BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB III DESKRIPSI PENELANTARAN ANAK DALAM RUMAH TANGGA MENURUT UU NO.23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 28B ayat (2) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan. memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu kehidupan berbangsa dan bernegara tentumengenal yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

PENELITIAN KAJIAN WANITA

ANAK INDONESIA. Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 36 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

BAB IX DEFINISI, LANDASAN, DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING. bimbingan dan konseling, landasan-landasan bimbingan dan konseling, serta

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang didalam

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang ada pada diri manusia. Pendidikan mampu menyeimbangkan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset dan generasi penerus bagi keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

I. PENDAHULUAN. budaya, masyarakatnyapun memiliki keunikan masing-masing. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PELAYANAN TERHADAP HAK-HAK ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 16 Tahun : 2012 Seri : E

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan pada bab IV maka ada beberapa hal yang dapat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan karakter manusia sebagai makhluk sosial. membutuhkan manusia lainnya untuk berinteraksi.

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA?

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini akan

115 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

Kajian Bimbingan dan Konseling di SD. Khairul Fahmi Hadi Dosen Pengampu mata kuliah Bimbingan dan Konseling : Arie Rakhmat Riyadi M.

BAB I PENDAHULUAN. adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan. untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang tua. Seorang anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus

PANDUAN PELAKSANAAN HARI ANAK NASIONAL TAHUN 2017

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dimana mereka mencari tahu hal baru dan berkembang, namun pada tahap

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi sebagaimana yang dimiliki

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat kita simak dari liputan media, baik media cetak maupun media elektronik yang memberitakan gambaran semakin meningkatnya jumlah kasus korban tindak kekerasan yang ditangani oleh pihak rumah sakit, polisi, dan LSM. Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir kasus kekerasan terhadap anak di NTT cenderung meningkat. Hal ini sesuai data yang dihimpun Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan bahwa kasus kekerasan pada tahun 2006 sebanyak 457 kasus meningkat menjadi 554 kasus pada tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 751 kasus pada tahun 2008. (http://korankursor.wordpress.com/2009/11/09/kpai-identifikasi-dua-titik-simpul-kekerasanterhadap-anak-di-ntt/). Tampilan fenomena sosial berupa tindak kekerasan terhadap anak seperti ini menjadi informasi yang sangat berharga dalam rangka upaya penanggulangan penegakan hak asasi anak maupun upaya perlindungan anak. Hak-hak asasi anak telah tercantum dalam Konvensi Hak Anak (KHA), yang sudah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia sejak tahun 1990 kemudian disusul dengan disahkannya Undang-Undang RI Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang telah membawa nuansa baru dalam hal perlindungan anak. Sudah saatnya orangtua mulai menyadari bahwa anak pun memiliki hak asasi sebagaimana manusia dewasa lainnya sebab dalam diri anak melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya serta dapat menjunjung tinggi hak-hak anak yang di antaranya hak untuk

hidup layak, tumbuh dan berkembang dengan optimal, memperoleh perlindungan dan ikut berpartisipasi dalam hal-hal yang menyangkut nasibnya sebagai anak. Secara psikologis, anak pada hakekatnya adalah seseorang yang berada pada suatu fase perkembangan tertentu menuju dewasa dan mandiri. Karenanya anak bukanlah sosok manusia dewasa dengan fisik yang masih kecil tetapi anak adalah anak dengan karakteristik psikologisnya yang khas dalam masa bertumbuh dan berkembang yang saling bergantungan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa anak sebagai sosok manusia dengan kelengkapan-kelengkapan dasar dalam dirinya baru mencapai kematangan hidup melalui beberapa proses seiring dengan pertambahan usianya. Oleh karena itu anak memerlukan bantuan bimbingan, pengarahan, perlindungan dan diberikan stimulasi serta lingkungan yang mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangan, anak secara penuh menyerahkan hidupnya pada orang tuanya yang menjadi tempat bernaung yang aman bagi anak. Karakteristik yang dimiliki anak sangat penting untuk dipahami agar anak dapat dididik, dibimbing, dan dilindungi sesuai dengan keberadaannya yang khas dan unik. Ada beberapa karakter yang khas pada anak umumnya yaitu: banyak bergerak, suka meniru, suka menentang, suka bermain, suka bersaing, berpikir khayal, belum dapat membedakan yang benar dan salah, banyak bertanya, memiliki ingatan yang tajam dan otomatis, menyukai dorongan semangat, perkembangan bahasanya cepat, berperasaan tajam, belum ajeg dalam pendirian. Perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, dan latar belakang keluarga akan turut mempengaruhi dalam pembentukan karakteristik anak secara individual. Kita bayangkan, bagaimana perkembangan anak dalam proses pertumbuhannya banyak mengalami kejadiankejadian yang traumatis akibat kekerasan yang dilakukan oleh orangtua atau lingkungan

