BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB XII PERILAKU MENYIMPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan salah satu periode penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

Faktor-faktor Penyebab Kenakalan Remaja di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Gunungkidul

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. touring. Namun, geng motor telah bergeser dari kumpulan hobi mengendarai motor menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

FAJAR DWI ATMOKO F

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sedang mencari-cari figur panutan, namun figur itu tidak ada didekatnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA KARENA KENAKALAN REMAJA DI RT RW VI KELURAHAN DARMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja berasal dari bahasa latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan tersebut, salah satu fase penting dan menjadi pusat

BAB I PENDAHULUAN. sering dikatakan sebagai kelompok umur bermasalah (the trouble teens). Hal inilah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari sudut pandang perkembangan manusia, siswa SMA berada pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

2015 UPAYA GURU PENJASORKES DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN SISWA SMA/SMK SE- KECAMATAN MARGAHAYU KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rinci masa remaja dibagi ke dalam 3 tahap yaitu: usia tahun adalah masa

BAB I PENDAHULUAN. dengan mudahnya mengakses berbagai informasi, pengetahuan penggunaan

A. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa dimana seseorang akan mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan kemudahan

DAMPAK PERILAKU PENGGUNAAN MINUMAN KERAS DI KALANGAN REMAJA DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. budaya di negara kita sehingga menimbulkan keresahan di masyarakat. Menurut Kartini Kartono (2010: 21) pada umumnya bentuk perilaku

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. alat-alat reproduksi tersebut sudah berfungsi secara sempurna pula. Perubahan

KENAKALAN REMAJA DAN PENANGANANNYA

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa remaja, kemudian masa dewasa. Masa remaja adalah masa. fisik, kognitif dan sosial emosional (Santrock, 2003).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan masyarakat, tak hanya masyarakat di perkotaan, masyarakat didesapun mulai merasa resah dengan perilaku ini. Dalam satu dekade terakhir ini kenakalan remaja semakin semarak dan menarik perhatian masyarakat. Fakta menarik dari Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2009 menyebutkan bahwa 7% dari pelaku penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Bahan zat adiktif (Narkoba) dari tahun 2001 hingga tahun 2008 di Indonesia merupakan remaja berusia kurang dari sembilan belas tahun. Disimpulkan pula bahwa, rata-rata kenaikan jumlah kasus penyalahgunaan narkoba ini kurang lebih sekitar 2% tiap tahunnya. Jumlah remaja di Indonesia kurang lebih mencapai 65 juta remaja, hal ini sangat membahayakan untuk remaja yang ada di Indonesia dengan melihat data yang seperti demikian. Data lain yaitu fakta yang ditemukan pada tahun 2006 oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Nasional (PKBI), United Nation Population Fund (UNFPA), dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatatkan bahwa 15% dari remaja berusia 10-24 tahun di Indonesia, kurang lebih 9,3 juta remaja, telah melakukan hubungan seksual di luar nikah. Sedangkan masih menurut lembar fakta yang sama, terdapat 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia. Lebih mencengangkan lagi, sekitar 20 persen dari kasus aborsi tersebut atau sekitar 460 ribu kasus dilakukan oleh remaja.

Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti terhadap empat siswa SMAN 1 Kepohbaru di menunjukkan adanya perilaku kecenderungan kenakalan remaja pada umumnya, seperti pernah merokok sembunyi-sembunyi, menonton film porno, membolos sekolah dan keluyuran hingga larut malam. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan salah satu guru yang mengatakan bahwa pada umumnya kenakalan yang dilakukan oleh siswa pada umumnya adalah membolos, tidak mengikuti peraturan yang berlaku di sekolah, berkelahi baik dengan sesama teman maupun antar sekolah. Selain itu, di temukan aksi kenakalan remaja tindakan dan kebiasaan yang dapat dipandang sebagai perbuatan nakal, baik yang biasa dilakukan dalam kehidupan keluarga sendiri maupun dalam kehidupan masyarakat, seperti di sekolah, contohnya seperti suara yang mengganggu dan memainkan gitar di waktu malam di saat orang lain sedang tidur (beristirahat), membunyikan knalpot sepeda motor dengan keras, mengendarai sepeda motor bergandengan atau ngebut di jalan umum sepulang sekolah, berdiri di pinggir jalan dan mengganggu setiap lawan jenis yang lewat, remaja pria maupun wanita secara sembunyi-sembunyi mencoba merokok dan sebagainya adalah sebagian dari kenakalan remaja yang pernah dilakukan oleh siswa SMAN 1 Kepohbaru.(Hasil wawancara dan observasi pada 22 maret 2014) Kenakalan remaja atau dalam istilah asing sering disebut dengan juvenile delinquency maka kenakalan remaja merupakan hasil dari mengasuh yang keliru atau contoh (model) yang dijadikan contoh oleh anak tidak sesuai. Sehingga sikap anak dalam berpikir rasional dan fleksibel, sangat dipengaruhi oleh bagaimana anak melakukan imitasi terhadap apa yang dilihatnya. Ketika anak sudah mulai mampu menerima dan mengolah rangsang dari luar, saat itulah ia mulai mengatur

