANTAM Tbk. UBPE PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI PROSEDUR IDENTIFIKASI ASPEK DAN BAHAYA

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MEROKOK, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PENGRAJIN BATU AKIK DARI BEBERAPA TEMPAT DI KOTA MANADO

ANALYSIS POTENSI BAHAYA PADA PEKERJA PROYEK PEMBONGKARAN BAGESTING PT. ADHI KARYA Aprilia Sumolang*, Vanda Diana Doda*, Afnal Asrifuddin*

BAB I PENDAHULUAN. Menuju Swasembada Gula Nasional Tahun 2014, PTPN II Persero PG Kwala. Madu yang turut sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi K3 di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. obat-obatan dan logistik lainnya. Dampak negatif dapat berupa kecelakaan

KEENGGANAN PETANI BERUSAHATANI TEBU DI KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH THE RELUCTANT OF FARMERS IN KENDAL, CENTRAL JAVA TO CULTIVATE SUGAR CANES

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

SKRIPSI PENGARUH KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT COCA COLA AMATIL INDONESIA OLEH

SKRIPSI PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN PENGAWASAN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. MIDAS MULTI INDUSTRY MEDAN OLEH

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan angka ketergantungan (Kementrian Kesehatan Republik

Kepatuhan Pemakaian Alat Pelindung Diri pada Pekerja Las di Indramayu

PROSEDUR PENANGANAN KONDISI DARURAT DALAM PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) MEDAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS RESIKO KERJA PADA PEMBUATAN NATA DE COCO DENGAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA) DI CV SEMPURNA BOGA MAKMUR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA PADA PEKERJA TAMBANG PASIR GALI DI DESA PEGIRINGAN KABUPATEN PEMALANG TAHUN 2013

ANALISIS BIAYA PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FULL COSTING DALAM PENENTUAN KETEPATAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PABRIK TAHU SS DI SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan perusahaan sering mengabaikan Keselamatan dan Kesehatan. Kerja (K3) para pekerjanya. Dimana sebenarnya K3 merupakan poin

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Ardiansah Eko Prasetyo J

BAB 5 : PEMBAHASAN. 5.1 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU KARYAWAN LAPANGAN PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PLN) BANDUNG TERHADAP KESELAMATAN DAN KECELAKAAN KERJA 2010

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD PADA PEKERJA KERANGKA BANGUNAN

Transkripsi:

ANALISIS KEPATUHAN KARYAWAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI PT. KEBON AGUNG UNIT PG. TRANGKIL PATI Faddila Purna Dewi, Ekawati, Bina Kurniawan Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Email: faddila.purnadewi13.skm@gmail.com Abstract : Personal Protective Equipment (PPE) is a tool used workers to protect themselves from potential hazards and accidents that might occur in the workplace. PT. Kebon Agung Unit PG. Trangkil have some Occupational Safety and Health (OSH), one of which is a PPE program. Approximately 80% of employees do not use the production section in full PPE when working. This study aims to describe and analyze the level of compliance of employees in applying the PPE program. This research uses descriptive method with qualitative approach. Key informants in this study as many as 11 people and 3 people as informants triangulation. The results showed employees have good knowledge about PPE. PPE socialization program held annually at the start of the milling season. PG. Trangkil already provide PPE are complete and free of charge to all employees. When the milling season supervision by supervisors OSH is not done routinely and tight, so many employees who violate the rules. All employees have a positive response regarding PPE program. Hot environment makes employees feel uncomfortable when using PPE. There is no reward and punishment program for PPE program. Reward that there is a reward for the performance of employees and service period. While the punishment was limited to verbal warning and not lead to sanctions. The company needs to increase socialization, supervision, punishment and reward to the sustainability of the program. Key Words : PPE, Compliance, Behavior PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap aktivitas yang melibatkan manusia, mesin, dan material yang 304

