BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain yang digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. dalam bentuk randomized pretest-posttest Control Group Design, yaitu desain

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan satu perlakuan. Pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki peningkatan pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk mengungkapkan ada tidaknya hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bermaksud menerapkan suatu metode inkuiri dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kemampuan penalaran matematik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi Kuasi-Eksperimen, sehingga subjek tidak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel

BAB III METODE PENELITIAN. subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 25 Bandarlampung yang terletak di Jl.

Kelas Eksperimen : O X O

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Xaverius 2 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain percobaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen untuk menerapkan suatu model

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Kelas VIII di SMP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen. Tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena peneliti melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 7 Bandarlampung.

Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Bangunrejo. Populasi yang diteliti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Mitra Bakti

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung. Populasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimen karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu melihat hubungan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Terbanggi Besar yang terletak di desa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat kuasi eksperimen menggunakan design Pretest-

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian eksperimen ini dilaksanakan di kelas X SMK Telkom

BAB III METODE PENELITIAN. Pengukuran kemampuan pemahaman dan penalaran matematis siswa dilakukan

Dimana, O : Pretes atau postes. X : Perlakuan berupa pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. : Subjek tidak dipilih secara acak.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang terletak di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VIII SMP Al-Kautsar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan sebab-akibat antara

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti tidak mampu mengontrol sepenuhnya variabel-variabel yang mungkin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 31 Bandar Lampung. Populasi

METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 23

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut tidak dipilih

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, maka

BAB III METODE PENELITIAN

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

BAB III METODE PENELITIAN. postes (post-test only control group), sebanyak 3 kelompok. Kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. pengelompokkan secara acak. Pembentukan kelas baru hanya akan menyebabkan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian eksperimen dengan desain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis

BAB III METODE PENELITIAN. matematik siswa dengan menerapkan pendekatan Model Eliciting Activities

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini ingin menguji sebuah perlakuan yakni pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. kemampuan penalaran dan pemecahan masalah matematis siswa melalui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan dua kelompok sampel yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri I Ketapang. penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri I Ketapang yang

III. METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. 2015/2016, dengan pokok bahasan Lingkaran. eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Dalam implementasinya di lapangan, penelitian ini menggunakan dua

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. Metodologi Penelitian. Contextual Teaching and Learning (CTL). Metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen (experimental

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

METODE PENELITIAN. sebanyak 145 siswa yang terdistribusi ke dalam lima kelas (VIII A VIII E).

BAB III METODE PENELITIAN O X O

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pemilihan sampel berdasarkan kelas-kelas yang memang sudah

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimen dengan desain yang digunakan berbentuk randomized pretest-postest control group design dan dapat diformulasikan sebagai berikut: Kelas Eksperimen A : O X O Kelas Kontrol A : O O Keterangan: A = Pengambilan sampel kelas secara acak O = pretes sama dengan postes X = pembelajaran matematika melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah Berdasarkan desain di atas, langkah kerja yang ditempuh dalam penelitian ini adalah: 1. Menentukan tempat penelitian yang representatif dengan pembelajaran yang dikembangkan.. Merancang, mengkonsultasikan, mengujicobakan, menganalisis, merevisi dan menetapkan instrumen penelitian. 3. Merancang, mengkonsultasikan, merevisi dan menetapkan skenario pembelajaran dan materi pembelajaran. 35

36 4. Melakukan tes awal 5. Melakukan eksperimen 6. Melakukan tes akhir untuk mengetahui kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah siswa dengan kelas eksperimen dan kelas kontrol. 7. Memberikan tes skala sikap. 8. Melakukan analisis semua data. 3.. POPULASI DAN SAMPEL Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP di Kabupaten Sukabumi. Sampel dipilih dengan dengan teknik purposive sampling yaitu siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Sukalarang Sukabumi yang dipilih dua kelas secara acak. SMP Negeri 1 Sukalarang Sukabumi dipilih sebagai tempat penelitian karena SMP tersebut termasuk dalam sekolah kualifikasi level rendah. Pemilihan sekolah dengan kualifikasi level rendah didasarkan pada asumsi bahwa peningkatan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis yang muncul berasal dari pengaruh perlakuan yang diberikan. Pertimbangan pengambilan kelas VIII, karena sesuai dengan laporan TIMSS 1999 dan 003 yang menyatakan kurangnya kemampuan siswa kelas VIII dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah dan komunikasi matematis, selain itu siswa kelas VIII telah memiliki cukup waktu dalam iklim belajar di SMP. Pada kelas eksperimen pembelajaran dilakukan oleh peneliti dengan guru kelas berada di kelas sebagai peninjau, sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan oleh guru kelas dengan peneliti berada di kelas sebagai peninjau.