pola berpikir dan pola perilakunya dalam menghadapi setiap masalah yang harus segera dipecahkannya. Menurut Hurlock kenakalan anak dan remaja bersumber dari moral yang sudah berbahaya atau beresiko (moral hazard). Menurutnya, kerusakan moral bersumber dari: 1. Keluarga yang sibuk, keluarga retak, dan keluarga single parent dimana anak hanya diasuh oleh ibu; 2. menurunnya kewibawaan sekolah dalam mengawasi anak; 3. Peranan gereja tidak mampu manangani masalah moral. Menurut Kartono (2006), kenakalan remaja adalah gejala sakit (patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu pengabaian sosial, sehingga anak remaja mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang. Kenakalan remaja yaitu kelainan tingkah laku, perbuatan atau tindakan remaja yang bersifat asosial bahkan anti sosial yang melanggar norma-norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku dalam masyarakat (Willis, 2005). Dalam proses tumbuh-kembang seseorang masa remaja merupakan masa yang paling penting dalam semua fase proses pertumbuhan dan perkembangan manusia. Selain itu, salah satu alasan mengapa masa remaja menjadi masa yang penting dan menjadi salah satu pusat perhatian para pakar psikologi perkembangan, sosial maupun pendidikan adalah karena adanya masa transisi. Masa transisi adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak kemasa remaja dan masa transisi inilah yang menjadikan emosi remaja kurang stabil (storm and stress). Masa transisi ini menurut Ray (2008, dalam www.yoyooh.com) memungkinkan dapat menimbulkan masa krisis yang biasanya ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang atau dalam studi

psikologi sosial biasa disebut dengan istilah kenakalan remaja atau Juvenile Delinquency. Hurlock (Ali dan Asrori, 2006) menganggap remaja secara psikologis, tengah berada pada masa topan dan badai serta tengah mencari jati diri, sehingga menimbulkan konflik dan ketidakstabilan emosi dalam diri remaja. Menurut Stanley (Gunarsa, 2006) masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang disebut dengan storm and stress sehingga remaja mudah terpengaruh lingkungan tempat tinggalnya. Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (High Curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi, remaja cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu, dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya, sehingga tidak menutup kemungkinan terjadinya kenakalan remaja. Hal ini baiknya diketahui oleh orangtua, sedangkan remaja hendaknya dapat menghindarkan dirinya dari situasi atau keadaan serta pergaulan yang dapat menjerumuskannya kepada perilaku menyimpang yang dapat merugikan dirinya sendiri, keluarga maupun orang lain. Peranan orangtua dalam setiap masa perkembangan dan pertumbuhan anak sangatlah penting, mulai ia sejak lahir sampai dewasa, bahkan peranan orangtua sangat penting mulai dari prenatal (Hamil) sampai pasca atau sampai dewasa. Apalagi di zaman yang sudah semakin berkembang dan maju ini, dengan berkembangnya berbagai macam teknologi, baik elektronik maupun transportasi. Hri ini anak juga dihadapkan dengan berbagai masalah dengan moralitas dan perilaku yang semakin bebas di masyarakat kita. Sehingga orangtua menjadi titik

sentral dalam proses tumbuh kembang anak dalam kehidupan sosial mereka baik secara intelegensi, sosial, psikis, moralitas, maupun perilaku mereka dimasyarakat. Pola asuh orang tua terhadap anak menjadi sangat penting, ketika orangtua melihat anak adalah masa depan keluarga. Oranguta juga harus menyadari bahwa anak merupakan anggota keluarga yang harusnya ia terima apa adanya denga segala kondisi yang ada pada anak. Begitu sebaliknya anak juga harus paham dan mengerti bahwa baik buruknya anak tidak akan pernah lepas tentunya pada nama baik orangtua. Pola asuh orangtua juga sering dikenal sebagai gaya dalam memelihara anak atau membesarkan anak mereka selama mereka tetap memperoleh keperluan dasar yaitu makan, minum, perlindungan, dan kasih sayang. Santrock (2002) mengatakan yang dimaksud dengan pola asuh adalah cara atau metode pengasuhan yang digunakan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat tumbuh menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial. Pertumbuhan dan perkembangan anak dari hari kehari mulai saat dalam kandungan sampai ia tumbuh menjadi seorang yang dewasa adalah proses yang sangat panjang, dan hal ini merupaka suatu proses yang sangat luar biasa yang akan dialami oleh semua orangtua. Pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak ini senang atau tidaknya anak, bahagia atau tidaknya anak tergantung kepada orangtua. Pola asuh orang tua sendiri yang lebih kita kenal dengan bagaimana cara mengasuh dan membesarkan anak ini merupakan proses awal perkembangan dan pertumbuhan sang anak. Karena orangtua adalah orang yang pertama kali dikenal

