BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus pembunuh nomor tiga di dunia. Stroke menjadi salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, modernisasi merupakan kata yang dapat. dimulai dari kehidupan sosial, ekonomi, pola pikir, ilmu pengetahuan dan

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI HEMIPARESE DEXTRA POST STROKE NON HAEMORAGIK DI RSUP DR.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB I PENDAHULUAN. Stroke kini telah menjadi perhatian dunia, menurut World Stroke

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang mencakup disegala bidang antara lain : politik, ekonomi, sosial

BAB I PENDAHULUAN. jantung sebagai pemompa, kelainan dinding pembuluh darah dan komposisi

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA HEMIPARESE SINISTRA POST STROKE NON HAEMORAGIC STADIUM RECOVERY KARYA TULIS ILMIAH

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan

BAB I PENDAHULUAN. darah menuju otak, baik total maupun parsial (sebagian) (Čengić et al., 2011).

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merokok, mengkonsumsi makanan siap saji (fast food) yang memiliki. kurang beristirahat dan berolahraga. (Auryn, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. perdarahan atau non perdarahan (Junaidi Iskandar, 2002: 4).

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. mendadak dan berat pada pembuluh-pembuluh darah otak yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. namun juga sehat rohani juga perlu, seperti halnya di negara sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). Menurut data Word Health Organization (WHO, 2010), menyebutkan setiap

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KASUS HEMIPARESE POST STROKE NON HEMORAGE DEXTRA DI RSUD SRAGEN

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

BAB I PENDAHULUAN. gangguan peredaran darah otak yang tejadi secara mendadak dan. menimbulkan gejala sesuai daerah otak yang terganggu (Bustaman MN,

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Gangguan pembuluh darah otak (GPDO) adalah salah satu gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. ke bagian otak sehingga mengakibatkan hilangnya fungsi otak (Smeltzer &

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

BAB 1 PENDAHULUAN. otak yang terganggu ( World Health Organization, 2005). Penyakit stroke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB 1 PENDAHULUAN. juga perlu, seperti halnya di Negara berkembang seperti Indonesia banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. tingkat kerusakannya (WHO, 2016). Sebagai penyebab utama disabilitas jangka

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global, penyebab utama dari kecacatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Namun pada kenyataannya, kehidupan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. panjang dengan rata-rata 44 juta kecacatan, dengan memberi dampak emosional

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

Obat Diabetes Paling Ampuh

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan psikologis. Gejala fisik paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

REHABILITASI STROKE FASE AKUT

BAB I PENDAHULUAN. penurunan aktivitas fisik seseorang. Penurunan aktivitas fisik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. Status sehat sakit para anggota keluarga dan keluarga saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. karena terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

Transkripsi:

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman terjadi beberaapa pergeseran pola kehidupan semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba instan, gaya hidup yang tidak sehat berupa kebiasaan yang menyimpang seperti merokok, mengkonsumsi alkohol dan mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, seperti makanan yang mengandung kolesterol tinggi sehingga kasus kesehatan yang banyak ditemui adalah kasus yang banyak berhubungan dengan degenerative diantaranya ialah seperti penyakit osteoatritis, diabetes, penyakit jantung dan penyakit stroke. Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di negara maju dan ketiga terbanyak di negara berkembang. Dengan kemajuan teknologi, stroke lebih sering meninggalkan kecacatan dibandingkan kematian. Stroke merupakan penyebab kecacatan kedua terbanyak di seluruh dunia pada individual di atas 60 tahun. Beban biaya yang ditimbulkan akibat stroke sangat besar, selain bagi pasien dan keluarganya, juga bagi negara (Freitas, 2005). Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi stroke di Indonesia 12,1 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas 2007 yang sebesar 8,3 persen. Stroke telah jadi penyebab 1

