BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

dokumen-dokumen yang mirip
2016, No Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan; g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf f, perlu

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14 /SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 65 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 13/23/PBI/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

II. TINJAUAN PUSTAKA

Matriks Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 17/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN.

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2014 TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH

-2- mengingat hal ini merupakan salah satu pemenuhan tingkat kepatuhan Bank terhadap standar internasional. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pener

No. 13/ 23 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2016 TAHUN 2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

a. Penilaian Faktor Profil Risiko

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN DAN KERANGKA MANAJEMEN RISIKO

No.13/ 24 /DPNP Jakarta, 25 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

Ringkasan Kebijakan Manajemen Risiko PT Bank CIMB Niaga Tbk

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

Manajemen Resiko. Profil Resiko

2 d. bahwa untuk mengelola eksposur risiko sebagaimana dimaksud dalam huruf a, konglomerasi keuangan perlu menerapkan manajemen risiko secara terinteg

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 14/ 35 /DPNP Jakarta, 10 Desember 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM KONVENSIONAL DI INDONESIA

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

PERANAN BANK INDONESIA DALAM PENGAWASAN DAN PEMBINAAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Oleh Eli Ratnaningsih

BAB II LANDASAN TEORI

MANAJEMEN RISIKO. 1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi;

GUBERNUR BANK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8/POJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 142 /PMK.010/2009 TENTANG MANAJEMEN RISIKO LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

No. 14/37/DPNP Jakarta, 27 Desember Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

persamaan dan perbedaan

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM

STIE DEWANTARA Manajemen Bank

BAB I PENDAHULUAN. (Darmawi, 2006). Menurut Bank Indonesia, manajemen risiko merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 13/ 1 /PBI/2011 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA UMUM. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dari masing-masing pilar tersebut diuraikan sebagai berikut:

I. UMUM II. PASAL...

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/17/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

- 1 - SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10/SEOJK.03/2014 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/29/PBI/2009 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK SYARIAH BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

2015 PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS

Tugas Manajemen Risiko NAMA KELOMPOK : 1. Aditya Bangun Subagja Heru Setyawan Ella Rizky Aisah

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN MANAJEMEN RISIKO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1/15/2016. Mitigasi Risiko dan Tata Kelola Konglomerasi Keuangan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/10/PBI/2004 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PEDOMAN TATA KELOLA TERINTEGRASI. PT Bank Central Asia Tbk dan Perusahaan Anak

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11 /SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR:9/1/PBI/2007 TENTANG SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

LAMPIRAN IX SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /SEOJK.05/2016 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN LAPORAN HASIL PENILAIAN

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /SEOJK.03/2017

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Analisis. tingkat kesehatan

- 1 - TENTANG PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM

No.6/ 23 /DPNP Jakarta, 31 Mei S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/25/PBI/2004 TENTANG RENCANA BISNIS BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diubah dengan Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 10

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 21 /PBI/2010 TENTANG RENCANA BISNIS BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 10 tahun

TENTANG KEWAJIBAN PENYEDIAAN MODAL MINIMUM SESUAI PROFIL RISIKO DAN PEMENUHAN CAPITAL EQUIVALENCY MAINTAINED ASSETS

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kelembagaan Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbankan sebagai lembaga yang menjalankan fungsi intermediasi atas dana yang diterima dari nasabah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. beberapa pengertian ataupun definisi bank, yaitu: 1. Joseph Sinkey, bank adalah departement store of finance yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat/unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (Surplus Unit)

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

No.9/24/DPbS Jakarta, 30 Oktober Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH DI INDONESIA

BAB 5 Penutup. Universitas Indonesia. Risiko dan manajemen..., Lusianna Elizabeth, Pascasarjana UI, 2009

LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/SEOJK.03/2015 TENTANG TRANSPARANSI DAN PUBLIKASI LAPORAN BANK UMUM KONVENSIONAL

Transkripsi:

