* Fakultas Kesehatan Masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

DR. R.D KANDOU MANADO

HUBUNGAN POLA MAKAN DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS PADA LANSIA DI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU TAHUN 2016.

HUBUNGAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE II DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI SURAKARTA

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

DAFTAR ISI. Sampul Dalam... i. Lembar Persetujuan... ii. Penetapan Panitia Penguji... iii. Kata Pengantar... iv. Pernyataan Keaslian Penelitian...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETERATURAN PEMERIKSAAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE II DI RSUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan analitik dengan menggunakan

HUBUNGAN RIWAYAT GARIS KETURUNAN DENGAN WAKTU TERDIAGNOSIS DIABETES MELITUS DI RSUD. PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

USIA MENOPAUSE DAN KEJADIAN DIABETES MELITUS

ABSTRAK. Hubungan Penurunan Pendengaran Sensorineural dengan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Terkontrol dan Tidak Terkontrol di RSUP Sanglah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO Tahun 2013, diperkirakan 347 juta orang di dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK, AKTIVITAS FISIK, RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World


BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PREEKLAMPSIA BERAT PADA IBU HAMIL DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

FAKTOR RISIKO KEJADIAN DIABETES MILLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NIPAH PANJANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

HUBUNGAN ANTARA MUTU JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI POLIKLINIK KHUSUS

FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDUNGMUNDU KOTA SEMARANG TAHUN 2014

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

KAJIAN PENGARUH KULTUR BUDAYA TERHADAP KEJADIAN DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

HUBUNGAN DURASI PENYAKIT, UMUR, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISTRES PADA DIABETES MELITUS TIPE 2 SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB II METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

KARAKTERISTIK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN INSIDENSI DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MAYANG DAN LEDOKOMBO

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS FISIK DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA PASIEN RAWAT JALAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGA KECAMATAN TENGA Anastasia P. Kawalot. Grace D. Kandou, Febi K. Kolibu. * Fakultas Kesehatan Masyarakat ABSTRAK Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dan riwayat keluarga dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan di wilayah kerja puskesmas tenga. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan desain case kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 responden dengan kasus 50 dan kontrol 50. penelitian ini menggunakan teknik random sampling dan maching pada jenis kelamin dan umur. Variabel yang diteliti adalah aktifitas fisik dan riwayat keluarga pasien DM. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian DM dengan Pvalue=0,026 OR=0,358; (CI(95%)=0,143-0,899). Ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian DM dengan Pvalue=0,000 OR=8,273; (CI(95%)=3,357-20,388). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara aktivitas fisik dan riwayat keluarga dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan di wilayah kerja puskesmas tenga. Saran dalam penelitian ini melakukan penelitian yang sama dengan variabel dan lokasi berbeda juga dpa menjadi landasan untuk penelitian lanjutan. Kata Kunci : Diabetes Melitus, Aktivitas Fisik, Riwayat Keluarga ABSTRACK Diabetes mellitus (DM) or called diabetes is a chronic metabolic disease disorder caused by the pancreas does not produce enough insulin or the body can not use effectively produced insulin. The purpose of this study to determine the relationship between physical activity and family history with the incidence of diabetes mellitus type 2 in outpatients in the work area of puskesmastenga. This research is an analytic survey research using case control design. Sample in this research is counted 100 respondent with case 50 and control 50. this research use random sampling and maching technique at gender and age. The variables studied were physical activity and family history of DM patients. Bivariate analysis using chi-square test. The results showed that there is a relationship between physical activity with the incidence of DM with Pvalue = 0.026 OR = 0.358; (CI (95%) = 0.143-0.899). There is a relationship between family history with DM incidence with Pvalue = 0,000 OR = 8,273; (CI (95%) = 3,357-20,388). The conclusion of this research is there is relationship between physical activity and family history with the incidence of diabetes mellitus type 2 in outpatient in working area of puskesmastenga. Suggestions in this study do the same research with different variables and locations also can be the basis for further research. Keywords: Diabetes Mellitus, Physical Activity, Family History

