BAB I PENDAHULUAN. (al-qattan, 1973: 11). Di dalam al-qur an Allah menjelaskan beberapa ketentuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. samawi lain yang datang sebelumnya. Allah Swt. mewahyukan al-quran kepada

Cece Abdulwaly. Diterbitkan oleh: melalui:

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia. Ayat Al-Qur an yang ditulis dalam bahasa Arab kemudian

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebuah instansi, organisasi maupun lembaga-lembaga lainnya. Adapun

BAB I PENDAHULUAN. posisi itu selalu didambakan oleh semua orang yang benar dan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an diturunkan kepada Nabi Muhammad secara berangsur-angsur yaitu

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam hal menanamkan akhlāqul karīmah kepada anak didik.

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Al-Qur an diturunkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. guna meraih bekal-bekal keilmuan untuk keberlangsungan hidupnya. Islam

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini, karena tiada ilmu yang lebih utama untuk dipelajari oleh umat

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manusia pertama, sebagaimana al-qur an menyatakan. berkembang sesuai dengan kondisi dan konteks lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

BAB 1 PENDAHULUAN. bukunya Praktikum Qira at adalah Kalam Allah yang mengandung mukjizat

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

ANGKET INTENSITAS MENGHAFAL AL-QUR AN PERNYATAAN DAN PERTANYAAN ANGKET

Bab I. Pendahuluan. yang saling menghormati dan menghargai tidak akan terbentuk jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah diajarkannya cara menulis Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

Oleh : Ahmad Abdillah NPM:

BAB I PENDAHULUAN. Allah, iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Rasul-rasul

BAB I PENDAHULUAN. diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan diri murid secara optimal. Pendidikan adalah proses merubah. pengajaran dan pelatihan (Suryani, 2012: 8).

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. menghayati kandungan isinya. Buta aksara membaca al-qur an ini

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. persaingan di berbagai negara. Dengan bantuan dari berbagai media, pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH PILIHAN DOA IFTITAH MENURUT PUTUSAN TARJIH MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan primer manusia sebagai makhluk sosial bahkan pada situasi tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

MODEL KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN PELAYANAN IBADAH UMRAH PADA PT AN-NAMIRA ALMA MULIA KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB IV. Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 2 Tahun 2008 Tentang Partai. Politik, dalam pasal 1 ayat (1) yang berbunyi : Partai politik adalah

BAB I PENDAHULUAN. orang yang berhasil di Masyarakat. Keluarga terdiri dari ayah ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. ujian-nya. Kebahagiaan dan kesedihan merupakan salah satu bentuk ujian

BAB I PENDAHULUAN. keinginan-keinginan untuk tetap survive dalam meniti masa depan dan cita-cita.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma

والنظرية الرتبوية اإلسالمية ادلستمد من الكتاب والسنة- أي منتشريع اإلسال م الكلي للوجود اإلنساين وعال قا ته با خلا لق والكوان واحلياة...

BAB 1 PENDAHULUAN. Adanya kemunduran umat Islam tidak lain disebabkan oleh kemiskinan ilmu.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karakter manusia pada dasarnya sudah dijamin oleh Allah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diyakini oleh setiap orang mukmin. Beriman kepada kitab Allah adalah salah satu

(Studi Komparatif Antara Al-Maraghi dan Al-Ghazali)

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik. kedewasaan dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya.

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas manusianya

MODEL PEMBELAJARAN HAFALAN JUZ 30 PADA SISWA MI AL-JIHAD KARANGGEBANG JETIS PONOROGO TAHUN 2017/2018

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING AND COMPOSITION

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP LEMBAGA AMIL ZAKAT (LAZ)

A. LATAR BELAKANG MASALAH

HUBUNGAN SABAR MENURUT IMAM AL-GHAZALI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-nas. Sebagai pedoman bagi

1. Lailatul Qadar adalah waktu diturunkannya Al Qur an

PROBLEMATIKA MURAJA AH HAFALAN ALQURAN DI PONDOK PESANTREN TAHFIDZ ALQURAN SITI KHADIJAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. guru harus memiliki kemampuan profisional. Salah satu kemampuan profesional

PENANAMAN NILAI- NILAI AGAMA DAN MORAL PADA ANAK USIA DINI (STUDI KASUS DI TK RA-MARYAM KECAMATAN KESUGIHAN CILACAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015)

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat Islam setelah puasa wajib. Disebut dianjurkan karena orang yang

