GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARANGKAN II KABUPATEN KLUNGKUNG BALI 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

E- ISSN: , Print ISSN: ISM VOL. 6 NO.1, MEI-AGUSTUS, HAL 41-48

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Susanty Wahyu Nanurlaili, I Wayan Sudhana Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

Kata Kunci: Kesesuaian dan ketidaksesuaian, Resep, Obat Antihipertensi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

PREVALENSI HIPERTENSI PADA PENDUDUK UMUR 30 TAHUN HINGGA 80 TAHUN DI KECAMATAN TEMBUKU BANGLI BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Chan, sekitar 1 miliar orang di dunia menderita hipertensi, dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan gejala terlebih dahulu dan ditemukan secara kebetulan saat

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kelainan pada satu atau lebih pembuluh

ABSTRAK PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA HIPERTENSI PRIMER TERHADAP HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. darah sistolik (TDS) maupun tekanan darah diastolik (TDD)

I. PENDAHULUAN. Hipertensi dikenal secara umum sebagai penyakit kardiovaskular. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan kelainan pada sistem kardiovaskular yang masih

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari orang per tahun. 1 dari setiap 18 kematian disebabkan oleh stroke. Rata-rata, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular


BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Transkripsi:

GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANJARANGKAN II KABUPATEN KLUNGKUNG BALI 2014 Putu Riska Mordiana 1, I Wayan Weta 2 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 1 Bagian Ilmu Kedoteran Komunitas Ilmu Kedokteran Pencegahan FK Universitas Udayana 2 riskamomo_23@yahoo.com ABSTRAK Hipertensi merupakan masalah kesehatan di masyarakat yang memerlukan penanganan dengan baik. Menurut data di Puskesmas Banjarangkan II, kunjungan pasien yang menderita hipertensi pada bulan Juli 2014 menempati urutan kelima dari total sepuluh penyakit terbanyak, dan mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya. Terdapat berbagai macam faktor yang seharusnya dikontrol oleh para penderita hipertensi untuk menjaga agar tekanan darahnya dapat membaik. Dalam penelitian ini dilakukan observasi pada responden untuk mengetahui bagaimana responden melakukan kontrol terhadap tekanan darahnya setelah didiagnosis mengalami hipertensi. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional deskriptif dengan populasi penelitian adalah semua pasien hipertensi yang datang berobat dan tercatat dalam data kunjungan tahun 2014 di Puskesmas Banjarangkan II. Sampel pada penelitian ini didapat dengan menghitung jumlah sampel minimal dan dilakukan simple random sampling sehingga didapatkan 41 sampel. Data penelitian didapatkan dengan wawancara langsung pada sampel dan observasi ke lapangan. Dari wawancara dan observasi di lapangan pada 41 orang sampel didapatkan sampel yang mematuhi aturan minum obat sebanyak 87,8%, patuh terhadap aturan diet yang dianjurkan sebanyak 68,8% dan aktif berolahraga sebanyak 3,7%. Pasien yang patuh minum obat yang menunjukkan hipertensi terkontrol adalah 96,2%. Jika dilihat dari kepatuhan diet, 73,1% responden yang patuh diet menunjukkan hipertensi yang terkontrol. Pada variabel aktivitas olahraga, diperoleh hasil 69,2% yang patuh olahraga menunjukkan hipertensi yang terkontrol. Kata kunci: hipertensi, perilaku, gaya hidup, banjarangkan, puskesmas BEHAVIOR OF HYPERTENSION PATIENTS IN WORK AREA OF BANJARANGKAN II PUBLIC HEALTH CENTRE KLUNGKUNG REGENCY BALI 2014 ABSTRACT Hypertension is a public health problem that requires good coordination from many aspects. According to data in Banjarangkan II Public Health Centre, patients who are suffering from hypertension visiting the health centre in July 2014 ranks fifth out of a total of ten diseases, and increased compared to the previous month. In this research, observations are done on the samples to find out how the samples to take control of their blood pressure after being diagnosed with hypertension. This study is a cross-sectional descriptive study population, which population of study were all patients who come for treatment of hypertension and included in the health care's register in 2014. Samples in this study are got by counting the number of minimal samples and do simple random sampling to obtain 41 samples. The research data is obtained by direct interviews with samples and observations in the field. From interviews and observations in the field on 41 samples, there are samples who comply with rules of medication as much as 87.8%, adhere to recommended dietary rules as much as 68.8% and active in sports as much as 3.7%. Patients who took drugs regularly that show controlled hypertension were 96.2%. When viewed from the dietary rules, 73.1% 1