PENDAHULUAN Diabetes melitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia). (Riskesdas, 20013). Menurut IDR terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progesif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan (Riskesdas,2013). Secara global WHO memperkirakan PTM telah menyebabkan telah menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia. Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita diabetes dan pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari populasi dewasa. Sedangkan di Amerika serikat jumlah penderita diabetes pada tahun 1980 mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta orang(maulana,2008). Menurut data WHO, dunia kini dialami oleh 171 juta penderita DM (2000) dan akan meningkat 2 kali, 366 juta pada tahun 2030. Prevalensi DM di Indonesia mencapai jumlah 8.426.000 (tahun 2000) yang diproyeksikan mencapai 21.257.000 pada tahun 2030. Artinya, terjadi kenaikan tiga kali lipat dalam waktu 30 tahun ( Bustan, 2007). Prevalensi DM pada populasi dewasa di seluruh dunia akan mengalami kenaikan sebesar 35%, yaitu dari angka prevalensi 4,0% pada tahun 1995 menjadi 5,4% pada tahun 2025. WHO menyatakan bahwa jumlah orang dewasa yang menderita DM di dunia akan meningkat dari 135 juta pada tahun 1995 menjadi 300 juta pada tahun 2025. Peningkatan terbesar jumlah DM akan terjadi di Negara-negara berkembang (Gibney 2009). Dalam jumlah prevalensi penduduk dunia dengan DM diperhitungkan mencapai 125 juta pertahun, dengan prediksi berlipat ganda mencapai 250 juta dalam 10 tahun mendatang. Peningkatan prevalensi akan lebih menonjol perkembangannya di Negara berkembang dibandingkan dengan negara maju. Prevalensi DM di Indonesia besarnya 1,2%-2-3% dari penduduk usia lebih 15 tahun. Peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi DM yang semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan peringkatnya di kalangan 10 besar penyakit (leading disease) selain itu DM juga makin memberi kontribusi yang lebih besar terhadap kematian (ten diseases leading cause of diseases) (Bustan, 2007). Survei yang dilakukan oleh WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika serikat. Dengan prevalensi 8,6% dari total penduduk,

diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4 juta penderita (Maulana, 2008). Berdasarkan Data dari Dinas Kesehatan Minahasa Selatan tahun 2015 yaitu data penyakit tidak menular, diabetes melitus merupakan penyakit yang prevalensinya tinggi.data Dinas Kesehatan Minahasa Selatan menunjukkan kunjungan pasien rawat jalan penderita diabetes melitus yang melakukan pemeriksaan di setiap puskesmas yang ada di minahasa selatan yaitu sebanyak 1.089 pasien. Dan puskesmas yang mendapatkan kenjungan pasien penderita diabetes melitus yang tertinggi sesuai data dari Dinas Kesehatan Minahasa Selatan adalah Puskesmas Tenga dengan prevalensi yang menderita diabetes melitus sebanyak 227 pasien diabetes melitus pada tahun 2015. Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan timbulnya penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 yaitu Aktivitas Fisik dan Riwayat Keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Kunthi Wandansari (2013) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. a Aktivitas fisik yang menjadi kebiasaan berbagai aspek (domain) kehidupan sehari-hari ketika aktivitas fisik dilakukan harus dikenali. Domain ini biasanya meliputi aktivitas fisik pada saat bekerja, selama transportasi atau berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, sewaktu melakukan pekerjaan rumah tangga, berkebun, dan aktivitas fisik pada saat bersantai dan berekreasi. Menurut Ari Fatmawati (2010) diabetes merupakan penyakit keturunan, artinya bila orang tua mendertita diabetes, anak-anaknya akan menderita diabetes juga. bukti yang paling meyakinkan akan adanya faktor genetik adalah penelitian yang dilakukan pada saudara kembar identik penyandang DM, hampir 100% dapat dipastikan akan juga mengidap DM. Penelitian lain menunjukkan bahwa seseorang beresiko terkena DM bila mempunyai riwayat keluarga DM. semakin dekat hubungan (garis keturunan), semakin besar pula risiko untuk terkena DM. Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2010) di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak menunjukkan ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 dimana responden yang mempunyai riwayat keluarga diabetes melitus memiliki risiko 2,97 kali untuk menderita diabetes melitus tipe 2 di bandingkan dengan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga diabetes melitus. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian survei analitik dengan menggunakan desain case control(kasus control) dimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospective ( Notoatmodjo, 2010).Penelitian ini akan dilaksanakan di

