BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, agar berlangsung tertib, efektif dan efisien. Norma-norma itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin kuat. Kedisiplinan berasal dari kata bahasa Inggris discipline yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah bisa habis untuk. diperbincangkan. Karena selama manusia itu ada,

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia. Hal ini akan terus berubah seiring dengan perubahan yang

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, agar dapat menciptakan sumber. peningkatan terhadap kualitas pendidikan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dewasa ini sangat dominan, di negara-negara yang sedang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN TEORI. A. Konsep Teoretis. 1. Efektifitas Tata Tertib. a. Pengertian Efektifitas Tata Tertib

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Undangundang

I PENDAHULUAN. kehidupan. Pengertian pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No.

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar sejak manusia lahir hingga akhir hayatnya. Havighurst dalam Bimo

BAB I PENDAHULUAN. tergambar dalam amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR,DAN HIPOTESIS. kewajiban belajar secara sadar dan menaati peraturan yang ada di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan Negara baik secara desentralisasi maupun secara otonomi

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya sekolah menjadi salah satu aspek yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

BAB I PENDAHULUAN. ada di daerahnya. Pembangunan daerah sebagai pembangunan yang dilaksanakan

NASKAH PUBLIKASI KONTRIBUSI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP KEDISIPLINAN SISWA KELAS 3B DI SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NUR HIDAYAH SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pancasila yang bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan YME,

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan sangat

BAB I PENDAHULUAN. maju mundurnya suatu bangsa terletak pada baik tidaknya karakter dan akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. organisasi untuk membantu mewujudkan tujuan organisasi itu sendiri. Siswanto

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait bagi guru, tenaga

BAB I PENDAHULUAN. pada dunia pendidikan dalam upaya mengembangkan pemahaman diri sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai tujuan organisasi. Kedisiplinan juga merupakan salah satu faktor dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan siswa sebagai bekal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. dengan keterampilan yang dimilikinya. Pendidikan yang berkualitas akan

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut Undang- Undang Nomor 43 tahun 1999), adalah suatu landasan hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah perkembangan kepribadian manusia. Telah dirumuskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tajam dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dunia pendidikan, menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. hanya mendidik siswa dalam hal akademis saja, tetapi juga melatih siswa agar

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, maka kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

PENANAMAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN MELALUI PROGRAM BERJUMPA (BERSIH JUM AT PAGI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

1. PENDAHULUAN. Pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang sisdiknas No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta

ABSTRAK. Oleh: Budi Hermawan, Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Slamet Riyadi, Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin dalam belajar merupakan hal yang penting di dalam pendidikan. Dengan menjalankan disiplin akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Disiplin belajar merupakan proses untuk membantu siswa dalam mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1 Tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang yang berhasil mencapai sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin yang tinggi. 2 Disiplin adalah kunci kesuksesan, sebab dengan disiplin orang menjadi berkeyakinan bahwa disiplin membawa manfaat yang dibuktikan dengan tindakan disiplinnya sendiri. 3 Begitu juga pada siswa harus teratur masuk kelas, harus tiba pada waktu yang sudah ditetapkan dan dengan sikap dan perilaku yang tepat pula, tidak boleh membuat onar di kelas, anak sudah harus mempersiapkan pelajarannya, mengerjakan PR dan telah menyelesaikannya dengan baik. Kewajiban-kewajiban tersebut membentuk disiplin siswa. Melalui praktek disiplin inilah kita dapat menanamkan semangat disiplin dalam diri anak didik. 4 1 Irawati Istadi, Agar Hadiah dan Hukuman Efektif, Jakarta: Pustaka Inti, 2005, h., 85. 2 Heryanto Sutedja, Mengapa Anak Anda Harus Belajar?, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1991, h. 46. 3 Agoes Soejanto, Bimbingan Kearah Belajar yang Sukses, Jakarta : Rineka Cipta, 1995, h. 74. 4 Emile Durkheim, Pendidikan Moral: Studi Teori Aplikasi Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Erlangga, 1990, h. 107. 1