37 3. 3. INSTRUMEN PENELITIAN Sesuai dengan jenis data yang diharapkan diperoleh dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang adalah tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis, lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran, tes skala sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran, wawancara dan catatan lapangan. Soal tes digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Soal disusun dalam dua paket masingmasing terdiri dari 5 soal untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis dan 5 soal untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis. Materi yang diuji pada kedua paket soal adalah dua bab materi di semester dua pada kelas VIII yaitu bab Kubus dan Balok, serta bab Prisma dan Limas. Penyusunan soal tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal yang mencakup pokok bahasan, kemampuan komunikasi, pemecahan masalah, dan indikator. Setelah pembuatan kisi-kisi dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban dan aturan pemberian skor tiap butir soal. Sebelum instrumen tes komunikasi matematis digunakan, terlebih dahulu diujicobakan secara terbatas kepada kelompok kecil siswa SMP di Sukabumi yang terdiri dari siswa SMPN dan SMPN 5 Sukabumi untuk menguji keterbacaan soal sebelum diujicobakan kepada kelompok besar. Selain itu soal tersebut diperiksa dan divalidasi isi dan mukanya. Uji validitas ini dilakukan oleh lima orang penimbang yang dianggap ahli atau punya pengalaman baik. Kelima

38 penimbang berlatar belakang pendidikan yang terdiri dari dua orang lulusan S3 UPI, satu orang lulusan S UPI, dan dua orang lulusan S1 UPI. a. Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Soal untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis disusun dalam bentuk esai. Kemampuan komunikasi matematis meliputi kemampuan mengungkap ide matematis dalam bentuk gambar, diagram atau grafik, membuat model matematis serta menuliskan penjelasan dan alasan dalam bahasa yang logis. Pemberian skor pada kemampuan komunikasi disesuaikan dengan pedoman yang diusulkan Cai, Lane dan Jakabcin (1996) seperti pada Tabel 3.1 berikut. Skor Tabel 3.1 Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis Menulis Matematika Menggambar Matematika Ekpresi Matematis 0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa. 1 Hanya sedikit dari Hanya sedikit dari Hanya sedikit dari penjelasan yang benar gambar, tabel atau model matematika Penjelasan secara matematk masuk akal namun hanya sebagian yang lengkap dan benar 3 Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar, meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat sedikit kesalahan bahasa 4 Penjelasan secara matematis masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis Skor max diagram yang benar Melukiskan, diagram, gambar atau tabel namun kurang lengkap dan benar Melukiskan diagram, gambar dan tabel dengan lengkap dan benar yang benar Membuat model matematika dengan benar, namun salah dalam mendapatkan solusi Membuat model matematika dengan benar, kemudian melakukan perhitungan ataupun mendapatkan solusi secara lengkap 4 3 3 Diadaptasi dari model Cai, Lane dan Jakabcin (1996) dan Helmaheri (004)

39 b. Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Soal untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis disusun dalam bentuk esai. Soal bentuk esai dianggap lebih cocok digunakan untuk mengukur sejauh mana tahapan pemecahan masalah matematis digunakan siswa dalam menyelesaikan masalahnya. Penyusunan soal merujuk pada pendapat Brownell (dalam, Helmaheri 004) yaitu masalah yang akan diajukan dalam tes pemecahan masalah harus dapat dipahami siswa, baik dari pertimbangan materi prasyarat, konsep yang sedang diuji, maupun penyusunan soal. Akan tetapi, dari apa yang mereka ketahui tersebut tidak secara langsung dapat diperoleh jawaban yang memuaskan. Pemberian skor atas jawaban siswa diadaptasi dari langkah-langkah pemecahan masalah model Polya dengan tahapan memahami masalah, menyusun rencana, melaksanakan penyelesaian dan melakukan pemeriksaan kembali terhadap jawaban seperti pada Tabel 3. berikut: Tabel 3. Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Memahami Skor Masalah 0 Salah menginterpretasikan soal atau salah sama sekali 1 Tidak mengindahkan kondisi soal atau interpretasi kurang tepat Memahami soal selengkapnya Menyusun rencana Tidak ada rencana penyelesaian Membuat rencara strategi yang tidak relevan Membuat rencana strategi penyelesaian yang kurang relevan Melaksanakan Penyelesaian Tidak ada penyelesaian Melaksanakan prosedur yang mengarah pada jawaban benar tapi salah perhitungan atau penyelesaian tidak lengkap Melaksanakan prosedur yang benar dan mendapat hasil Memeriksa Kembali Tidak ada keterangan Pemeriksaan hanya pada hasil perhitungan Pemeriksaan kebenaran proses