Iman Kepada Kitab-Kitab Allah Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad Alu Abdul Lathif

As-hamad, Penguasa Yang Maha Sempurna dan Tempat Bergantung Segala Sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. peluang sebesar-besarnya kepada setiap anak Indonesia, untuk memperoleh

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, berketerampilan, dan berakhlak mulia. hubungan ini tepat sekali ajaran agama Islam yang menjunjung tinggi ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi kehidupan manusia. diwajibkan untuk mempelajari mendalami serta mengamalkannya.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan anak yang lahir dalam keadaan fitrah atau suci :

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I. Pendahuluan. munkar, berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur an dan Sunnah Nabi

BAB I PENDAHULUAN. yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya, Nabi mulia Muhammad SAW. Kitab suci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. dipatuhi tetapi juga tauhid, akhlak dan muamalah, misalnya ketika seseorang ingin

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

MANAJEMEN KEPALA MADRASAH DALAM PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI

PERAN BAITUL ARQOM DALAM MENANAMKAN FONDASI KARAKTER ISLAM (STUDI MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik berada dalam

PROBLEMATIKA DAN PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR KEMUHAMMADIYAHAN DI SMP MUHAMMADIYAH 9 NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menurunkan al-qur an sebagai pedoman dan kitab suci bagi manusia (al-qattan, 1973: 11). Di dalam al-qur an Allah menjelaskan beberapa ketentuan ibadah, kisah-kisah umat terdahulu, nilai-nilai akhlak, balasan terhadap manusia yang taat, dan manusia yang enggan untuk beribadah, dan hukum-hukum halalharam, maupun hukum pidana dan perdata. Sebagai kitab suci yang kompleks dan mengatur semua aspek, Allah mengutus nabi Muhammad sebagai penjelas dan penyampai kepada manusia (al- Qattan, 1973: 12). Rasulullah diutus ke dunia ini memiliki misi untuk menunjukkan manusia kepada jalan yang lurus dan terang, yaitu jalan yang dipandu oleh al- Qur an. Maka, manusia yang beriman kepada Allah dan Rasulullah tidak akan tahu isi kandungan al-qur an tanpa memperbanyak berinteraksi dengan al-qur an. Berinteraksi dengan al-qur an memiliki cara yang berbeda dengan berinteraksi dengan mausia. Al-Qur an merupakan kalāmullāh, sedangkan manusia adalah khalqullāh, sehingga cara berinteraksi dengan keduanya tentu berbeda. Berinteraksi dengan al-qur an bisa dilakukan dengan memperbanyak intensitas belajar, membaca, mentadaburi, mengartikan, membaca tafsir, mempelajari tafsir, menghafal, menafsirkan, dan lain-lain.

2 Allah telah menyebutkan di dalam al-qur an bahwa al-qur an telah dipermudah untuk dipelajari. Dalam surat al-qamar Allah menyebutkan sebanyak empat kali, yaitu ayat 17, 22, 32, dan 40 dengan redaksi yang sama. و ل ق د ي س ر ن ا ال ق ر آن ل لذ ك ر ف ه ل م ن م د ك ر Dan sungguh, telah Kami mudahkan al-quran untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran? Dalam menafsirkan ayat ini, Nashir as-sa di menjelaskan: dari segi lafazhnya, Allah telah mempermudah untuk di hafal dan diamalkan, dari maknanya Allah telah mempermudah untuk di fahami dan dipelajari, karena al-qur an adalah sebaik-baik kata-kata, sebenar-benarnya makna, dan sejelas-jelasnya tafsir. Maka semua hal yang diambil dari al-qur an akan Allah mudahkan dalam menggapai tujuannya (as- Sa di, 2000: 529). Menghafal al-qur an memiliki banyak keutamaan. Keutamaan bagi para penghafal Qur an telah dijelaskan dalam banyak hadis. Di antara keutamaan orang yang menghafal al-qur an adalah: mendapatkan keridhaan Allah, mendapatkan mahkota keagungan, dan mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah (Syadi, 2016: 31-36). Dalam kehidupan nyata pun, para penghafal Qur an telah terbukti memiliki tempat di hati masyarakat. Seorang penghafal Qur an akan lebih dihargai, dihormati, dan tidak sedikit lembaga yang memberikan beasiswa kepada para penghafal al-qur an. Berdasarkan pengalaman sejarah pun, para penghafal Qur an memiliki keutamaan-keutamaan dalam jabatan keduniaan. Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, diangkatlah Ibnu Abza sebagai pemimpin Mekah karena Ibnu Abza