2 kematian utama di hampir semua rumah sakit di Indonesia, yakni 14,5 persen. Merujuk pada istilah medis, Stroke Center (2013) mendefinisikan: stroke adalah terjadinya gangguan fungsional otak fokal maupun global secara mendadak dan akut yang berlangsung lebih dari 24 jam akibat gangguan aliran pem-buluh darah otak. Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya stroke. Beberapa faktor stroke dibedakan berdasarkan dapat atau tidaknya risiko tersebut ditanggulangi, yaitu faktor risiko yang tidak dapat ditanggulangi/diubah (usia, jenis kelamin, berat lahir rendah, ras penduduk, faktor keturunan, kelainan pembuluh darah bawaan), faktor risiko yang dapat diubah (hipertensi, merokok, diabetes, penyakit jantung, kenaikan kadar kolesterol, diet dan nutrisi, latihan fisik, dan kegemukan), dan faktor risiko yang sangat dapat diubah (narkoba, pemakaian alkohol, metabolik sindrom, pemakaian obat kontrasepsi, gangguan pola tidur). Pada penderita stroke fisioterapis dan terapi okupasi terapi fokus untuk mengurangi gangguan motorik awal setelah stroke sementara meningkatkan kemampuan fungsional individu, namun beberapa studi telah diukur secara obyektif ekstremitas atas dan bawah kegiatan yang dilakukan oleh individu yang sedang menjalani rehabilitasi. Pengulangan ratusan gerakan yang diperlukan untuk belajar dan plastisitas otak. (Teasell, 2010)

3 Salah satu faktor yang menyebabkan pasien stroke menjadi tergantung dengan orang lain dan menjadi tidak mandiri dalam memenuhi kebutuhannya dan dalam melakukan aktifitas sehari-hari, diantaranya adalah adanya keterbatasan fungsional anggota gerak atas (AGA) yang mengalami kelemahan di salah satu sisi (hemiparesis) akibat lesi neurologis saraf pusat yang mereka alami. Adanya masalah-masalah yang di kemukakan di atas, penulis memandang perlu kondisi ini untuk diteliti mengingat bidang kajian fisioterapi adalah masalah-masalah yang berhubungan dengan gangguan gerak dan fungsi tubuh. Salah satunya adalah berupa latihan atau metode untuk dapat memulihkan serta memelihara keadaan pasien agar bias kembali ke aktivitas fungsionalnya, seperti makan, minum, dan kebutuhan mandi, cuci kakus. Disinilah peran Fisioterapi diperlukan untuk membantu masalah aktifitas fungsional dan gerak pada pasien stroke. Menurut WCPT (World Confederation for Physical Therapy) fisioterapi adalah Tenaga kesehatan yang memberikan layanan kepada individu dan populasi untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak maksimum dan kemampuan fungsional selama kehidupan. Ini termasuk menyediakan layanan dalam keadaan di mana gerakan dan fungsi terancam oleh penuaan, cedera, sakit, penyakit, gangguan, kondisi atau faktor lingkungan. Gerakan fungsional adalah pusat apa artinya menjadi sehat.

4 Adapun pendekatan, metode dan tehnik dalam bidang fisioterapi telah banyak yang dikembangkan guna melengkapi dan memperkaya dasar keilmuan dalam mengatasi masalah fisik dan fungsional bagi pasien penderita stroke, diantaranya adalah metode latihan Mirror box therapy dan Latihan Constraint Induced Movement Therapy (CIMT). Keduanya memiliki dasar ilmiah yang sampai saat ini masih terus dikembangkan dan diteliti oleh para dokter maupun fisioterapis yang berkonsentrasi pada penanganan klinis bagi penderita stroke untuk memulihkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional termasuk tentunya fungsi anggota gerak atas yang mengalami kelemahan di salah satu sisi (hemiparesis) akibat lesi neurologis saraf pusat yang mereka alami. Latihan mirror box therapy merupakan latihan yang masih dianggap baru dan belum memiliki banyak bukti uji klinisnya, Sejumlah studi penelitian skala kecil telah menunjukkan hasil yang menggembirakan, namun tidak ada konsensus saat ini untuk efektivitas terapi cermin. Tinjauan terakhir atas penelitian literatur yang diterbitkan oleh Moseley ( Moseley, Gallace & Spence 2008 ) Mirror box therapy adalah awalnya diperkenalkan oleh Ramachandran untuk mengurangi panthom pain tungkai yang di amputasi dan dapat mengambil manfaat pemulihan fungsi tangan setelah stroke. (Soha, 2014) Mirror Therapy dapat menjadi alternatif yang cocok karena biaya rendah dan praktis. Saat melakukan Mirror Therapy, pasien duduk di depan cermin ditempatkan pada bidang midsagittal. Ketika melihat ke