40 3 sehingga tidak dapat dilaksanakan Membuat rencana strategi yang benar tetapi tidak lengkap 4 Membuat rencana strategi penyelesaian yang benar dan mengarah pada jawaban yang benar max 4 Diadaptasi dari model Polya dalam Ratnaningsih (003) yang benar (keseluruhan) 1. Validitas Butir Soal Untuk Kepentingan pengujian validitas butir soal, digunakan uji korelasi produk moment Pearson, dengan rumus: r xy = Keterangan : n xy ( x)( y) x ( x) n y ( n )( ( y) ) r xy x y n = Koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y = Nilai tes = Nilai rata rata formatif = Banyaknya subjek Setiap butir soal dikatakan valid jika nilai r hitung > dari r tabel. Nilai r tabel (5;0,05) = 0,381. Hasil analisis validitas butir soal kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan Hasil analisis validitas butir soal kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada Tabel 3.4.

41 Tabel 3.3 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Kemampuan Komunikasi Matematis No Soal Nilai r xy Nilai r tabel Keterangan 1 0,69 0,381 Valid 0,87 Valid 3 0,737 Valid 4 0,870 Valid 5 0,684 Valid Tabel 3.4 Hasil Analisis Validitas Butir Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis No Soal Nilai r xy Nilai r tabel Keterangan 1 0,600 0,381 Valid 0,535 Valid 3 0,746 Valid 4 0,61 Valid 5 0,465 Valid Berdasarkan Tabel 3.4 dan Tabel 3.4, dapat disimpulkan bahwa validitas butir soal kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis semua bersifat valid.. Reliabilitas Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama atau konsisten. Yaitu

4 jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berbeda, tempat yang beda pula, alat ukur tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi, dan kondisi. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas perangkat tes berupa bentuk uraian dipergunakan rumus Cronbach s Alpha sebagai berikut (Suherman, 1990): r 11 = n n 1 si 1 st Keterangan : r 11 n = Reliabilitas butir soal secara keseluruhan = Banyak butir soal (item) s i = Jumlah varians skor tiap item s t = Varians skor total Dengan varian si dirumuskan (Suherman, 1990 ): s = x n ( x) n Sebagai patokan menginterprestasikan derajat reliabilitas digunakan kriteria menurut Guilford (Suherman, 1990). Dalam hal ini r 11 diartikan sebagai koefisien reliabilitas.

43 Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Nilai r 11 r 11 0,0 0,0 < r 11 0,40 0,40 < r 11 0,70 0,70 < r 11 0,90 0,90 < r 11 1,00 Klasifikasi Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Hasil analisis reliabilitas instrumen tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada Tabel 3.6. Tabel 3.6 Hasil Analisis Reliabilitas Instrumen Tes yang diujikan Nilai Reliabilitas Keterangan Kemampuan Komunikasi Matematis 0,898 Tinggi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis 0,80 Tinggi Berdasarkan Tabel 3.6 di atas, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas instrumen tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis tergolong tinggi.

44 3. Daya Pembeda Daya pembeda tes suatu butir soal menyatakan kemampuan butir soal tersebut membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: DP = SA SB IA DP = Daya pembeda SA = Jumlah skor kelompok atas SB = Jumlah skor kelompok bawah IA = Jumlah skor ideal salah satu kelompok Tabel 3.7 Klasifikasi Daya Pembeda Nilai DP DP 0,00 Klasifikasi Sangat jelek 0,00 < DP 0,0 Jelek 0,0 < DP 0,40 Cukup 0,40 < DP 0,70 Baik 0,70 < DP 1,00 Sangat baik Hasil perhitungan diperoleh daya pembeda soal kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.8 dan daya pembeda soal kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada Tabel 3.9 sebagai berikut:

45 Tabel 3.8 Daya Pembeda Soal Kemampuan Komunikasi Matematis Nomor soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,47 Baik 0,67 Baik 3 0,37 Cukup 4 0,73 Sangat Baik 5 0,47 Baik Tabel 3.9 Daya Pembeda Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor soal Daya Pembeda Interpretasi 1 0,44 Baik 0,49 Baik 3 0,60 Baik 4 0,45 Baik 5 0,48 Baik Berdasarkan Tabel 3.8 dan Tabel 3.9 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum daya pembeda instrumen tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis tergolong baik. 4. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran suatu butir soal menunjukkan apakah butir soal tersebut tergolong mudah, sedang atau sukar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: TK = S I t t TK = Tingkat kesukaran