34 BAB III PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO MENURUT KETENTUAN PBI 13/23/2011 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH A. Pengertian Pengertian manajemen risiko menurut ketentuan PBI 13/23/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum Syariah dan unit usaha Syariah adalah sesuai dengan bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 6 yang berbunyi: Manajemen Risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan Risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank. 48 1. Mengidentifikasi Mengidentifikasi adalah mempertimbangkan semua aspek dari situasi saat ini dan yang akan datang,lingkungan dan masalah yang secara historis sudah ada. Pengidentifikasian risiko harus dilakukan secara keseluruhan. Semboyannya pikirkanlah yang terjadi sekecil apapun kemungkinannya. Adapun tahapannya sebagai berikut: a) Identifikasi sumber risiko. b) Identifikasi akibat risiko. 48 Peraturan bank Indonesia nomor 13/23/PBI/2011..., pasal 1.

35 c) Tentukan langkah-langkah mitigasi atau mengurangi risiko. 49 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses identifikasi risiko adalah sebagai berikut: a) Bank wajib melakukan identifikasi seluruh risiko secara berkala b) Bank wajib memiliki metode atau system untuk melakukan identifikasi risiko pada seluruh produk dan aktivitas bisnis bank. c) Proses identifikasi risiko dilakukan dengan menganalisis seluruh sumber risiko yang paling tidak dilakukan terhadap risiko dari produk dan aktivitas bank serta memastikan bahwa risiko dari produk dan aktivitas baru telah melalui proses manajemen risiko yang layak sebelum diperkenalkan atau dijalankan. 50 2. Mengukur Pengukuran risiko adalah serangkaian proses yang dilakukan dengan tujuan untuk memahami signifikansi dari akibat yang akan ditimbulkan suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkap kesehatan dan kelangsungan usaha. Pemahaman yang akurat tentnag signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi pengelolaan risiko yang terarah dan hasil guna. 51 49 Veithzal Rivai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Manajement For Islamic..., 272. 50 Bambang rianto rusam, manajemen risiko perbankan syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat), 45. 51 Veithzal Rivai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Manajement For Islamic..., 131.

36 Mengukur risiko dilakukan untuk memperkirakan risiko yang mungkin timbul atas aktivitas dan produk bank, serta untuk memperoleh gambaran efektivitas penerapan manajemen risiko. Metode pengukuran risiko ini dapat bersifat kualitatif, kuantitatif atau kombinasi antara keduanya. Sedangkan model pengukuran risiko yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan bank, ukuran, dan kompleksitas bank, manfaat yang dapat diperoleh, serta peraturan yang berlaku. 52 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses identifikasi risiko adalah sebagai berikut: a. Sistem pengukuran risiko digunakan untuk mengukur eksposur risiko bank sebagai acuan untuk melakukan pengendalian. Pengukuran risiko wajib dilakukan secara berkala, baik untuk produk dan portofolio maupun seluruh aktivitas bisnis bank. b. Sistem tersebut minimal harus dapat mengukur sensitivitas produk/aktivitas terhadap perubahan faktor-faktor yang mempengaruhi, baik dalam kondisi normal maupun tidak normal. 1) Kecenderungan perubahan factor-faktor dimaksud berdasarkan fluktuasi yang terjadi pada masa lalu dan korelasinya. 2) Faktor risiko secara individual. 3) Eksposur risiko secar keseluruhan maupun per risiko, dengan mempertimbangkan keterkaitkan antar-risiko. 52 Ibid.

37 4) Seluruh risiko yang melekat pada seluruh transaksi serta produk perbankan, termasuk produk dan aktivitas baru, dan dapat diintegrasikan dalam SIM bank. 3. Memantau Bank harus memiliki sistem dan prosedur pemantuan yang mencakup pemantauan terhadap besarnya eksposur risiko, toleransi risiko, kepatuhan limit internal, dan hasil konsistensi pelaksanaan dengan kebijakan dan prosedur yang ditetepkan. Memantau adalah proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi penanganan risiko ynag lebih baik di kemudian hari. 53 Pemantauan dilakukan, baik oleh unit pelaksana maupun oleh SKMR. Hasil pemantauan disajikan dalam laporan berkala yang disampaikan kepada manajemen dalam rangka mitigasi risiko dan tindakan yang diperlukan. Memantau dilakukan dengan cara mengevaluasi pengukuran risiko yang terdapat pada kegiatan usaha bank serta pada kondisi efektivitas proses manajemen risiko. 54 4. Pengendalian 53 Veithzal Rivai dan Rifki Ismail, Islamic Risk Manajement For Islamic..., 125. 54 Adiwarman A. Karim, Bank Islam..., 260.

