BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. yang didasarkan atas kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masingmasing

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. tidaknya pembangunan ekonomi adalah dengan menentukan besarnya Produk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pengertian Perdagangan Internasional

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. saling mempengaruhi suatu negara dengan negara lain serta lalu lintas barang dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. materi tersebut disampaikan secara berurutan, sebagai berikut.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kebutuhannya sendiri tanpa mengimpor barang dan jasa dari negara lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang nantinya digunakan untuk membiayai impor. Ekspor suatu negara

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang mengimpor maupun mengekspor akan menimbulkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS P ENELITIAN

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Oleh. masyarakat Indonesia yang maju dan mandiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

Indikator Inflasi Beberapa indeks yang sering digunakan untuk mengukur inflasi seperti;.

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang paling umum adalah berupa perdagangan atau transaksi barang.

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

ekonomi K-13 INFLASI K e l a s A. INFLASI DAN GEJALA INFLASI Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

Pengantar Ekonomi Makro. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI, PENGELUARAN PEMERINTAH, PENAWARAN UANG DAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

Perdagangan, Globalisai, dan Neraca Pembayaran Internasional. Pengantar Ilmu Ekonomi

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Cakupan Teori Ekonomi Makro, Output, Inflasi, Pengangguran, dan Variabel ekonomi Makro lainnya

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESA. Seasoned equity offerings (SEO) merupakan penawaran saham tambahan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Dibandingkan dengan negara-negara maju, Indonesia sangatlah tertinggal

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian tingkat kesejahteraan hidup yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. dapat meningkatkan perekonomian di negaranya masing-masing, dimana bagi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keputusan investasi yang sebelumnya sudah dilakukan diantaranya sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang

EKONOMI MAKRO RINA FITRIANA,ST,MM

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori perdagangan internasional Perdagangan internasional adalah transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara lain, baik mengenai barang-barang maupun jasa-jasa (Sobri, 2001 : 2). Subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, pengusaha ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan yang menurut total ekspor dan impor suatu negara secara keseluruhan. 2.1.1.1 Terjadinya perdagangan internasional Berdagang dengan negara lain kemungkinan dapat memperoleh keuntungan, yakni dapat membeli barang yang harganya lebih rendah dan mungkin dapat menjual keluar negeri dengan harga yang relatif lebih tinggi. Perdagangan luar negeri timbul di sebabkan oleh : 1) Harga barang yang berbeda di setiap negara yang ditentukan oleh biaya produksi untuk menghasilkan suatu jenis barang tertentu. 2) Selara dan pendapatan penduduk suatu negara akan produk luar negeri menimbulkan impor. Permintaan akan suatu barang ditentukan oleh pendapatan. Jika pendapatan naik, maka pembelian barang dan jasa baik dari dalam negeri maupun impor dapat mengalami kenaikan. 16

Analisa kurva parsial menjelaskan terjadinya perdagangan internasional. Anggapannya adalah terdapat negara A, negara B serta satu jenis barang. Harga keseimbangan negara A terjadi pada PA. Untuk negara B, harga keseimbangan terjadi pada harga PB. Permintaan dan penawaran suatu barang di negara A ditunjukkan dengan kurva DA dan SA. Sedangkan permintaan dan penawaran suatu barang di negara B ditunjukkan dengan kurva DB dan SB Suatu ketika, di negara A mengalami kenaikan jumlah permintaan terhadap barang X, maka kenaikan tersebut menggeser kurva permintaan ke kanan atas dari DA menjadi DA1. Karena jumlah barang X yang ditawarkan tidak mengalami perubahan, maka kelebihan permintaan tersebut akan mendorong terjadinya kenaikan harga barang X dari PA menjadi PA1. Sedangkan pada saat yang bersamaan di negara B terjadi kelebihan jumlah produksi barang X, namun jumlah permintaan terhadap barang tersebut tidak mengalami perubahan, sehingga kelebihan produksi tersebut menyebabkan terjadinya pergeseran kurva penawaran ke kanan bawah dari SB ke SB1. Hal ini menyebabkan harga barang X turun dari PB ke PB1. Untuk mengantisipasi agar harga barang X di negara A tidak semakin tinggi dan di negara B tidak semakin merosot, maka negara A dan B sepakat untuk melakukan kerjasama perdagangan yaitu dengan jalan negara B mengekspor kelebihan produksinya ke negara A. Sehingga harga barang di negara B akan naik (jumlahnya semakin kecil) dan harga di negara A akan semakin turun (jumlahnya semakin besar). Adapun gambaran diatas dapat digambarkan melalui analisis parsial pada Gambar 2.1 berikut: 17