wilayah Puskesmas Tenga pada bulan Desember 2015 sampai Januari 2016. Populasi dalam kelompok kasus pada penelitian ini adalah pasien yang ada di wilayah kerja Puskesmas Tenga yang telah terdiagnosis oleh dokter menderita penyakit Diabetes Melitus. Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan teknik pengambilan sampel yaitu Simple Random Sampling dengan jumlah sampel yaitu 50 sampel untuk kelompok kasus dan 50 sampel untuk kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas fisik dan riwayat keluarga. Data primer dilakukan dengan memberikan pertanyaan lewat kuesioner kepada pasien rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas Tenga kecamatan Tenga yang berisi pertanyaan mengenai aktivitas fisik danriwayat keluarga. Data sekunder dikumpulkan melalui data yang di dapat dari bagian rekam medis dan profil Puskesmas Tenga. Data tersier berupa data yang diperoleh melalui textbook, skripsi, jurnal ilmiah, dan tesis data diolah melalui beberapa cara yaitu Editing (data yang sudah terkumpul diedit untuk mengecek kelengkapan data dan keseragaman data untuk menjamin validitas data), Coding (Pemberian kode dan skor terhadap jawaban responden, hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data).tabulating (Pembuatan tabel untuk variabel yang dianalisa).entry data (Memasukkan data ke dalam program komputer). Analisis data untuk memperoleh makna dan arti dari hasil penelitian yang akan dilakukan. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square dengan Pvalue α=0,05, Confidence Interval (CI) = 95%, dan Odds Ratio (OR) dengan bantuan SPSS. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hubungan Aktivitas Fisik dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tabel 1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Kelompok Aktivitas Total Kasus Kontrol Fisik n % n % n % Ringan 31 31,0 41 41,0 72 72,0 Sedang 19 19,0 9 9,0 28 28,0 Total 50 50 50 50 100 100 P value OR 0,026 0,358 CI 0,143-0,899 Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden pada kategori Aktivitas Fisik Ringan dengan Diabetes Melitus Tipe 2 sebanyak 72 (72,0%) dengan kelompok kasus 31 (31,0%) responden dan kelompok kontrol 41 (41,0%) responden sedangkan responden pada kategori Aktivitas Fisik Sedang dengan Diabetes Melitus Tipe 2 sebanyak 28 (28,0%) dengan kelompok kasus 19 (19,0%) responden dan kelompok kontrol 9 (9,0%) responden. Hasil perhitungan

uji statistik menunjukkan nilai probabilitas (pvalue) sebesar 0,026 dengan tingkat kesalahan 0,05 (p-value <0,05) dan di peroleh odd ratio (OR) sebesar 0,358 dengan Convidence interval (CI) 0,143-0,899. Analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Penelitian yang di lakukan oleh Fitriyani (2012) di Puskesmas Kecamatan Citangkil dan Puskesmas Kecamatan Pulo Merak Kota Cilegon menunjukkan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 dimana orang yang aktivitas fisik sehariharinya ringan memiliki risiko 2,68 kali untuk menderita diabetes melitus tipe 2 di bandingkan dengan orang yang aktivitas fisik sehari-harinya sedang dan berat. Peneltitian yang dilakukan oleh Kunthi Wandansari (2013) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Seseorang yang teratur melakukan olahraga yaitu 3 kali /minggu selama minimal 30 menit dapat menurunkan risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 sebesar 3,217 kali di bandingkan dengan yang tidak melakukan aktivitas fisik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Fikasari (2012) bahwa seseorang yang teratur melakukan aktivitas fisik dapat menurunkan risikot erjadinya penyakit diabetes melitus tipe 2 sebesar 0,442 kali dibandingkan yang tidak teratur/tidak pernah melakukan aktivitas fisik. Faktor risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2, karena aktivitas fisik dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin sehingga dapat memperbaiki kendali glukosa dalam darah (Misnadiarly, 2006). Aktivitas fisik lebih merupakan bentuk multidimensional yang kompleks dari perilaku manusia ketimbang kelas perilaku dan secara teoritis, meliputi semua gerak tubuh melai pergerakan kecil hingga turut serta dalam lari maraton. Karakterisasi aktivitas fisik yang merupakan kebiasaan sering kali menjadi pokok pembahasan karena hal ini mencerminkan pola aktivitas fisik jangka panjang, sebagian besar manfaat kesehatan yang berasal dari aktivitas fisik merupakan hasil aktivitas fisik yang teratur dan dilaksanakan dalam waktu yang lama. Pola aktivitas fisik pada banyak orang menunjukkan perbedaan antara hari biasa dan hari libur, antara musim panas dan musim dingin dan antara tiap tahun\ Untuk menentukan kuantitas aktivitas fisik yang menjadi kebiasaan berbagai aspek (domain) kehidupan sehari-hari ketika aktivitas fisik dilakukan harus dikenali. Domain ini biasanya meliputi aktivitas fisik pada saat bekerja, selama transportasi atau berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, sewaktu melakukan pekerjaan rumah tangga, berkebun, dan aktivitas fisik pada saat bersantai dan berekreasi.