38 Bank harus memiliki system pengendalian risiko yang memadai dengan mengacu pada kebijakan dan prosedur yang telah ditetepkan. Proses pegendalian risiko yang diterapkan harus disesuaikan dengan eksposur risiko atau tingkat risiko yang akan diambil dan toleransi risiko. Pengendalian adalah suatu proses tindakan untuk menyelamatkan perusahaan dari kerugian. Pengendalian Risiko, dijalankan dengan metode berikut : a. Menghindari risiko b. Mengendalikan risiko c. Pemisahan d. Kombinasi atau pooling e. Pemindahan risiko Masing-masing peralatan itu dapat dan biasanya sebaiknya dipergunakan dalam kombinasi dengan satu atau lebih peralatan tersebut. Jika exposure tidak dihilangkan, maka tidak ada alternatif lain selain dari mempergunakan tekhnik financing. Dalam membahas masing-masing tekhnik perhatian akan dicurahkan pada karakteristik dasarnya, pertimbangan yang mempengaruhi penggunaannya, dan pengamatanpengamatan atas bagaimana mengimplementasikannya serta bagaimana mengevaluasi hasilnya. 55 B. Macam-macam 55 Bambang rianto rusam, manajemen risiko perbankan..., 47.

39 Menurut ketentuan PBI 13/23/2011 tentang penerapan manajemen risiko bagi bank umum Syariah dan unit usaha Syariah ada 10 macam risiko bank Islam yang dijelaskan. 10 risiko tersebut adalah 56 : 1. Risiko Kredit Risiko kredit adalah Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati. Ketidakmampuan nasabah memenuhi perjanjian yang telah disepakati keduabelah pihak secara teknis keadaan tersebut merupakan kegagalan. 2. Risiko Pasar Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain Risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan. Pendapat bank berasal dari selisih antara bunga yang dihasilkan dari sisa aktiva dengan bunga yang dibayarkan kepada dana pihak ketiga. Perubahan tingkat bunga dapat menyebabkan berkurangnya pendapatan tersebut sehingga menyebabkan kinerja bank menurun. 3. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas adalah Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas 56 Peraturan bank Indonesia nomor 13/23/PBI/2011..., pasal 1.

40 dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Oleh karena itu, dalam pengelolaan dana bank memperkirakan kebutuhan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks. 4. Risiko operasional Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai. Kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Risiko ini dapat menyebabkan terjadinya kerugian berakibat kepada penurunan kinerja dan tingkat kesehatan bank. 5. Risiko Hukum Risiko hukum adalah Risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Antara lain aspek yuridis tersebut adalah adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan undang-undang yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya kontrak dan perikatan agunan yang tidak sempurna. 6. Risiko Reputasi Risiko reputasi adalah Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank.

41 Persepsi negatif tersebut terjadi akibat ketidakpuasan nasabah atas pelayanan yang diberikan oleh bank atau akibat pelayanan bank yang tidak sesuai standar ataupun disebabkan penurunan kinerja bank. 7. Risiko Stratejik Risiko stratejik adalah Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Tidak ada perbedaan yang cukup signifikasi antara bank syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko stratejik. 8. Risiko Kepatuhan Risiko kepatuhan adalah Risiko akibat Bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta Prinsip Syariah. 9. Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) Risiko Imbal Hasil (Rate of Return Risk) adalah Risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank. 10. Risiko Investasi (Equity Investment Risk) Risiko Investasi (Equity Investment Risk) adalah Risiko akibat Bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing. 57 57 Ibid