melalui tahapan proses produksi memiliki risiko bahaya dengan tingkatan risiko berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktivitas kerja di tempat kerja. Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya. Hampir tidak ada tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya. 1 Sebesar 80-85% kecelakaan kerja disebabkan oleh kelalaian manusia. Selain kelalaian saat bekerja faktor manusia yang lain yaitu perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). 2 Dalam usaha melaksanakan program K3 dan mencegah kecelakaan serta penyakit akibat kerja, biasanya dilakukan usahausaha yang dapat mengendalikan risiko bahaya yang biasa dikenal dengan hirarki pengendalian risiko. Umumnya terdapat lima metode dalam hirarki pengendalian risiko yaitu eliminasi, substitusi, engineering, administratif dan alat pelindung diri. Eliminasi yaitu dengan cara menghilangkan bahaya kerja, substitusi dengan cara mengganti bahan atau proses kerja degan yang lebih aman, engineering dengan cara membuat pelindung pada bagian mesin yang membahayakan pekerja, administratif 305 dengan cara job rotation dan terakhir yaitu alat pelindung diri. 3 Penggunaan APD sebenarnya menempati prioritas pengendalian risiko paling akhir, setelah pengendalian dengan eliminasi, substitusi, engineering dan pengendalian secara administratif tidak berhasil dilakukan. Banyak perusahaan lebih memilih menggunakan pilihan terakhir yaitu dengan merekomendasikan pemakaian APD sebagai tindakan proteksi dini terhadap bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang timbul ditempat kerja. Penggunaan APD yang baik, dapat memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dari keparahan dampak kecelakaan kerja dan dapat mendukung kinerja karyawan, sehingga diharapkan akan terjadi peningkatan produktivitas baik karyawan maupun perusahaan. 4 Kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan APD dapat mengurangi risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja, yaitu dengan patuh terhadap peraturan yang telah disepakati perusahaan dalam mengurangi risiko kecelakaan kerja. Menurut Suma mur, kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya sehingga digunakan Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment). Ketidak patuhan penggunaan alat pelindung diri sangat mempengaruhi kejadian kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja

yang akan menyebabkan 5 jenis kerugian diantaranya adalah kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat, kematian. 5 PT. Kebon Agung Unit PG. Trangkil Pati merupakan pabrik gula yang berdiri pada tahun 1835. Pabrik Gula Trangkil memiliki tanggung jawab terhadap petani tebu rakyat yaitu mengolah tebu milik petani tebu, memberikan penyuluhan dan pembinaan budidaya tanaman tebu, pengolahan tanah, penebangan tebu yang baik, membantu sarana dan prasarana bagi petani untuk melakukan penebangan dan pengangkutan tebu, dan menjamin pemasaran hasil produksi. Perjanjian kerjasama antara Pabrik Gula Trangkil dengan petani tebu rakyat adalah perjanjian kerja sama yang disebut perjanjian kemitraan. Kerjasama antara pabrik dan petani adalah Pabrik Gula Trangkil memiliki teknologi yang dapat digunakan untuk mengolah tebu menjadi gula pasir dan petani tebu rakyat mempunyai lahan yang dapat menghasilkan bahan baku gula pasir yaitu tebu. PT. Kebon Agung Unit PG. Trangkil Pati melakukan proses produksi hanya satu kali dalam setahun yaitu antara bulan juni sampai oktober. Berdasarkan studi pendahuluan di PT. Kebon Agung Unit PG. Trangkil Pati pada bulan agustus 2015, hasil observasi dan wawancara dengan ahli K3 306 perusahaan diperoleh hasil bahwa PT. Kebon Agung Unit PG. Trangkil Pati telah berkomitmen dalam menyediakan lingkungan yang paling aman untuk semua karyawan, pengunjung, dan konraktor selama berada di lokasi PT. Kebon Agung Unit PG. Trangkil Pati. Hal tersebut diterapkan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang telah dibuat PT. Kebon Agung Unit PG. Trangkil Pati seperti peraturan tentang kewajiban karyawan dalam menggunakan APD berupa safety helmets, safety shoes, body harness, masker, kacamata, sarung tangan, dan pakaian kerja. Sekitar 80% karyawan tidak menggunakan APD lengkap saat bekerja. APD lengkap tersebut adalah helm dan sepatu yang diwajibkan oleh perusahaan, sedangkan untuk body harness, masker, kacamata, dan sarung tangan menyesuaikan dengan jenis pekerjaannya masing-masing. Sesuai dengan PKB yang menyebutkan bahwa semua karyawan yang berhubungan dengan pekerjaan berbahaya wajib menggunakan APD yang telah disediakan oleh perusahaan, sehingga hal tersebut belum mencapai target perusahaan yaitu 100%. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif-kualitatif. Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Informan utama dalam penelitian ini adalah karyawan bagian produksi. Informan triangulasi dalam penelitian ini adalah Ahli K3, Kepala Bagian Pabrikasi, dan Kepala Bagian Teknik. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara observasi terhadap fasilitas pendukung lalu dilakukan wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan utama. Pengumpulan fakta dari fenomena atau peristiwa peristiwa yang bersifat khusus kemudian masuk pada kesimpulan yang bersifat umum. Keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. Teknik triangulasi dengan sumber membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan pada suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Reliabilitas penelitian dapat dicapai dengan auditing data. Melakukan proses pemeriksaan terhadap alur analisis data untuk mengetahui dan membandingkan rekaman, catatan wawancara dan kesimpulan yang dihasilkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Informan Penelitian ini mengambil 11 orang sebagai informan utama. Semua informan utama berjenis kelamin laki-laki dengan latar belakang pendidikan SMP dan SMA 307 sederajat, rata-rata usia karyawan berumur 31 tahun sampai 50 tahun, masa kerja karyawan paling tinggi adalah 25 tahun dan paling rendah 10 tahun. Usia ke sebelas informan penelitian yaitu antara 31 tahu sampai 50 tahun. Sedangkan untuk informan triangulasi ada 3 orang yaitu Ahli K3, Kepala Bagian Pabrikasi, dan Kepala Bagian teknik, dengan pertimbangan bahwa untuk Ahli K3 merupakan pembuat kebijakan atau program K3 khususnya Alat Pelindung Diri (APD), untuk Kepala Bagian Pabrikasi merupakan jabatan tertinggi Pabrikasi sebagai pengawas K3 serta penyedia Alat Pelindung Diri, kemudian untuk Kepala Bagian Teknik merupakan jabatan tertinggi Teknik sebagai pengawas K3. Semua informan triangulasi berjenis kelamin laki laki dengan usia 38 tahun dan pendidikan terakhirnya adalah S1. Analisis Variabel Individu 1. Pengetahuan Secara keseluruhan tingkat pengetahuan karyawan mengenai APD secara umum sudah cukup baik, meliputi dari pengertian mengenai APD, tujuan dan manfaat menggunakan APD, siapa saja yang wajib menggunakan APD, kapan dan dimana harus menggunakan APD, APD apa saja yang harus digunakan, fungsi APD, dan dampak yang terjadi