2 Dalam belajar disiplin sangat diperlukan. Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan. Semua itu dimaksudkan agar tercipta suasana belajar yang baik dan harmonis, sehingga diharapkan para siswa dapat belajar dengan baik dan mencapai apa yang ia cita-citakan. Orang disiplin dalam menggunakan waktu baik waktu untuk belajar, istirahat, bermain dan sebagainya akan membiasakan dirinya hidup teratur. Dengan demikian untuk menegakkan disiplin siswa harus dimulai dari pembinaan kedisiplinan melalui pembelajaran agama, sehingga siswa dapat dengan mudah mematuhi disiplin tanpa adanya paksaan, baik dari orang tua, kepala sekolah maupun guru agama. Disiplin dalam hal ini, merupakan sebuah bentuk pengaruh arus balik kepada anak untuk membantunya memahami bahwa perilakunya dalam belajar itu salah dan supaya dia tidak mengulanginya lagi. Oleh karena itu, tindakan kedisiplinan bisa tersusun dari sebuah kata yang tegas dan peringatan yang keras. Dengan menjalankan disiplin belajar yang kuat akan membawa perasaan yang positif bagi siswa, seperti rasa puas, rasa tenang, rasa sayang, rasa suka dan rasa gembira dalam menjalankan peraturan. Kemudian sebaliknya akan menghilangkan rasa negatif pada diri siswa seperti rasa takut, rasa marah, rasa sedih, dan rasa jengkel. Dalam hal ini kaitannya dengan lembaga pendidikan yang merupakan wadah tempat pembentukan disiplin siswa sangat erat sekali, seperti kondisii yang ada di Jalan Tuanku Tambusai No. 12 Payung Sekaki, Pekanbaru terdapat suatu lembaga pendidikan yang bernama Sekolah Menengah Pertama

3 Tri Bhakti dimana secara umum programnya adalah untuk menjadikan anak bangsa yang cerdas, beriman dan bertaqwa, berilmu pengetahuan, berbudi pekerti yang luhur, bertanggung jawab, dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, dan dapat hidup mandiri di tengah masyarakat. Untuk mewujudkan hal di atas, Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti membuat tata tertib bagi siswa. Tentunya tata tertib ini diadakan supaya dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua siswa dalam rangka menunjang kelancaran proses belajar mengajar. Tata tertib yang dibuat khususnya oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di dalam pembelajaran yaitu antara lain 1) Siswa harus membawa Al-Qur an; 2) Siswa harus membawa yasin, mukenah bagi perempuan, dan peci bagi laki-laki; 3) Siswa harus menjawab ketika guru sedang mengabsen; 4) Siswa tidak dibenarkan keluar kelas diwaktu pergantian jam; 5) Siswa tidak dibenarkan berambut panjang; 6) Siswa dilarang berkata kotor; 7) Siswa tidak dibenarkan makan ketika pembelajaran berlangsung; 8) Siswa diharuskan memakai pakaian yang rapi dan lengkap; 9) Siswa dilarang meribut atau bermain-main di waktu pembelajaran berlangsung; 10) Siswa dilarang membantah atau melawan guru; 11) Siswa tidak dibenarkan tidak membuat PR. 5 Dan untuk mengantisipasi pelanggaran tata tertib di atas, guru Pendidikan Agama Islam memiliki hukuman-hukuman antara lain 1) Diberi teguran; 2) Diberi hukuman yang wajar sesuai dengan pelanggaran tata tertib;3) Dipanggil orang tua. Hukuman-hukuman yang diberikan secara bertingkat yang diterapkan dalam batas sewajarnya atau mendidik agar pola 5 Wawancara dengan Guru Pendidikan Agama Islam di SMP Tri Bhakti Pekanbaru bernama Mailina Sari, pada hari Senin 12 Oktober 2015, pukul 09.45 WIB.

4 dan tingkah laku siswa mau berubah kepada hal-hal yang lebih baik dan tidak sampai memberikan hukuman fisik yang menyebabkan siswa menderita secara fisik. Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan, guru Pendidikan Agama Islam telah berusaha melakukan disiplin dalam belajar secara maksimal guna untuk mencapai tujuan, akan tetapi tingkat kedisiplinan belajar siswa masih rendah. Hal ini terlihat pada gejala-gejala seperti: 1. Ditemukan ada sebagian siswa yang sering terlambat masuk kelas. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa tersebut disiplinnya rendah dan bersikap tak acuh terhadap tata tertib yang ada. 2. Ada siswa yang tidak membawa Al-Qur an. 3. Ada siswa yang tidak membawa yasin, mukenah atau peci. 4. Ditemukan ada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan tepat pada waktunya. 5. Ada siswa yang meribut atau bermain-main ketika proses pembelajaran berlangsung. 6. Ada siswa yang mengaktifkan atau bermain Hp dalam belajar. 7. Ada siswa yang berkata kotor. 8. Ada sebagian siswa yang keluar masuk kelas pada jam belajar. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai Efektifitas Pelaksanaan Tata Tertib dalam Membentuk Disiplin Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti Pekanbaru.

