1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh dari hasil pengolahan susu dan penjualan anakan. Sebagai pendapatan sampingan, feses yang dihasilkan setiap hari diolah menjadi pupuk organik. Selain itu, untuk memanfaatkan feses tersebut digunakan teknologi biogas yang dapat mengurai feses ternak menjadi gas. Teknologi biogas ialah teknologi tepat guna yang mudah digunakan oleh masyarakat dan dipraktekkan, termasuk membangun ruang (instalasi) kedap udara tempat penguraian bahan-bahan organik (kotoran ternak). Kabupaten Enrekang merupakan salah satu sentra sapi perah di Sulawesi Selatan. Ternak perah sudah ada sejak lama di Kabupaten Enrekang. Ternak perah sangat cepat berkembang, karena Kabupaten Enrekang merupakan daerah pegunungan dan memiliki lahan yang luas untuk menanam pakan ternak. Selain itu, salah satu makanan khas masyarakat di Kabupaten Enrekang berbahan dasar susu yaitu dangke. Populasi ternak perah di Kabupaten Enrekang sebanyak 1100 ekor yang tersebar di beberapa Kecamatan. Jika satu ekor sapi perah menghasilkan feses antara 25 35 kg/hari, maka jumlah feses yang dihasilkan seluruh ternak perah setiap hari di Kabupaten Enrekang mencapai 27,5 37,5 ton/hari. Jumlah tersebut akan bertambah terus mengingat populasi sapi perah di Kabupaten Enrekang semakin besar. Satu kilogram kotoran ternak dapat menghasilkan 60 liter biogas. Oleh karen itu, jika semua feses ternak sapi perah yang dihasilkan setiap hari di Kabupaten Enrekang diolah menjadi biogas, maka akan diperoleh kurang lebih 1.650.000 liter biogas atau 1.650 m 3 biogas/hari. Memasak selama satu jam membutuhkan kurang lebih 500 liter biogas, jadi potensi feses tersebut dapat digunakan memasak selama 3300 jam dan jika setiap keluarga memasak selama
2 tiga sampai empat jam/hari, maka potensi biogas itu dapat digunakan oleh 1100 keluarga/hari. Feses ternak perah yang diolah dengan benar akan memberikan keuntungan bagi peternak. Contohnya, pengolahan feses menjadi pupuk organik dan pemanfaatan feses untuk biogas. Teknologi biogas merupakan teknologi yang memanfaatkan feses ternak menjadi gas. Gas hasil biogas terbentuk dari proses fermentasi feses ternak yang dicampur dengan air dan disimpan pada kondisi kedap udara. Gas yang dihasilkan dapat terbakar sehingga cocok digunakan sebagai bahan bakar untuk memasak. Feses ternak jika dibiarkan menumpuk akan menimbulkan banyak masalah seperti; bau yang tidak sedap, sumber penyakit, dan jika dibuang ke sungai akan menimbulkan pencemaran lingkungan, serta membuat lingkungan sekitar kandang menjadi kotor. Pemerintah mencoba memperkenalkan teknologi biogas untuk membantu peternak dalam mengolah limbah peternakan. Biogas merupakan teknologi sederhana yang sudah ada sejak lama dan digunakan untuk memfermentasikan feses menjadi gas. Di Indonesia, biogas sudah ada sejak 1970-an. Beberapa kelebihan jika menggunakan teknologi biogas dibanding menggunakan minyak tanah, LPG, atau kayu bakar, diantaranya mengubah feses menjadi energi, mengurangi pencemaran lingkungan, menjaga kesehatan masyarakat yang ada di sekitar peternakan, pembuatannya relatif mudah, biaya relatif murah, alat-alat dan bahan dasarnya mudah diperoleh, mengurangi pengeluaran rumah tangga dan limbah biogas dapat digunakan sebagai pupuk cair dan pupuk padat. Di Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan, ada sekitar 242 orang yang mengelola usaha peternakan sapi perah. Semua tersebar di beberapa kecamatan. Kepemilikan rata-rata sapi perah di Kabupaten Enrekang antara 2 10 ekor. Feses yang dihasilkan oleh dua ekor dapat menghasilkan biogas untuk memasak kebutuhan sebuah keluarga. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak dalam menggunakan teknologi biogas, menjadi kendala yang menghambat diadopsinya biogas di kalangan peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang.