5 dalam cermin, pasien melihat pantulan cermin dari ekstremitas atas seolaholah itu adalah orang yang mengalami kelemahan. Pergerakan ekstremitas atas memberikan pasien ilusi dengan input yang dirasakan melalui feedback mempengaruhi ekstremitas yang ada di belakang cermin. Bukti substansial telah menunjukkan kemanjuran segera Mirror Box Therapy pada motor recovery penderita stroke. Peningkatan ini di ukur dengan evaluasi klinis Fugl-Meyer Assessment. ( Mehrholz, 2012 ) Latihan CIMT merupakan salah satu latihan dalam penatalaksanaan pasien pasca stroke dimana pada CIMT pasien diharuskan menggunakan sisi tangan yang sakit atau yang mengalami kelemahan saat melakukan program terapi dan aktivitas sehari-hari, sementara sisi tangan lain yang sehat atau yang tidak mengalami kelemahan sengaja ditahan atau dipaksa agar tidak digunakan untuk bergerak melakukan aktifitas sehari-hari tersebut. Termasuk dalam melakukan stabilisasi objek kecuali saat beristirahat (Hayner, 2010). Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tersendiri dalam bentuk skripsi yang berjudul Penambahan Mirror Box therapy (MBT) pada Constraint-Induced Movement Therapy (CIMT) Lebih Baik untuk Meningkatkan Fungsional Anggota gerak atas penderita Stroke Hemiparesis. Penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa latihan diterapkan pada pasien dengan kondisi yang sama yaitu pasien pasca stroke dan akan menilai bagaimana perbandingan peningkatan kemampuan fungsional AGA yang mengalami kelemahan atau keterbatasan fungsional dari kedua kelompok latihan.

6 B. Identifikasi Masalah Gaya hidup masa kini semakin tidak baik sehingga kasus kesehatan yang banyak ditemui adalah kasus yang banyak berhubungan dengan degenerative diantaranya ialah seperti penyakit osteoatritis, diabetes, penyakit jantung dan penyakit stroke. Penderita stroke akan mengalami banyak gangguan yang bersifat fungsional. Gejala stroke dapat bersifat fisik, psikilogis, ataupun perilaku. Gejala fisik paling khas adalah hemiparesis, kelemahan, hilangnya sensasi pada wajah, lengan dan tungkai di salah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara ataupun sulit untuk memahami, kesulitan menelan dan hilangnya sebagian penglihatan di satu sisi. Banyak masalah yang ditemukan oleh penulis pada kondisi stroke dimana ciri khas stroke sendiri sudah menjelaskan adanya kelemahan pada salah satu sisi tubuhnya yang akan mengakibatkan adanya problematika, penulis hanya akan mengangkat masalah keterbatasan fungsional anggota gerak atas saja. Maka, penulis merasa perlu untuk mengetahui apakah penambahan mirror Box therapy lebih baik pada latihan CIMT dalam meningkatkan kemampuan fungsional anggota gerak atas pada penderita stroke.

7 C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah latihan CIMT dapat meningkatkan kemampuan fungsional anggota gerak atas penderita stroke hemiparesis? 2. Apakah penambahan Latihan mirror box therapy pada latihan CIMT dapat meningkatkan kemampuan fungsional anggota gerak atas penderita stroke hemiparesis? 3. Apakah Penambahan Mirror box therapy pada Constraint-Induced Movement Therapy (CIMT) Lebih Baik untuk meningkatkan fungsional anggota gerak atas penderita Stroke hemiparesis? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum 1. Untuk mengetahui Penambahan Mirror box therapy pada Constraint-Induced Movement Therapy (CIMT) Tidak Lebih Baik untuk meningkatkan fungsional anggota gerak atas penderita Stroke. 2. Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui latihan mirror box therapy pada latihan CIMT dalam meningkatkan kemampuan fungsional anggota gerak atas penderita stroke hemiparesis. 2. Untuk mengetahui latihan CIMT dapat meningkatkan kemampuan fungsional anggota gerak atas penderita stroke

8 E. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Dengan penelitian ini dapat mengetahui manfaaat dan mekanisme dari metode latihan mirror box therapy terhadap latihan CIMT dalam meningkatkan kemampuan fungsional anggota gerak atas pada penderita stroke. 2. Bagi fisioterapi Dengan penelitain ini diharapkan seorang fisioterapis menambah wawasan bagi pengembangan latihan mirror box therapy dan latihan CIMT dalam meningkatkan kemampuan fungsional anggota gerak atas pada penderita stroke. 3. Bagi institusi pendidikan Hasil dari penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan masukan untuk diteliti lebih lanjut sekaligus membuka wawasan berfikir ilmiah dalam melihat pemasalahan yang timbul dalam lingkup fisioterapi.