Gambar 2.1 Kurva Parsial Perdagangan Internasional Negara A Negara B Perdagangan Internasional P D1A P P SA SB DA SA DB SB P1A S1B P1A PA PB P1B PAB P1B 0 Q 0 Q 0 DB DA Q Sumber : Tambunan, 2000 18

2.1.1.2 Manfaat Perdagangan Internasional Perdagangan yang dilakukan oleh dua negara dapat memberikan keuntungan yang di sebut dengan gains from trade Gambar 2.2 Diagram Kotak Edgeworth - Bowley X 2 O 2 A Y 1 Y 2 C B D A E 1 ' 2 1' 1 1 " 1 1 " 2 1 2 1 1 O 1 X 1 Sumber : Boediono, 2001:12 Dua konsumen memiliki dua macam barang (X) dan (Y) dengan jumlah tertentu. Konsumen 1 memiliki barang X1 dan Y1, konsumen 2 memiliki barang X2 dan Y2. Indefference curve 1 1 dan 1 2 adalah tingkat kepuasan konsumen, jika mengkonsumsi semua barang yang dimilikinya (titik A). Titik B menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi (1'1) dan (1'2). Dalam hal ini konsumen 1 harus menawarkan barang Y sebanyak AC dan ditukarkan dengan barang X sebanyak CB. Jika konsumen 2 mau melakukan pertukaran maka harus mengorbankan konsumsi barang X sebanyak CB, dan sebagai gantinya konsumen 2 mendapatkan barang Y sebanyak AC. 19

Pertukaran antara kedua konsumen bisa menghasilkan pola konsumsi baru yang menguntungkan bagi kedua pihak. Kenaikan kepuasan yang ditimbulkan oleh pertukaran di sebut gain from trade. Jalur EBD yang terdiri dari persinggungan antara kurva indeferens konsumen 1 dan 2 di sebut jalur kontrak atau kurva kontrak. Salah satu titik akan menjadi posisi yang akan disetujui oleh kedua pihak untuk suatu kontrak. 2.1.2 Teori impor Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean suatu negara dengan memenuhi ketentuanketentuan yang berlaku (BPS, 2002:59) Besarnya impor suatu negara dipengaruhi oleh kesanggupan barang-barang yang diproduksi oleh negara-negara untuk bersaing dangan barang dan jasa produksi domestik. Bila barang dan jasa produksi luar negeri lebih baik mutunya atau harganya lebih murah, maka akan adanya kecenderungan untuk mengimpor (Herlambang, 2001:267). Barang yang di impor harus dalam keadaan baru kecuali mendapat izin dari Depperindag atau lembaga pemerintahan non departemen. Memasukkan barang ke daerah pabean Indonesia untuk tujuan impor wajib mepergunakan Pemberitahuan Impor Untuk Dipakai (PIUD) atau Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan membayar bea masuk atau dikenakan cukai impor sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Menurut indikator ekonomi Badan Pusat Statistik Indonesia, impor sendiri dalam jenis dan golongannya dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu : 20

1. Barang-barang konsumsi yang meliputi makanan dan minuman, bahan bakar dan pelumas, alat angkut, barang tahan lama, barang setengah tahan lama, serta barang tahan lama. 2. Bahan baku dan penolong. 3. Barang modal. Besarnya impor yang dilakukan suatu negara dipengaruhi oleh kesanggupan barang yang di produksi di negara lain dan mampu untuk bersaing dengan barang-barang dan jasa produksi domestik (Herlambang 2001; 267). Apabila barang di luar negeri mutunya lebih baikdan harga yang lebih murah maka terdapat kecenderungan untuk melakukan impor. 2.1.3 Teori Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestik Product (GDP) sering dipakai sebagai ukuran kesejahteraan dari suatu negara, karena PDB adalah total pendapatan yang dihasilkan di dalam suatu negara, termasuk pendapatan orang asing yang bekerja di dalam suatu negara. GDP mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah negara (domestik) tanpa membedakan kepemilikan/ kewarganegaraan pada suatu tahun tertentu. Dengan demikian warga negara yang bekerja di negara lain pendapatannya tidak dimasukkan dalam perhitungan GDP. Sebagai gambaran GDP Indonesia mencerminkan barang dan jasa yang diproduksi di Indonesia baik oleh Warga Negara Indonesia (WNI) maupun Warga Negara Asing (WNA) yang berada di Indonesia tetapi tidak mengikutsertakan produk WNI di luar negeri (Herlambang, 2001: 22). 21