sekitarnya. Oleh sebab itu tidak tepat bila dikatakan bahwa kekerasan terhadap anak hanya dianggap urusan domestik atau masalah internal keluarga yang tidak boleh diintervensi oleh masyarakat, pemerintah, dan penegak hukum. Kekerasan terhadap anak akan membawa dampak yang permanen dan berjangka panjang. Upaya penanggulangan terhadap anak korban tindak kekerasan harus dilakukan secepatnya sebab dampak dari kekerasan akan berpengaruh terhadap segi kehidupan sang anak yang pada akhirnya menampilkan berbagai penyimpangan perilaku di kemudian hari dan akan berdampak buruk bagi tumbuh kembang anak secara optimal baik secara langsung maupun tidak langsung serta akan menyebabkan anak memiliki masalah-masalah dalam tahap perkembangannya di masa dewasa. Pada umumnya kasus kekerasan terhadap anak dilakukan dengan menggunakan kekuatan, kuasa, dan posisi seseorang untuk menyakiti anak yang dilakukan oleh orang-orang terdekat anak. Kekerasan terhadap anak tidak hanya dilakukan oleh para orangtua di dalam lingkungan keluarga, tetapi juga oleh guru di lingkungan sekolah dimana sikap oknum guru yang kadang-kadang kasar tidak dapat dibenarkan. Bagi anak, belajar yang efektif adalah belajar yang menyenangkan bukan belajar yang penuh rasa ketakutan dan tekanan. Di sisi lain anak juga mendapatkan tindak kekerasan dari lingkungan masyarakat misalnya ada masyarakat yang menggunakan berbagai tindak kekerasan sebagai jalan satusatunya pemecahan masalah. Perilaku para tokoh dalam tayangan TV yang seharusnya menjadi panutan, justru mencontohkan berbagai tindak kekerasan sehingga sangat besar pengaruhnya bagi pembentukkan kepribadian anak di masa mendatang. Situasi-situasi tindak kekerasan terhadap anak jika dibiarkan terus berlangsung dan tidak segera dihentikan, cepat atau lambat maka bangsa ini akan kurang bermoral sebab para pemimpin bangsa ini kelak akan terdiri atas

orang-orang yang memiliki masa kanak-kanak penuh kekerasan, sehingga alangkah baiknya bila anak-anak diasuh dengan penuh cinta dan kasih sayang, bukan dengan kekerasan. Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak (PKT-PA) Prof. dr. W. Z. Johannes Kupang di bentuk sebagai salah satu unit khusus yang memberikan layanan terpadu sebagai bentuk kepedulian terhadap semua jenis tindakan yang dialami oleh perempuan dan anak. PKT- PA memberikan layanan terpadu berbasis rumah sakit bagi setiap orang yang mengalami kekerasan dengan menyederhanakan prosedur pelayanan yang dilakukan secara holistik oleh tenaga-tenaga profesional. Sasaran layanan bagi perempuan dan anak yang mengalami kekerasan secara fisik, emosional, seksual, sosial ekonomi, trafficking, dan penelantaran. Jumlah kasus tindak kekerasan terhadap anak yang ditangani oleh pihak PKT-PA meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 sebanyak 5 kasus meningkat menjadi 7 kasus pada tahun 2007 dan meningkat lagi menjadi 9 kasus pada tahun 2008. Berdasarkan kenyataan ini, peneliti merasa terpanggil untuk meneliti tentang kekerasan terhadap anak yang dikemas dalam judul : Tindak Kekerasan Terhadap Anak dan Implikasinya Bagi Pelayanan Bimbingan dan Konseling, Studi Kasus Pada Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak (PKT PA) RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang Tahun 2009. B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : a. Siapa pelaku tindak kekerasan terhadap anak yang ditangani oleh PKT-PA? b. Apa saja bentuk-bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelaku?

c. Apa saja faktor-faktor penyebab terjadinya tindak kekerasan terhadap anak yang ditangani oleh PKT-PA? d. Apa dampak dari tindak kekerasan terhadap anak / penderita yang ditangani oleh PKT- PA? e. Bagaimana upaya penanggulangan yang dilakukan oleh PKT-PA terhadap anak korban tindak kekerasan? f. Bagaimana implikasinya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui pelaku tindak kekerasan terhadap anak yang ditangani oleh PKT-PA b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelaku c. Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya tindak kekerasan terhadap anak yang ditangani oleh PKT-PA d. Untuk mengetahui dampak tindak kekerasan terhadap anak pada PKT-PA e. Untuk mengetahui upaya-upaya penanggulangan yang dilakukan oleh PKT-PA terhadap anak korban tindak kekerasan f. Untuk mengetahui implikasinya terhadap pelayanan bimbingan dan konseling 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : a. Bagi korban