of respondents who adhere showed controlled hypertension. From sports activities, the results obtained 69.2% adherent sports show controlled hypertension. Keywords: hypertension, behavior, lifestyle, banjarangkan,health care PENDAHULUAN Hipertensi merupakan masalah kesehatan di masyarakat yang memerlukan penanganan dengan baik. Hipertensi merupakan masalah besar yang terdapat di Indonesia. Hipertensi sendiri didefinisikan sebagai tekanan darah di atas 140/90 mmhg 1. Menurut National Center of Health Statistic pada tahun 2011-2012, sekitar 29,1% penduduk di Amerika Serikat terdiagnosis hipertensi. Angka prevalensi hipertensi pada perempuan dan laki-laki hampir sama yaitu 29,7% pada laki-laki dan 28,% pada perempuan 1,2. Sedangkan angka kematian pada perempuan adalah sebesar,2% 2. Di Indonesia sendiri, angka prevalensi hipertensi adalah 30%. Menurut data di Puskesmas Banjarangkan II, hipertensi pada bulan Juli menjadi penyakit dengan urutan kelima dan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Berbagai faktor ikut berperan dalam terjadinya hipertensi. Faktor-faktor tersebut antara lain usia dan jenis kelamin. Gaya hidup pasien juga berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi. Hal tersebut meliputi kebiasan merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol serta pola makan dengan asupan tinggi garam. Faktor lain yang berpengaruh adalah obesitas dan kurangnya aktivitas olahraga. Riwayat keluarga dengan stroke merupakan fakor yang sangat penting karena faktor genetik juga berperan dalam kejadian hipertensi 4. Hipertensi dapat menjadi kontributor dalam terjadinya berbagai macam penyakit, seperti penyakit kardiovaskular yang meliputi, infark miokardial, congestive heart failure, penyakit vaskular lain seperti stroke, dan dapat pula menyebabkan gagal ginjal kronis 4. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007 yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI menunjukkan bahwa hipertensi dan penyakit kardiovaskular masih cukup tinggi dan bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh dari perilaku hidup bersih dan sehat, mahalnya biaya pengobatan hipertensi, disertai kurangnya sarana dan prasarana penanggulangan hipertensi. Data Riskesdas 2007 juga menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia berkisar 30% dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskular. Berdasarkan komplikasi-komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat hipertensi, maka seseorang yang sudah terdiagnosis hipertensi harus menjalankan penanganan baik secara medikamentosa maupun dengan perubahan gaya hidup. Biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pengobatan yang adekuat tergolong cukup signifikan. Menurut data dari NCHS (National Center for Health Statistic), hanya 2% pasien yang menjalani pengobatan hingga hipertensinya terkontrol, yaitu di bawah 140/90 mmhg 1,3. Di Indonesia sendiri hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol dari 30% pasien hipertensi. Status hipertensi terkontrol dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kepatuhan minum obat, kepatuhan diet dan aktivitas olahraga. Oleh karena itu berdasarkan data di atas, dilakukan penelitian untuk mengetahui perilaku pasien setelah terdiagnosis hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II. Dengan diketahuinya gaya hidup pasien setelah terdiagnosis hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II, diharapkan dapat dilakukan modifikasi gaya hidup yang benar agar tidak menimbulkan kontribusi yang lebih jauh terhadap terjadinya penyakitpenyakit lain seperti kardiovaskular, stroke maupun gagal ginjal kronis. METODE PENELITIAN Wilayah dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II, Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung pada bulan Agustus 2014. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif cross sectional, yaitu dilakukan satu kali pengumpulan data untuk melihat gambaran perilaku pasien yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II. 2

Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang menderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II yang tercatat pada buku register puskesmas. Pemilihan Sampel Jumlah sampel dalam penelitian adalah 41 orang yang dipilih melalui teknik simple random sampling. Pasien yang terpilih akan dikunjungi ke rumahnya sebagai responden. Pemilihan sampel dilakukan dengan membuat daftar nama-nama pasien yang pernah datang berobat ke Puskesmas Banjarangkan II. Kemudian dipilih secara acak hingga mencapai jumlah 41 sampel. Prosedur Pengumpulan Data Responden dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dengan pertanyaan terstruktur untuk memperoleh data kuantitatif. Data diperoleh dengan cara wawancara. Wawancara dilakukan di rumah responden, lama wawancara sekitar 1 menit. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Analisis Data Data entry dilakukan dengan coding dan editting menggunakan software SPSS Windows versi 20.0. Cleaning data dilakukan terhadap semua variabel untuk mengetahui data yang tidak sesuai (missing) sehingga didapatkan data yang tepat. Analisis data dilakukan secara deskriptif menggunakan software SPSS Windows versi 20.0. Adapun analisis yang dilakukan berupa analisis univariat terhadap variabel usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan pendidikan untuk karakteristik responden serta terhadap variabel kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, aktivitas olahraga dan status hipertensi. Tabulasi silang dilakukan pada variabel perilaku responden terhadap status hipertensi pasien. HASIL PENELITIAN Pada karakteristik responden, kelompok umur yang paling banyak mengalami hipertensi adalah kelompok usia 1-60 tahun yaitu 19 orang (46,3%). Jenis kelamin responden yang ditemukan lebih banyak adalah responden perempuan yaitu 22 orang (3,7%). Responden pada wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II lebih banyak berprofesi sebagai pedagang yaitu 14 orang (34,1%). Tingkat pendidikan responden kebanyakan adalah tamat SD, yaitu 13 orang (31,7%)(Tabel 1). Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik n % Responden Usia 41-0 tahun 1-60 tahun 61-70 tahun 71-80 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pekerjaan Petani Pedagang Pegawai negeri Ibu rumah tangga Tidak bekerja Lain-lain Tingkat Pendidikan SD SMP SMA Diploma/sarjana Tidak sekolah 19 10 7 19 22 7 14 4 6 13 7 10 6 46,3 24,4 17,1 46,3 3,7 17,1 34,1 9,8 14,6 31,7 17,1 24,4 14,6 Perilaku responden yang dianalisis adalah kepatuhan minum obat, kepatuhan diet dan keaktifan olahraga. Dari hasil wawancara didapatkan lebih banyak responden yang mematuhi aturan minum obat yaitu sebanyak 87,8%. Responden yang patuh terhadap aturan diet yang dianjurkan sebanyak 68,8%. Dari wawancara juga didapatkan responden yang aktif berolahraga secara teratur sebanyak 3,7%. Tabel 2. Perilaku Responden Setelah Terdiagnosis Hipertensi Kategori n % 3

Minum obat Pengaturan Diet Aktivitas olahraga Aktif Tidak aktif 36 28 13 22 19 87,8 68,8 31,7 3,7 46,3 Dari hasil penelitian didapatkan hasil pasien yang patuh minum obat yang menunjukkan hipertensi terkontrol adalah 96,2% dan pada pasien yang tidak patuh minum obat menunjukkan 73,3% dengan hipertensi terkontrol. Jika dilihat dari kepatuhan diet, 73,1% responden yang patuh diet menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada responden yang tidak patuh diet, 60% menunjukkan hipertensi yang terkontrol. Dari variabel aktivitas olahraga, diperoleh hasil 69,2% yang patuh olahraga menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada yang tidak aktif olahraga menunjukkan 73,3% dengan hipertensi tidak terkontrol. Tabel 3. Perilaku Sampel Terhadap Status Hipertensi Perilaku Minum Obat Pengaturan Diet Aktivitas Olahraga Aktif Tidak aktif Terkontrol n (%) 2 (96,2) 11 (73,3) 19 (73,1) 9 (60,0) 18 (69,2) 4 (26,7) Tidak n (%) 1 (3,8) 4 (26,7) 7 (26,9) 6 (40,0) 8 (30,8%) 11 (73,3%) PEMBAHASAN Karakteristik dan Perilaku Responden Berdasarkan karakteristik responden menurut jenis kelamin, diperoleh hasil lebih banyak responden perempuan 22 (3,7%) daripada responden lakilaki 19 (46,3%). Namun, perbedaan jumlah responden hipertensi antara laki-laki dan perempuan tidak terlalu signifikan. Data penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2009), bahwa prevalensi hipertensi dan wanita hampir sama. Selain itu, data NCHS (National Center of Health Statistic) juga menyebutkan bahwa prevalensi hipertensi sama pada laki-laki dan perempuan di Amerika Serikat tahun 2011-2012 1,2. Usia responden yang mengalami hipertensi mayoritas pada rentang usia 1-60 tahun yaitu sebesar 46,3%. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Frisoli et al di mana risiko hipertensi meningkat seiring peningkatan usia. Rentang usia 0 tahun ke atas rentan mengalami isolated systolic hypertension. Berdasarkan data penelitian diperoleh hasil bahwa mayoritas responden bekerja sebagai pedagang. Variabel pekerjaan digunakan untuk mengetahui gambaran mata pencaharian responden, sehingga peneliti dapat mengetahui gambaran status ekonomi yang berhubungan dengan tingkat stress yang dapat menjadi faktor risiko hipertensi. Stress melalui aktivitas saraf simpatik mengakibatkan peningkatan tekanan darah secara intermiten dan bertahap. Stress juga meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah jantung 6. Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, diperoleh hasil mayoritas pasien hipertensi adalah tamat SD. Pengetahuan responden mengenai hipertensi yang masuk dalam kategori baik sebanyak 6,1%. Berdasarkan variabel tingkat pendidikan, dapat diketahui gambaran sebaran tingkat pendidikan responden sehingga dapat berguna dalam pemberian edukasi mengenai cara pengendalian faktor risiko dan pengobatan serta modifikasi gaya hidup yang benar. Jika dilihat dari perilaku responden menurut kepatuhan minum obat, kepatuhan diet dan keaktifan olahraga, diperoleh data 87,8% patuh minum obat, 68% patuh anjuran diet dan 3,7% aktif berolahraga. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa lebih dari 0% pasien hipertensi menjalankan anjuran minum obat, diet yang sesuai dan aktivitas olahraga karena pengetahuan pasien mengenai hipertensi dan komplikasinya mayoritas baik. Perilaku Responden Terhadap Status Hipertensi Berdasarkan hasil tabulasi silang diketahui bahwa proporsi pasien yang patuh minum obat yang menunjukkan hipertensi terkontrol adalah 96,2% dan pada pasien yang tidak patuh minum obat 4