GDP mengukur aliran uang dalam perekonomian yang dapat dihitung dengan 3 pendekatan sebagai berikut: 1) Pendekatan produksi (Production approach) Pendekatan produksi diperoleh dengan menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor produktif yang ada dalam perekonomian, yang dikelompokkan menjadi beberapa sektor, yaitu sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; perusahaan listrik; gas dan air bersih; bangunan; pengangkutan dan komunikasi; perdagangan; hotel dan restoran; bank dan lembaga keuangan lainnya; pemilikan rumah; administrasi pemerintah dan pertahanan; dan jasa-jasa lainnya. 2) Pendekatan pendapatan (Income approach) Pendapatan nasional dihitung dengan cara menjumlahkan nilai pendapatan yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mewujudkan pendapatan nasional. 3) Perhitungan dilakukan dengan menjumlahkan permintaan akhir dari unitunit ekonomi, yaitu rumah tangga berupa konsumsi (C), perusahaan berupa investasi (I) dan pemerintah (G). Pendekatan ini digambarkan dalam persamaan berikut. Y= C + I + G (untuk perekonomian tertutup) atau Y= C + I + G + (X-M) (untuk perekonomian terbuka). Perkembangan perekonomian suatu negara dapat diukur menurut PDB atas dasar harga berlaku dan harga konstan. Mengukur hanya dengan menggunakan 22

harga berlaku dapat menyesatkan, sebab sepanjang hasil perhitungan menunjukkan bahwa pendapatan nasional tahun sekarang lebih besar dari tahun lalu, kemudian disimpulkan bahwa perekonomian negara tersebut mengalami perkembangan dan kemajuan yang berarti. Kesimpulan ini bisa saja keliru, sebab kenaikan pendapatan nasional tahun sekarang bisa saja terjadi karena naiknya produksi nasional secara riil, adanya kenaikan harga-harga dan kombinasi dari keduanya (Deliarnov, 1995: 60). PDB juga bisa meningkat karena kenaikan harga atau karena kenaikan jumlah barang. Nilai ini disebut sebagai PDB atas harga berlaku atau nominal yang menunjukkan nilai dari barang dan jasa berdasarkan harga pasar tahun berjalan. PDB berlaku tidak dapat mencerminkan kesejahteraan ekonomi yang sesungguhnya, karena tidak menunjukkan ketersediaan barang dan jasa secara nyata yang dibutuhkan oleh konsumen, perusahaan maupun pemerintah. 2.1.3.1 Hubungan Produk Domestik Bruto (PDB) dengan Impor Impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor. Kalau ekspor dapat dikatakan sebagai faktor injeksi, maka impor merupakan kebocoran dalam pendapatan nasional. Artinya, makin besar impor makin banyak uang negara yang lari ke luar negeri. Berbeda dengan ekspor, jumlah impor ditentukan oleh kesanggupan atau kemampuan dalam menghasilkan barangbarang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Kalau kemampuan rendah, jumlah impor akan naik. Selain itu, yang paling menentukan jumlah impor adalah kemampuan masyarakat dalam membeli barang-barang hasil buatan luar negeri, 23