42 C. Penerapan Manajemen Risiko Pada bab 2 tentang ruang lingkup manajemen risiko pasal 2 ayat 2 dan ayat 3, sebagaimana berikut: Pasal 2 : Penerapan Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk BUS dilakukan secara individual maupun konsolidasi dengan Perusahaan Anak. Pada pasal 3: Penerapan Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk UUS dilakukan terhadap seluruh kegiatan usaha UUS, yang merupakan satu kesatuan dengan penerapan Manajemen Risiko pada BUK. 58 Ketentuan tersebut diperuntukkan BUS (bank umum syariah) dan UUS (unit usaha syariah) jadi keduanya harus menerapkan manajemen risiko sesuai dengan ketentuan di atas. Pada pasal 3 dan 4 juga dijelaskan hal-hal mengenai penerapan manajemen risiko, yaitu: Pasal 3: Penerapan Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) paling kurang mencakup: 1. pengawasan aktif Dewan Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah; 2. kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit Manajemen Risiko; 58 Ibid., pasal 2-3

43 3. kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko; dan 4. sistem pengendalian intern yang menyeluruh. Dan pasal 4: Penerapan Manajemen Risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 wajib disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran, dan kompleksitas usaha serta kemampuan Bank. 59 Ketentuan ini menjelaskan tentang DPS dan kecukupan serta sistem informasi tentang penerapan manajemen risiko. Proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian diatur dalam bab 5 tentang proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, pengendalian, dan sistem informasi manajemen risiko. Di bagian kesatu umum, pasal pasal 12 menjelaskan tentang kewajiban bank dalam untuk melakukan proses penerapan manajemen risiko dan isi dari pasal tersebut adalah: 1. Bank wajib melakukan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf c terhadap seluruh faktor-faktor Risiko (risk factors) yang bersifat material. 2. Pelaksanaan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib didukung oleh: a) sistem informasi Manajemen Risiko yang tepat waktu; dan 59 Ibid., pasal 3-4

44 b) laporan yang akurat dan informatif mengenai kondisi keuangan Bank, kinerja aktivitas fungsional dan eksposur Risiko Bank. 60 Proses penerapan Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian Risiko diatur dalam bagian kedua pasal 13 tentang kewajiban bank paling kurang melakukan beberapa tahap untuk melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan juga pengendalian risiko dan isi dari pasal 13 tersebut adalah: 1) Pelaksanaan proses identifikasi Risiko dilakukan dengan melakukan analisis paling kurang terhadap: a. karakteristik Risiko yang melekat pada Bank; dan semua risiko yang selalu dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu yang merugikan yang tidak diharapkan di bank baik konvensional maupun bank syariah. b. Risiko dari produk dan kegiatan usaha Bank. Semau risiko dari produk dan kegiatan yang dilakukan oleh bank. 2) Dalam rangka melaksanakan pengukuran Risiko, Bank wajib melakukan paling kurang: a. evaluasi secara berkala terhadap kesesuaian asumsi, sumber data dan prosedur yang digunakan untuk mengukur Risiko; penilaian secara berkala terhadap kesesuaian dengan terhadap risiko yang diterima berdasarkan dasar risiko, sumber data-data dan cara yang digunakan untuk mengukur risiko. 60 Ibid., pasal 12.

45 b. penyempurnaan terhadap sistem pengukuran Risiko apabila terdapat perubahan kegiatan usaha Bank, produk, transaksi dan faktor Risiko, yang bersifat material yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan Bank. 3) Dalam rangka melaksanakan pemantauan Risiko, Bank wajib melakukan paling kurang: a. evaluasi terhadap eksposur Risiko; penilaian terhadap risiko di masa lalu dan mengantisipasi risiko yang mungkin terjadi. b. penyempurnaan proses pelaporan apabila terdapat perubahan kegiatan usaha Bank, produk, transaksi, faktor Risiko, teknologi informasi dan sistem informasi Manajemen Risiko yang bersifat material. 4) Bank wajib melakukan langkah-langkah pengendalian atas Risiko yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank. Metode pengendalian risiko harus mempertimbangkan analisis terhadap besarnya potensi kerugian bank serta pertimbangan atas manfaat yang didapat serta biaya yang dikeluarkan 5) Penetapan langkah-langkah pengendalian Risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus sesuai dengan Prinsip Syariah. 61 61 Ibid., pasal 13.