oleh anak ketika lahir didunia. Akhir-akhir ini banyak orangtua yang mengesampingkan mengasuh anak mereka, mengetahui perkembangan dan pertumbuhan anak mereka, terkadang mereka malah membayar seorang perawat anak untuk mengasuh anak mereka. Tidak jarangpun orangtua yang mementingkan materi semata, dalam satu sisi orangtua ini mencari materi untuk sang anak dan keluarga, tetapi disatu sisi anakpun membutuhkan waktu bersama orangtua pada hakikatnya, karena tidak bisa dipungkiri rasa kasih sayang orang tua sangatlah besar kepada anak. Pada hakikatnya orangtua menaruh harapan yang besar pada anak mereka dan ingin menjadikan anak mereka menjadi anak yang baik serta membanggakan orang tua. Untuk mencapai itu semua hendaknya orangtua lebih menyadari peran serta tugas mereka sebagai orangtua dalam mengasuh, mendidik, serta membesarkan anak-anaknya. Dalam sebuah keluarga kehadiran ataupun adanya orantua sangatlah besar maknanya untuk perkembangan anak secara psikologis. Karena keluarga adalah lingkunga pertama yang ia kenal dan keluarga adalah lingkungan utama anak sehingga semua proses baik mengasuh, mendidik ataupun yang lainnya akan sangat berpengaruh pada perkembangan anak baik dalam segi intelektual, spiritual ataupun segi sosial dan perilaku anak dalam kehidupan sosial. Peran orang tua juga sangat menentukan bagaiamana perilaku seorang anak. Kartini Kartono mengungkapkan (Persada, 2002, p. 58) pola kriminal ayah, ibu, atau salah seorang anggota keluarga dapat mencetak pola kriminal hampir semua anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu tradisi, sikap hidup, kebiasaaan dan filsafat hidup keluarga itu besar sekali pengaruhnya dalam membentuk tingkah laku dan sikap setiap anggota keluarga. Dengan kata lain tingkah laku

criminal orang tua mudah sekali menular kepada anak-anaknya. Lebih-lebih lagi perilaku ini sangat gampang dioper oleh anak-anak puber dan adolesens yang belum stabil jiwanya, dan tengah mengalami banyak gejolak batin. Selain itu Kartini Kartono juga mengungkapkan (2002, 64) situasi dan kondisi lingkungan awal kehidupan anak, yaitu keluerga (orangtua dan kerabat dekat), jelas mempengaruhi pembentukan pola delinkuen anak-anak dan para remaja. Dari beberapa literatur dan hasil penelitian yang terkait dengan kenakalan remaja (dalam Santrock: 2002, Maria: 2007, Kienhuis: 2009, Joanna dalam Ruby: 2009, dan Willis: 2009) ditemukan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja ini adalah tidak berfungsinya orang tua sebagai figur tauladan yang baik bagi anak. Kenakalan-kenakalan yang dilakukan oleh remaja dibawah usia 17 tahun yang disebabkan oleh kondisi kondisi tersebutpun sangat beragam, mulai dari perbuatan yang bersifat amoral maupun anti sosial. Seperti; berkata jorok, mencuri, merusak, kabur dari rumah, indisipliner di sekolah, membolos, membawa senjata tajam, merokok, berkelahi dan kebut-kebutan di jalan, sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau perbuatan yang melanggar hukum, seperti; pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang, dan tindak kekerasan lainnya yang sering diberitakan dimedia-media masa. Hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan juga menunjukkan ada kecenderungan Siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru melakukan kenakalan. Dengan melihat kondisi ini kemudian peneliti mencoba meneliti kembali tentang kenakalan remaja yang hubungannya dengan pola asuh orangtua.

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas peneliti ingin meneliti tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kenakalan Remaja Pada Siswa-Siswi SMAN 1 Kepohbaru. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat kecenderungan pola asuh orangtua pada siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru? 2. Bagaimana tingkat kenakalan remaja pada siswa-siswi SMAN 1 kepohbaru? 3. Bagaimana hubungan antara pola asuh orangtua terhadap tingkat kenakalan remaja pada siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru? C. Tujuan Penelitian Dari rumusan masaah diatas maka didapat tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kecenderungan pola asuh yang digunakan orangtua pada siswa-siswi SMAN 1 kepohbaru. 2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kenakalan remaja pada siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru. 3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pola asuh orangtua terhadap tingkat kenakalan remaja pada siswa-siswi SMAN 1 Kepohbaru.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi wahana perkembangan ilmu psikologi. Khususnya psikologi pendidikan dan psikologi sosial terutama yang berhubungan dengan kenakalan remaja dan pola suh orang tua. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan orang tua, pendidik dan remaja khususnya mengenai faktor-faktor yang dapat menimbulkan kenakalan remaja. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tindakan preventif terhadap kenakalan remaja dengan meminimalisir hal-hal yang memungkinkan dapat menimbulkan terjadinya kenakalan remaja, seperti; suasana keluarga yang tidak romantis (broken home), pola asuh yang tidak tepat dan mengarahkan remaja agar mencari teman atau lingkungan pergaulan yang positif.