menunjukkan 73,3% dengan hipertensi terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan pada penatalaksanaan secara farmakologis memberikan hasil yang baik pada penurunan tekanan darah pasien. Pada pasien yang tidak patuh minum obat juga menunjukkan proporsi yang tinggi terhadap status hipertensi yang terkontrol. Hal ini disebabkan pada responden yang tidak patuh minum obat, sebagian besar lebih mematuhi modifikasi gaya hidup meliputi konsumsi makanan yang sesuai untuk hipertensi dan aktif berolahraga. Jika dilihat dari kepatuhan diet, 73,1% responden yang patuh diet menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada responden yang tidak patuh diet, 60% menunjukkan hipertensi yang terkontrol. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa modifikasi pola makan dengan mengikuti anjuran asupan makanan yang benar untuk hipertensi memberikan hasil yang baik dalam kontrol tekanan darah. Pada hasil ini dijumpai persentase yang tinggi pula pada responden yang tidak patuh diet namun hipertensinya terkontrol. Hal tersebut juga disebabkan oleh hal-hal lain yaitu responden lebih patuh dalam minum obat dan aktif olahraga. Dari hasil wawancara, sebagian responden mengaku bahwa mereka terkadang sulit untuk menahan dirinya untuk tidak mengkonsumsi makanan asin maupun makanan yang berlemak, misalnya pada masyarakat Bali yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi daging babi pada saat merayakan hari raya. Pada variabel aktivitas olahraga, diperoleh hasil 69,2% yang patuh olahraga menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada yang tidak aktif olahraga menunjukkan 73,3% dengan hipertensi tidak terkontrol. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas olahraga berkontribusi secara baik dalam menurunkan tekanan darah. Oleh karena itu, persentasi hipertensi terkontrol lebih dijumpai pada responden yang aktif dalam olahraga. Dari keseluruhan data diketahui bahwa kepatuhan pasien dalam minum obat, diet dan keaktifan olahraga sangat berkontribusi dalam penurunan tekanan darah. Ketiga modalitas tersebut tidak dapat dipisahkan. Apabila ketiga modalitas tersebut dijalankan dengan baik dan secara bersamaan maka akan diperoleh penurunan tekanan darah yang lebih baik dan status hipertensi terkontrol pada pasien dapat dipertahankan. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa pengetahuan yang baik mengenai hipertensi membuat responden mematuhi anjuran minum obat, diet yang sesuai dan keaktifan olahraga guna mempertahankan hipertensinya agar terkontrol 7,8. Selain itu, dari hasil wawancara kepatuhan pasien juga dilatarbelakangi oleh adanya riwayat penyakit yang mendasari dan sebagian besar responden juga mengetahui komplikasi yang ditimbulkan. Pada wawancara didapatkan beberapa pasien mengalami diabetes mellitus. Sehingga pasien akan berupaya untuk menjaga kondisi dirinya agar dalam keadaan yang terkontrol. Oleh karena itu, mayoritas responden senantiasa mematuhi anjuran-anjuran yang benar dalam penatalaksanaan hipertensi. Kelemahan Penelitian Adapun kelemahan dalam penelitian ini antara lain hasil penelitian ini mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan perilaku pasien hipertensi yang sebenarnya. Hal ini disebabkan ada kemungkinan responden tidak berkata jujur saat wawancara dan dalam menilai perilaku tidak cukup hanya dengan wawancara saja. Yang kedua adalah pewawancara adalah peneliti sendiri yang mengetahui tujuan penelitian secara rinci, kemungkinan mengarahkan jawaban responden dapat terjadi. Untuk mengurangi hal tersebut beberapa pertanyaan dalam kuesioner dibuat pertanyaan dengan jawaban tertutup. Kelemahan lainnya adalah waktu penelitian yang terbatas dan ruang lingkup penelitian yang sempit sehingga mungkin belum diperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai perilaku pasien hipertensi. SIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan 3,7% pasien hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Banjarangkan II adalah perempuan dengan rentang usia mayoritas 1-60 tahun sebanyak 46,3%. Berdasarkan pekerjaan, mayoritas sebagai pedagang (34,1%) dengan tingkat pendidikan terbanyak tamat SD (31,7%). Dari hasil wawancara didapatkan responden yang mematuhi aturan minum obat sebanyak 87,8%, patuh terhadap aturan diet yang dianjurkan sebanyak 68,8% dan aktif berolahraga sebanyak 3,7%. Pasien yang patuh minum obat yang