apabila tidak menggunakan APD. Namun pengetahuan pada informan utama tersebut masih sebatas pada tingkat memahami, yaitu mampu menjelaskan apa yang disebutkan diatas. Mereka belum mampu mengaplikasikan pengetahuan tersebut ketika mereka bekerja, hal tersebut dibuktikan dengan hasil observasi yang menunjukkan mereka memakai APD yang tidak lengkap saat bekerja. 2. Masa Kerja Sebagian besar karyawan belum mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi akan kedisiplin dan kepatuhan dalam menggunakan APD, khususnya pada saat Dalam Musim Giling (DMG) Empat informan utama mengatakan sudah mandiri menggunakan APD minim seperti masker dan sarung tangan sejak menjadi karyawan PG. Trangkil. Sedangkan 7 informan utama lain mengatakan belum memakai APD secara mandiri dan jarang menggunakan APD ketika bekerja. Informan triangulasi juga sepakat bahwa karyawan belum secara mandiri menggunakan APD dan ada beberapa karyawan yang tidak disiplin dalam menggunakan APD. Informan triangulasi juga menambahkan, pengawasan lemah pada saat musim giling karena pengawas K3 sulit 308 membedakan antara karyawan dan supir truk pengangkut tebu. Analisis Variabel Organisasi 1. Sarana Sarana yang dimiliki sudah cukup memadai, dengan tidak adanya kekurangan stok APD, maka dapat dipastikan setiap karyawan tidak pernah mengalami kesulitan dalam mendapatkan APD. Sarana bagi karyawan merupakan hal yang sangat penting untuk menunjang keefektifan program APD. Meskipun sarana yang ada cukup memadai, kebiasaan dari karyawan yang kurang disiplin dalam menggunakan APD ketika bekerja membuat keberlangsungan program dapat berjalan kurang efektif. 2. Sosialisasi Pihak perusahaan mengadakan sosialisasi program APD setiap tahun sekali pada awal musim giling. Namun sosialisasi tersebut tidak diberikan untuk semua karyawan, hanya pihak berkepentingan seperti kepala bagian dan kepala regu yang mengikuti sosialisasi. Sistem sosialisasinya terpusat di bagian personalia Tata Usaha dan Keuangan (TUK). Materi yang disampaikan dalam sosialisasi meliputi ketersediaan APD yang ada diperusahaan, kapan waktu penggunaannya, peraturan APD yang