3 Masalah Penelitian Biogas merupakan teknologi lama yang telah banyak dikembangkan di Kabupaten Enrekang. Kurangnya pengetahuan dan keterampilan peternak tentang teknologi biogas menjadi salah satu faktor penyebab teknologi ini belum berkembang. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Faktor apakah yang berhubungan dengan adopsi peternak sapi perah tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan? 2. Seberapa besar hubungan karakteristik peternak dengan persepsi peternak tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan? 3. Seberapa besar hubungan karakteristik peternak dengan sikap peternak tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan? 4. Seberapa besar hubungan karakteristik peternak dengan adopsi peternak tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan? 5. Seberapa besar hubungan karakteristik peternak dengan persepsi, sikap dan adopsi peternak tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan? Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa alasan untuk menentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi teknologi biogas di kalangan peternak sapi perah. Adopsi merupakan proses pengambilan keputusan yang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi peternak sapi perah tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. 2. Menentukan hubungan karakteristik peternak dengan persepsi peternak tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. 3. Menentukan hubungan karakteristik peternak dengan sikap peternak pada teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.
4 4. Menentukan hubungan karakteristik peternak dengan adopsi teknologi oleh peternak tentang teknologi biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. 5. Menentukan hubungan bersama karakteristik, persepsi dan sikap peternak dengan adopsi teknologi biogas peternak di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan informasi kepada orang lain terutama dinas-dinas atau instansi pemerintahan terutama yang ada di Kabupaten Enrekang dan Sulawesi Selatan umumnya. Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Bahan informasi dalam pengembangan teknologi biogas, sehingga dalam pengembangannya dapat diketahui faktor-faktor yang selama ini mempengaruhi peternak sapi perah dalam mengadopsi teknologi Biogas di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan 2. Bahan masukan kepada pihak yang terkait, khususnya Dinas Peternakan dan Pertanian serta Dinas Pertambangan yang selama ini membantu peternak dalam pemanfaatan limbah ternak. Sehingga feses yang selama ini tidak dimanfaatkan dapat memberikan nilai tambah bagi peternak sapi perah. 3. Bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya, sehingga biogas tidak hanya memanfaatkan feses ternak, tetapi juga memanfaatkan limbah rumah tangga dan pertanian untuk biogas, khususnya di Kabupaten Enrekang dan Sulawesi Selatan pada umunya.
5 Definisi Istilah Definisi istilah di bawah untuk memberikan suatu batasan tentang konsep yang digunakan dalam penelitian. Penelitian ini diharapkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi teknologi biogas oleh peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Faktor tersebut ialah sebagai berikut: Karakteristik peternak (X1) Karakteristik peternak ialah bagian dari individu peternak yang mendasari tingkah laku peternak, faktor ini terdiri dari: 1. Umur adalah jumlah tahun yang dihitung sejak peternak lahir sampai ke tahun terdekat pada saat pengamatan dilakukan. 2. Pendidikan adalah jumlah tahun pendidikan yang ditempuh peternak. 3. Pendapatan adalah besarnya penghasilan yang diterima peternak dalam sebulan, yang dihitung dalam rupiah. 4. Motivasi adalah jumlah skor keinginan yang mendorong peternak untuk menggunakan biogas. 5. Pengalaman beternak adalah jumlah tahun peternak menjalankan usaha peternaknnya. 6. Jumlah kepemilikan ternak adalah jumlah satuan ternak (ST) sapi perah seorang peternak. 7. Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang masih tinggal dalam satu rumah. 8. Intensitas kontak dengan kelompok adalah banyaknya pertemuan kelompok yang dihadiri peternak dalam tiga bulan terakhir. 9. Intensitas kontak dengan penyuluh adalah frekuensi peternak bertemu dengan penyuluh biogas dalam tiga bulan terakhir. 10. Jarak instalasi biogas ke dapur peternak adalah jarak antara instalasi biogas (khususnya penampung feses) dengan dapur peternak, (dalam meter).
6 Persepsi Peternak Pada Teknologi Biogas (X2) Persepsi ialah skor pemahaman peternak tentang teknologi biogas, yang meliputi: 1. Keuntungan relatif adalah apakah biogas lebih menguntungkan dibanding minyak tanah, LPG, bensin, dan kayu bakar. 2. Kompatibilitas adalah kesesuaian teknologi biogas dengan peternak lain. 3. Kompleksitas adalah tingkat kerumitan teknologi biogas. 4. Trialibilitas adalah kemudahan teknologi biogas untuk dicoba dalam skala kecil. 5. Observabilitas adalah hasil dari teknologi biogas dapat diamati. Sikap Peternak Pada Teknologi Biogas (X3) Sikap ialah skor yang menafsirkan kecendrungan peternak bertingkahlaku dalam mengadopsi teknologi biogas, yang terdiri dari: 1. Aspek kognisi merupakan kepercayaan individu mengenai teknologi biogas. 2. Aspek afeksi merupakan perasaan individu terhadap teknologi biogas. 3. Aspek konasi menunjukkan bagaimana kecenderungan bertingkahlaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan teknologi biogas. Adopsi Teknologi Biogas (Y) Adopsi teknologi biogas oleh peternak sapi perah yaitu akor atau adopsi biogas oleh peternak sapi perah yang menggunakan teknologi setiap hari.