5 B. Penegasan Istilah Dalam memahami penelitian ini ada beberapa istilah yang perlu ditegaskan maknanya, yaitu antara lain: 1. Efektifitas adalah keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang direncanakan dapat tercapai, semakin banyak rencana yang dapat dicapai semakin efektif pada kegiatan tersebut. 6 Efektifitas yang dimaksud adalah hasil pelaksanaan tata tertib dalam membentuk disiplin belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Tri Bhakti Pekanbaru. 2. Pelaksanaan adalah (pemanfaatan dan sebagainya) memanfaatkan sesuatu. 7 Pemanfaatan yang dimaksud adalah pemanfaatan tata tertib dalam membentuk disiplin belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Tri Bhakti Pekanbaru. 3. Tata tertib merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati dan dilaksanakan, tata tertib menyangkut disiplin. 8 Tata tertib yang dimaksud adalah peraturan-peraturan dalam membentuk disiplin belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Tri Bhakti Pekanbaru. 4. Disiplin belajar adalah suatu kondisi belajar yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian sikap dan prilaku pribadi atau kelompok yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan 6 Madyo Kasihadi dan Eko Susilo, Dasar-dasar Pendidikan, Semarang: Effhar Offset, 1985, h., 54. 7 W. J. S Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006, h., 333 8 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,1998, h., 906.

6 dan ketertiban. 9 Disiplin belajar yang dimaksud adalah kondisi belajar yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Tri Bhakti Pekanbaru. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Adapun masalah pokok dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut: a. Bagaimana efektifitas pelaksanaan tata tertib dalam membentuk disiplin belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti Pekanbaru? b. Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi efektifitas pelaksanaan tata tertib dalam membentuk disiplin belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti Pekanbaru? c. Apakah ada hubungan yang signifikan pelaksanaan tata tertib sekolah terhadap disiplin belajar siswa di Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti Pekanbaru? d. Apa sajakah upaya yang dilakukan pihak sekolah agar para siswa patuh menjalankan tata tertib yang ada? e. Bagaimana kedisiplinan yang dilakukan oleh instansi terkait dalam pembentukan disiplin belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti Pekanbaru? 9 Hamid ST, Kamus Pintar Bahasa Indonesia, Surabaya: Pustaka Dua, 2003, h. 195.

7 2. Batasan Masalah Mengingat masalah yang perlu dicarikan jawaban penelitiannya cukup luas sementara kemampuan penulis terbatas, maka permasalahan yang akan diteliti penulis batasi hanya pada masalah: a. Efektifitas pelaksanaan tata tertib dalam membentuk disiplin belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti Pekanbaru. b. Faktor-faktor yang memengaruhi efektifitas pelaksanaan tata tertib dalam membentuk disiplin belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti Pekanbaru. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu: a. Bagaimana efektifitas pelaksanaan tata tertib dalam membentuk disiplin belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti Pekanbaru? b. Apa faktor-faktor yang memengaruhi efektifitas pelaksanaan tata tertib dalam membentuk disiplin belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti Pekanbaru?

8 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui efektifitas pelaksanaan tata tertib dalam membentuk disiplin belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti Pekanbaru. b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi efektifitas pelaksanaan tata tertib dalam membentuk disiplin belajar siswa pada pelajaran pendidikan agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Tri Bhakti Pekanbaru. 2. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaaan penelitian ini dikelompokkan secara teoritis dan praktis yaitu: a. Secara teoritis 1) Menambah khazanah pengetahuan dalam perpustakaan sehingga dapat menjadi rujukan bagi semua akademis dalam pengembangan studi lain. 2) Dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti lain yang akan melakukan kajian dalam masalah penelitian lanjutan. b. Secara praktis 1) Memberi masukan dan kontribusi bagi pihak sekolah dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran. 2) Secara praktis hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi guru-guru dalam optimalisasi kerja di sekolah.