3 merupakan seorang penghafal qur an, meskipun merupakan seorang mantan budak. Seorang hafidz Qur an lebih berhak untuk menjadi imam dalam salat, menjadi anggota dewan syura, dan lebih diutamakan penguburannya daripada sahabat yang tidak hafal al-qur an (Syadi, 2016: 39-45). Mengetahui keutamaan menghafal al-qur an tersebut, tidak sedikit orang tua yang kemudian memiliki cita-cita mempunyai seorang anak yang hafal al- Qur an. Langkah yang ditempuh oleh orang tua untuk mewujudkan impiannya tersebut adalah dengan mencari sekolah, madrasah, rumah tahfidz, maupun pondok-pondok dengan basis hafalan Qur an. Selain itu, orang tua akan merasa bahagia dan bangga jika memiliki anak yang diberi kelebihan berupa kesanggupan menghafal al-qur an. Ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi, jawabannya adalah al-qur an. Dari jawaban Aisyah tersebut, bisa difahami bahwa bentuk aplikasi nyata akhlakakhlak dalam al-qur an adalah perilaku yang ditunjukkan oleh Nabi. Maka sebagai seorang penghafal Qur an tentu memiliki kode etik dalam berperilaku, yang tergambar dari akhlak Rasulullah SAW karena telah diberi kelebihan bisa menghafal dan mempelajarinya (Syadi, 2016: 129). Memiliki rasa hormat terhadap guru merupakan salah satu contoh akhlak yang terpuji. Guru, pengajar, pendidik, dosen, merupakan ayah kedua yang dimiliki oleh seorang anak. Dalam Islam, orang yang dianggap ayah ada dua, yakni ayah karena nasab, dan ayah karena agama. Seorang pendidik, merupakan ayah karena agama, karena ilmu yang diberikannya kepada anak didiknya. Oleh karena itu,

4 seorang anak didik hendaknya memiliki hubungan yang baik, dan rasa hormat yang tinggi kepada guru, maupun orang yang mendidiknya (Syadi, 2016: 129). Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) merupakan sebuah lembaga pengkaderan yang berada di bawah naungan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. PUTM merupakan sebuah lembaga yang memiliki tujuan untuk mencetak kader ulama (Umarah, 2016: 2). Dalam proses dan tingkat pendidikannya, PUTM setara dengan perguruan tinggi. Namun, karena PUTM merupakan sebuah lembaga pengkaderan Muhammadiyah maka materi yang disampaikan tidak sama dengan materi yang disampaikan di perguruan tinggi pada umumnya. Salah satu materi yang diajarkan di PUTM yang berbeda dengan yang diajarkan pada mahasiswa umum adalah materi hafalan Qur an, meskipun bukan merupakan pondok tahfidz. Walaupun dalam prosesi pendidikan PUTM menerapkan kewajiban menghafal al-qur an, tetapi target yang diinginkan memiliki skala yang sangat kecil jika dibandingkan dengan isi keseluruhan al- Qur an. Namun demikian, tidak sedikit ṭalabah atau mahasiswa yang menghafalkan al-qur an di luar target yang harus dicapai dalam pembelajaran. Ṭalabah PUTM yang hanya mengikuti standar hafalan dalam pembelajaran saja, akan memiliki kuantitas yang terbatas pada kurikulum. Namun, bagi ṭalabah yang menambah intensitas menghafal pribadi akan memiliki hafalan yang lebih banyak. Dari pengamatan penulis mengenai kebiasaan menghafal al-qur an