46 S t I t = Jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal = Jumlah skor ideal butir soal Tabel 3.10 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Nilai TK TK = 0,00 Klasifikasi Terlalu sukar 0,00 < TK 0,30 Sukar 0,30 < TK 0,70 Sedang 0,70 < TK < 1,00 Mudah TK = 1,00 Sangat mudah Hasil perhitungan diperoleh tingkat kesukaran soal kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat pada Tabel 3.11 dan tingkat kesukaran soal kemampuan pemecahan masalah matematis dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut: Tabel 3.11 Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Komunikasi Matematis Nomor soal Tingkat Kesukaran Interpretasi 1 0,307 Sedang 0,47 Sedang 3 0,380 Sedang 4 0,387 Sedang 5 0,477 Sedang

47 Tabel 3.1 Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor soal Tingkat Kesukaran Interpretasi 1 0,313 Sedang 0,367 Sedang 3 0,407 Sedang 4 0,470 Sedang 5 0,87 Sukar Berdasarkan Tabel 3.11 dan Tabel 3.1 di atas, dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat kesukaran instrumen tes kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis tergolong sedang. c. Skala Sikap Instrumen skala sikap digunakan untuk memperoleh informasi mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah yang telah dilaksanakan. Penyusunan skala sikap berdasarkan pada beberapa indikator yang meliputi: (1) Sikap terhadap pembelajaran matematika, () Sikap terhadap pembelajaran berbasis masalah, (3) Sikap terhadap soal komunikasi matematis, (4) Sikap terhadap soal pemecahan masalah, (5) Sikap terhadap pembelajaran melalui kelompok kecil, (6) Sikap terhadap guru matematika. Skala sikap yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala sikap likert yang terdiri dari 0 pernyataan dengan empat pilihan, yaitu: Sangat Setuju (ST), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

48 d. Wawancara Pedoman wawancara digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai sikap siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Wawancara juga digunakan untuk mengecek beberapa hasil skala sikap, apakah mereka konsisten dengan jawaban pada skala sikap. e. Lembar Observasi Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan semua data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran, interaksi antar siswa dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Pedoman observasi yang digunakan berupa daftar ceklis untuk mendeteksi perilaku siswa selama pembelajaran. Observer yang melakukan pengamatan adalah guru matematika yang memahami pembelajaran berbasis masalah. f. Bahan Ajar Pada penelitian ini, konsep matematika yang menjadi dasar pengembangan bahan ajar adalah konsep garis singgung lingkaran, konsep kubus dan balok, serta konsep prisma dan limas yang berdasarkan KTSP. Bahan ajar ini dikembangkan dalam bentuk Rencana Pembelajaran (RP) yang disusun oleh peneliti dengan terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Setiap rencana pembelajaran yang disusun dilengkapi dengan lembar kerja siswa (LKS). Lembar kerja tersebut tersaji dengan menampilkan permasalahan-

49 permasalahan kontekstual yang harus dipecahkan yang penyusunannya disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah. Bahan ajar yang dikembangkan pada penelitian ini setidaknya ditujukan agar dalam pembelajaran tersebut dapat membantu siswa dalam: (1) mengembangkan kemampuan komunikasi matematis seperti memodelkan situasi dengan lisan, tertulis, gambar, grafik dan secara aljabar, () mengembangkan kemampuan pemecahan masalah seperti memilih dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah matematis atau di luar matematika, (3) memecahkan masalah non rutin yang memperlihatkan keluasan matematika, (4) mengembangkan kepercayaan diri, (5) melakukan komunikasi lisan maupun tulisan antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru. Pada kegiatan pembelajaran, jika siswa mengalami kebuntuan dalam menyelesaikan masalahnya maka guru berperan memberikan bantuan yang sifatnya mengarahkan siwa agar dapat menemukan ide penghubung untuk menyelesaikan permasalahan tadi yaitu dengan teknik probing atau scaffolding. g. Kegiatan Pembelajaran Fokus dari penelitian ini adalah mengkaji apakah terdapat dampak yang berbeda terhadap kemampuan pemecahan masalah dan komunikasi matematis siswa antara siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Kegiatan pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen dimulai dengan siswa disuguhkan pada permasalahan non rutin. Siswa secara kelompok

50 kecil yang terdiri dari 3-4 orang diminta untuk memecahkan masalah tersebut secara kooperatif. Peran guru dalam pembelajaran ini lebih banyak sebagai fasilitator. Guru berkeliling dan memberikan bantuan dengan menggunakan teknik probing dan scaffolding. Pada kelas kontrol, siswa mendapatkan pembelajaran secara konvensional, yaitu pembelajaran yang biasa mereka peroleh yang dilakukan oleh guru kelasnya.