menunjukkan hipertensi terkontrol adalah 96,2% dan pada pasien yang tidak patuh minum obat menunjukkan 73,3%. Jika dilihat dari kepatuhan diet, 73,1% responden yang patuh diet menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada responden yang tidak patuh diet, 60% menunjukkan hipertensi yang terkontrol. Pada variabel aktivitas olahraga, diperoleh hasil 69,2% yang patuh olahraga menunjukkan hipertensi yang terkontrol dan pada yang tidak aktif olahraga menunjukkan 73,3% dengan hipertensi tidak terkontrol. Ketiga modalitas tersebut tidak dapat dipisahkan dan jika dilaksanakan secara bersamaan akan menurunkan tekanan darah lebih baik dan terkontrol. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa pengetahuan yang baik mengenai hipertensi membuat responden mematuhi anjuran minum obat, diet yang sesuai dan keaktifan olahraga. Selain itu kepatuhan responden juga dilatarbelakangi oleh adanya riwayat penyakit yang mendasari seperti diabetes mellitus dan pengetahuan mengenai komplikasi hipertensi, sehingga pasien akan berupaya untuk menjaga kondisi dan mematuhi penatalaksanaan hipertensi yang benar. 6. Huang N, Duggan K, et al. Lifestyle Management of Hypertension. Australian Prescriber ; Vol.31 ; No. 6. 2008. p 10-13. 7. Simces ZL, Rose SE, Rabkin SW. Diagnosis of Hypertension and Lifestyle Modifications for Its Management. BC Medical Journal : Vol.4 ; No.8. 2012. 8. Novian A. Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Diit Pasien Hipertensi. Universitas Negeri Semarang. 2013. p 1-17. DAFTAR PUSTAKA 1. Nwanko T, Yun SS, Burt V, et al. Hypertension Among Adults in the United States: National Health and Nutrition Examination Survey, 2011 2012. NCHS : No. 133. 2013. p 1-8. 2. Anonim. High Blood Pressure. American Heart Association. 2013. 3. Luehr D, Wolley T, et al. Health Care Guideline : Hypertension Diagnosis and Treatment. 2012. 4. Anggraini AD, Waren A, et al. Faktor-- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari Sampai Juni 2008. FK UNRI. 2009. p 6-14.. Frisoli TM, Schiemeder RE, et al. Beyond Salt : Lifestyle Modification and Blood Pressure. European Heart Journal ; 2011(32) : 3081-3087. 6