5 ṭalabah PUTM, peneliti mengambil sebuah asumsi bahwa tingkat intensitas menghafal al-qur an ṭalabah PUTM Putra berbeda. Idealnya seorang penghafal al-qur an memiliki sikap yang baik terhadap gurunya, dan juga orang lain karena beban mental dalam dirinya sebagai penghafal al-qur an. Namun, setelah melakukan observasi, peneliti tidak mendapati idealitas tersebut secara totalitas. Maka akan sangat menarik untuk menguji para penghafal Qur an dari sisi seberapa besar dampak intensitas menghafal al-qur an terhadap salah satu nilai yang terkandung dalam al-qur an, yaitu rasa menghormati seorang ahli ilmu. Namun, dalam penelitian kali ini peneliti hanya akan membatasi penelitian pada akhlak seorang murid (dalam konteks ini ṭalabah PUTM) dalam menghormati ustad, dan musyrif yang berperan aktif dalam institusi tersebut. Sejauh pengamatan peneliti terhadap para ṭalabah penghafal Qur an, terksusus di PUTM putra, memiliki sifat, sikap, dan rasa hormat yang beragam kepada ustad yang mengajarkan materi di kelas, maupun musrif sebagai pembina asrama. Beberapa ṭalabah akan menyempatkan diri untuk berjabat tangan, mengucap salam, menyapa dengan sapaan hangat, bahkan membantu ustad membawakan peralatan mengajarnya sebelum pelajaran dimulai. Namun, beberapa ṭalabah yang lain tidak peduli dengan kehadiran seorang ustad, dan tidak menghormati kehadiran ustad di dalam kelas, dan beberapa kali ada ṭalabah yang berperilaku tidak layak kepada pembina asrama. Dari sini, peneliti ingin menelusuri adakah pengaruh intensitas menghafal al-qur an para ṭalabah PUTM terhadap rasa hormatnya kepada ustad sebagai pengajar, maupun musyrif sebagai pengasuh.

6 B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, penulis merumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah intensitas menghafal al-qur an ṭalabah PUTM? 2. Bagaimana sikap ṭalabah PUTM Putra terhadap ustad dan musyrif? 3. Seberapa besarkah pengaruh intensitas menghafal al-qur an ṭalabah PUTM Putra terhadap rasa hormat ṭalabah kepada ustad dan musyrif? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk: 1. Mengetahui data intensitas menghafal al-qur an para ṭalabah di PUTM 2. Meneliti sikap ṭalabah PUTM Putra terhadap ustad dan musyrif asrama 3. Mengetahui pengaruh intensitas menghafal al-qur an terhadap rasa hormat ṭalabah PUTM dengan dosen, ustad, maupun musyrif pembina asrama. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini dapat digunakan sebagai berikut: 1. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini bertujuan untuk mengukur seberapa besar pengaruh intensitas menghafal al-qur an terhadap rasa hormat ṭalabah PUTM kepada para ustad dan musyrif. Selain itu, jika hasil penelitian membuktikan bahwa jika semakin banyak intensitas menghafal al-qur an tidak berpengaruh terhadap sopan santun seorang ṭalabah kepada para ustad dan musyrif, maka ada sisi-sisi yang harus dibenahi dalam aspek yang lain. Namun jika hasil

7 menunjukkan sebaliknya, maka harus ditambah intensitas menghafal dengan cara menambah target hafalan para ṭalabah agar tercapai suasana harmonis antara pendidik dan peserta didik. Selain itu, penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap penanaman akhlak di PUTM 2. Secara Teoritis Secara teoritis, diharapkan dari penelitian ini akan memberikan sumbangan kepada para pengajar, maupun pendidik berupa sebuah metode mendidik ṭalabah PUTM khususnya, dan secara luas kepada semua peserta didik dalam merekonstruksi akhlak dan sopan-santun siswa terhadap guru, maupun pendidik lainnya, dengan al-qur an yang dijaga di dalam hati dan diaplikasikan dalam kehidupan riil. E. Sistematika Pembahasan Penelitian ini akan disusun dengan membaginya kepada tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, pembahasan, dan kesimpulan, yang akan dituangkan dalam lima bab, yang masing-masing bab memiliki pokok bahasan tersendiri dan saling berkaitan antara satu bab dengan bab yang lain. Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi pendahuluan mengenai latar belakang munculnya masalah sehingga menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan. Bab II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teoritik. Bab ini berisi telaah pustaka, yaitu penelitian-penelitian sebelum penelitian ini yang membahas hal-hal

8 yang mirip dengan penelitian ini, dan akan diuraikan kerangka teoritik yang sesuai berdasarkan tema yang diangkat. Bab III Metode Penelitian. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan metode dalam pembahasan penelitian ini, seputar jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, pengolahan, dan analisis data. Bab IV Hasil dan Pembahasan. Dalam bab ini akan penulis paparkan analisis pengaruh intensitas menghafal Qur an terhadap rasa hormat ṭalabah PUTM Putra kepada ustad, dan musyrif selaku pengurus di asrama. Bab V Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir yang akan memberikan kesimpulan dari pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini akan diuraikan jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan dimuka, saran bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti seputar PUTM, dan kesimpulan.