berlaku di perusahaan, serta sanksi yang berlaku diperusahaan. Kelemahan dari sistem sosialisasi seperti itu adalah tidak adanya kontrol dari bagian TUK, pabrikasi, dan teknik untuk mengetahui apakah kepala regu sudah menyampaikan kepada anggotanya sesuai dengan sosialisasi yang sudah didapatkan atau tidak. 3. Pengawasan Tidak ada pengawasan secara rutin dan ketat yang dilakukan oleh pengawasan K3, hal tersebut dibuktikan dengan hasil wawancara mendalam dengan informan utama dan hasil observasi yang dilakukan peneliti selama melakukan penelitian. Informan utama mengatakan tidak ada pengawasan yang ketat pada saat Dalam Musim Giling (DMG), baik itu pengawasan dari atasannya langsung dalam hal ini adalah kepala regu, maupun pengawasan dari bagian TUK, pabrikasi, dan teknik. Hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan informan triangulasi yang mengatakan bahwa sistem pengawasan dilakukan rutin setiap hari, yaitu turun langsung ke lokasi atau lapangan sampai ditempat tersembunyi seperti disudut-sudut yang tidak terbiasa orang lihat juga akan dilakukan sidak. Adanya perbedaan pendapat antara informan utama dan informan triangulasi menunjukkan 309 bahwa pengawasan belum dilakukan secara maksimal dan terkoordinir dengan baik. Analisis Variabel Psikologis 1. Sikap Sikap informan utama mempunyai tanggapan positif tentang adanya peraturan mengenai program APD. Informan utama mengatakan bahwa kesalamatan adalah kebutuhan saat bekerja, sehingga dengan adanya peraturan yang mewajibkan pengunaan APD membuat perasaan karyawan menjadi aman dan terlindungi. Pendapat informan triangulasi sesuai dengan tanggapan informan utama yang mengatakan bahwa tanggapan karyawan positif mengenai peraturan yang mewajibkan penggunaan APD. Namun mereka tidak mampu mengaplikasikan sikap tersebut ketika mereka bekerja. Dibuktikan dengan hasil observasi yang menunjukkan mereka tidak menggunakan APD lengkap saat bekerja. 2. Motivasi Motivasi karyawan dalam menerapkan program APD dalam hal ini adalah pemberian reward dan punishment dari perusahaan yang diberikan secara berkala. Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan, tidak ada reward dan punishment untuk program

APD. Reward yang ada adalah reward untuk kinerja karyawan dan masa bakti. Sedangkan punishment yang ada adalah berupa teguran dan belum mengarah ke sanksi, karena didalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) sendiri masih belum menyebutkan hal tersebut. KESIMPULAN 1. Karyawan PG. Trangkil mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang APD. Mulai dari pengertian, tujuan dan manfaat, siapa saja yang harus menggunakan, kapan dan dimana, APD apa saja yang harus digunakan ketika bekerja, fungsi, serta dampak yang dialami jika tidak menggunakan APD. 2. Hampir sebagian besar karyawan tidak menggunakan APD lengkap saat bekerja. APD lengkap tersebut adalah helm dan sepatu yang diwajibkan oleh perusahaan. 3. PG. Trangkil sudah menyediakan APD secara lengkap dan gratis untuk semua karyawan sesuai dengan jumlah karyawan. 4. Sosialisasi mengenai program APD diadakan setiap tahun sekali pada awal musim giling. Sosialisasi tidak diberikan untuk semua karyawan, namun hanya kepala regu dan kepala bagian saja yang mengikuti. 310 5. Pasa saat musim giling pengawasan yang dilakukan oleh pengawas K3 dan kepala regu tidak dilakukan secara rutin dan ketat, sehingga banyak karyawan yang melanggar peraturan. 6. Tanggapan dari semua karyawan mengenai program APD adalah positif, namun untuk kesadaran dan aplikasinya masih kurang. Ketidaknyamanan saat menggunakan APD juga mempengaruhi pemakaian APD secara tidak lengkap. 7. Tidak ada program reward dan punishment untuk program APD. Reward yang ada adalah reward untuk kinerja karyawan dan masa bakti. Sedangkan punishment hanya sebatas teguran secara lisan dan belum mengarah ke sanksi. DAFTAR PUSTAKA 1. Sahab, Syukri. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Bina Sumber Daya Manusia, 1997. 2. Wibowo, A. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri di Areal Pertambangan PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2010. [Skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

3. Iqbal M.S, Mochammad. Gambaran Faktor-faktor Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja di Departemen Metalforming PT. Dirgantara Indonesia (Persero). [Skripsi]. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014. 4. Absari, Rafika. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Bagian Produksi Kulkas/Freezer di PT. Sharp Elektronik Indonesia Tahun 2006. Depok: Universitas Indonesia, 2006. 5. Holder, Peden M, Krug E. Injury Surveillance Guidelines. Geneva: World Health Organization, 2001. 311