Hubungan Riwayat Keluarga dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tabel.2 Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Kelompok Riwayat Total Kasus Kontrol P value OR CI Keluarga n % n % n % Ada 35 35,0 11 11,0 46 46,0 3,35 7-0,000 8,273 Tidak Ada 15 15,0 39 39,0 54 54,0 20,3 88 Total 50 50 50 50 100 100 Hasil penelitian tabel menjunjukkan bahwa diabetes merupakan penyakit keturunan, artinya responden pada kategori Riwayat Keluarga Ada dengan Diabetes Melitu(OR)s tipe 2 sebanyak 46 (46,0%) dengan kelompok kasus 35 (35,0%) responden dan kelompok kontrol 11 (11,0%) responden sedangkan responden pada kategori Riwayat Keluarga Tidak ada dengan diabetes melitus tipe 2 sebanyak 54 responden dengan kelompok kasus 15 (15,0%) responden dan kelompok kontrol 39 (39,0%) responden. Hasil perhitungan uji statistik menunjukkan nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,000 dengan tingkat kesalahan 0,05 (p-value <0,05) dan di peroleh odd ratio 8,273 dengan Confidence interval (CI) 3,357-20,388. Analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat keluarga dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Penelitian yang dilakukan oleh Gloria Wuwungan (2013) di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado menunjukkan bahwa ada hubungan antara riwayat keluarga dengan menderita diabetes melitus tipe 2 (p=0,000) dengan nilai Odds Ratio sebesar 4,7 di mana orang yang memiliki riwayat keluarga diabetes melitus beresiko 5 kali lebih besar terkena diabetes melitus tipe 2 di bandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga diabetes melitus Menurut Ari Fatmawati (2010) bila orang tua mendertita diabetes, anakanaknya akan menderita diabetes juga. bukti yang paling meyakinkan akan adanya faktor genetik adalah penelitian yang dilakukan pada saudara kembar identik penyandang DM, hampir 100% dapat dipastikan akan juga mengidap DM. Penelitian lain menunjukkan bahwa seseorang beresiko terkena DM bila mempunyai riwayat keluarga DM. semakin dekat hubungan (garis keturunan), semakin besar pula risiko untuk terkena DM. Menurut Naskah Lengkap Diabetes Melitus (2007:302), dijelaskan bahwa faktor genetik merupakan komponen sangat kuat terhadap terjadinya DM usia lanjut, meskipun gen spesifik yang bertanggung jawab belum diketahui. seseorang dengan riwayat keluarga DM sangat mungkin menyandang DM pula. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di wilayah Puskesmas Tenga Kecamatan Tenga 1. Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas Tenga Kecamatan Tenga 2. Terdapat hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian diabetes melitus tipe 2

pada pasien rawat jalan di wilayah kerja Puskesmas Tenga Kecamatan Tenga DAFTAR PUSTAKA Bustan, 2007.Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.Jakarta : PT Rineka Cipta Maulana, M. 2008. Panduan Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis. Jogjakarta : Katahati. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Fatmawati, A. 2010. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak. Skripsi :Universitas Negeri Semarang. Wuwungan, G. 2012. Analisis Hubungan Antara Umur Dan Riwayat Keluarga Menderita DM Dengan Kejadian Penyakit DM Tipe 2 Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Penyakit Dalam BLU RSUP PROF. DR. R.D KANDOU MANADO. Jurnal : Universitas Sam Ratulangi Gibney DKK, 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Fatmawati, A. 2010. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak. Skripsi :Universitas Negeri Semarang. Wandansari, K. 2013. Hubungan Pola Makan Dan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUD DR.MOEWARDI Surakarta. Artikel Publikasi Ilmiah: Universitas Muhammadiyah Surakarta.