1) Agar korban tindak kekerasan dapat menyadari bahwa masalah yang sedang dihadapinya mendapat perhatian dari berbagai kalangan sehingga ia merasa lebih optimis. 2) Agar korban tindak kekerasan memiliki sikap atau pandangan yang positif atas penderitaannya karena pengalaman yang dialaminya dapat dijadikan sebagai masukan bagi orang lain dalam hal perencanaan program bimbingan dan konseling. b. Bagi Pusat Krisis Terpadu Untuk Perempuan dan Anak (PKT-PA) Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan masukan bagi upaya pendampingan. c. Bagi Orangtua Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi kepada orangtua sebagai orang terdekat anak dalam melakukan pengawasan dan perlindungan terhadap anak. D. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dimaksudkan agar penelitian ini lebih terfokus pada obyek yang diteliti. Agar fokus penelitian ini terarah, peneliti membatasi lingkup penelitian pada halhal berikut : 1. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah tindak kekerasan terhadap anak 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak (PKT- PA) Prof. dr. W. Z. Johannes Kupang 3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah anak sebagai korban tindak kekerasan, psikolog, psikiater, petugas medis PKT-PA RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang 4. Waktu penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 (lima) bulan. E. Penegasan konsep Penegasan konsep disini dimaksudkan untuk mendeskripsikan istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini, sehingga menjadi lebih jelas dan lebih operasional. Istilahistilah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tindak Kekerasan Menurut Barker (Huraerah 2006: 36), tindak kekerasan adalah perilaku tidak layak yang mengakibatkan kerugian atau bahaya secara fisik, psikologi, atau finansial baik yang dialami individu maupun kelompok. Menurut filsuf Hobbes (Bria 2003:18-19), manusia dilihat sebagai makluk yang dikuasai oleh dorongan-dorongan irasional dan anarkistis serta mekanistis yang saling cemburu dan membenci sehingga menjadi kasar, jahat, dan berpikiran pendek. Atas dasar pandangan inilah, Hobbes melihat kekerasan sebagai sesuatu yang sangat alamiah bagi manusia. Karena itu hanya suatu pemerintahan yang keras dan kuat (memakai kekerasan dan kekuatan) yang dapat mengatasi keadaan tersebut. Jadi Pengertian tindak kekerasan adalah segala macam perbuatan, tindakan atau sikap yang bersifat kasar atau keras dengan berbagai latar belakang dan tujuan tertentu yang selanjutnya mengakibatkan kerugian baik secara fisik maupun psikis terhadap seseorang.

2. Anak Menurut undang-undang No 23 tahun 2002 BAB I pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam UU No 39 Tahun 1999 BAB I pasal 1 ayat 5 tentang Hak Asasi Manusia, mendefinisikan bahwa anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. Menurut Konvensi Hak Anak, anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai dari awal. Berdasarkan pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa anak dalam konteks ini adalah setiap individu yang berada di bawah umur 18 tahun dan belum menikah. 3. Pelayanan Bimbingan dan Konseling Kata pelayanan dalam kamus bahasa Indonesia (1990:646), berasal dari kata layan, melayani artinya menolong, menyediakan apa yang diperlukan seseorang dengan tujuan pelayanan yang diberikan akan bermanfaat bagi orang yang melayani maupun yang dilayani. Dewa Ketut Sukardi (1983:21), mengemukakan bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, sehingga individu sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya.

Bernard & Fullmer (prayitno 1969:94), mengemukakan bahwa bimbingan merupakan segala kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu. Tolbert (prayitno, 1959:89), berpendapat bahwa konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang yaitu konselor dan konseli dimana konselor melalui hubungan ini dan kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya menyediakan situasi belajar untuk membentuk konseli yang bermasalah agar dapat memahami diri sendiri, keadaannya sekarang dan kemungkinan keadaan masa depan. Mc Daniel (Prayitno 1956:100), mengemukakan bahwa konseling merupakan suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang ditujukan pada pemberian bantuan agar individu dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendiri dan dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka arti pelayanan bimbingan dan konseling dalam konteks ini yaitu suatu proses pemberian bantuan yang didasarkan pada prosedur bimbingan dan konseling oleh seorang ahli (konselor) kepada individu (klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. 4. Implikasi Menurut kamus umum Bahasa Indonesia W. J. S Poerwadarminta (2003:441), implikasi artinya keterlibatan atau keadaan terlibat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1994:374), memberi arti kata implikasi sebagai suatu keterlibatan, termasuk atau tersimpul, yang disugestikan tetapi tidak dinyatakan. Dengan mengacu pada kedua pendapat di atas maka arti implikasi dalam penelitian ini yaitu sebagai suatu keterlibatan yang akan dijadikan sebagai masukan yang sangat penting dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling.

5. Pusat Krisis Terpadu untuk Perempuan dan Anak (PKT-PA) PKT-PA merupakan salah satu unit khusus yang memberikan layanan terpadu sebagai bentuk kepedulian terhadap semua jenis tindakan yang dialami oleh perempuan dan anak dengan memberikan layanan terpadu berbasis rumah sakit bagi setiap orang yang mengalami kekerasan seperti kekerasan secara fisik, emosional, seksual, sosial ekonomi, trafficking, dan penelantaran, dengan menyederhanakan prosedur pelayanan yang dilakukan secara holistik oleh tenaga-tenaga professional seperti psikolog, psikiater, konselor, dan para petugas medis.