yang berarti impor tergantung dari tingkat pendapatan nasional itu sendiri (Deliarnov, 1995:20). Menurut perkiraan empiris di beberapa negara, impor suatu negara tergantung secara positif pada tingkat pendapatan nasional yang nyata. Hubungan positif ini mempunyai dua penjelasan. Pertama, bahwa impor sering kali digunakan sebagai masukan untuk menghasilkan barang dan jasa-jasa yang merupakan produk nasional; Kedua, bahwa impor mengikuti perkembangan nyata secara keseluruhan atau penyerapan dalam perekonomian. Makin tinggi tingkat pendapatan nasional, serta makin rendah kemampuan dalam menghasilkan barang-barang tersebut, makin tinggi impor dan makin banyak terdapat kebocoran dalam pendapatan nasional. Jadi, terdapat hubungan langsung antara impor dengan pendapatan nasional yang nilainya ditentukan oleh kecendrungan mengimpor (marginal propencity to import atau MPM atau m). Menurut Deliarnov (1995:204) secara sederhana yang dimaksud dengan kecenderungan mengimpor adalah perbandingan antara pertambahan impor dengan pertambahan dalam pendapatan nasional. Hubungan antara pendapatan nasional (yang didekati dengan PDB) dengan impor secara matematis sebagai berikut. Dimana : M = M0 + my... (2.1) m = m...(2.2) Y Keterangan: M = jumlah impor = jumlah impor yang nilainya tidak ditentukan oleh Y Mo 24

m Y m Y = marginal propencity to import = pendapatan nasional = pertambahan impor = pertambahan dalam pendapatan nasional Hubungan antara pendapatan nasional dan impor terdapat kaitan yang erat. Makin besar pendapatan nasional, makin besar impor yang ditentukan oleh marginal propencity to import yang positif. 2.1.4 Teori Kurs Valuta Asing Sebagaimana diketahui bahwa setiap negara mempunyai sistem moneter dan nilai mata uang yang berbeda antara satu negara dengan negara lain. Untuk memperlancar perdagangan antar negara, suatu negara memerlukan sejumlah mata uang asing yang harus ditukar dengan mata uang itu sendiri. Mata uang asing pada suatu harga disebut tingkat nilai tukar (kurs). Kurs adalah perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Dalam kenyataannya sering terdapat perbedaan tingkat kurs untuk suatu valuta asing. Perbedaan ini timbul karena beberapa hal yaitu (Tambunan, 2000:138) : a) Perbedaan antara kurs beli dan kurs jual oleh para pedagang valuta asing/bank. b) Perbedaan kurs yang diakibatkan oleh perbedaan waktu pembayaran. c) Perbedaan dalam tingkat keamanan dalam penerimaan hak pembayaran. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kurs 1) Faktor Ekonomi a) Pendapatan Masyarakat Semakin tinggi perubahan pendapatan masyarakat (relatif terhadap negara lain) maka akan makin besar pula permintaan akan valuta asing 25

yang menyebabkan harga mata uang sendiri turun karena harga valuta asing cenderung naik, begitu pula sebaliknya. Jika pertumbuhan pendapatan masyarakat turun maka impor akan berkurang sehingga permintaan akan valuta asing ini akan menyebabkan turunnya nilai kurs dan nilai mata uang sendiri akan naik. b) Harga Dengan adanya inflasi, akan menyebabkan impor naik dan ekspor turun. Hal ini akan menyebabkan permintaan terhadap valuta asing naik. Begitu juga sebaliknya jika terjadi deflasi akan menyebabkan permintaan valuta asing juga akan turun. c) Tingkat Bunga Adanya tingkat bunga dalam negeri yang rendah sehungga aliran modal asing (luar negeri) lebih besar dan mengakibatkan kurs valuta asing akan turun (mata uang sendiri akan naik terhadap valuta asing). d) Kebijaksanaan Pemerintah Adanya kebijaksanaan pemerintah dalam menaikan pengeluaran dalam negerinya, menyebabkan naiknya impor. Dilain pihak, permintaan valuta asing akan naik dan mata uang sendiri akan mengalami penurunan (depresiasi). 2) Faktor Non Ekonomi Adanya kekacauan yang terjadi di dalam negeri (misalnya perang) sehingga masyarakat panik dan menyebabkan larinya dana keluar negeri (Capital Flight) yang mana pada akhirnya kurs valuta asing akan naik. 26

2.1.4.1 Sistem Kurs Valuta Asing Valas atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional atau luar negeri dan biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia (Hamdy, 2004:24). Mata uang asing yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional di sebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadangkadang mengalami apresiasi atau kenaikan terhadap mata uang lainnya. Soft currency adalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresi atau penurunan terhadap mata uang lainnya (Hamdy, 2004:24). Penetapan Sistem Kurs Valuta Asing : Berdasarkan perkembangan Sistem Moneter Internasional sejak berlakunya Bretton Woods System pada tahun 1947, pada umumnya di kenal tiga macam sistem penetapan kurs valas atau forex rate: 1) Sistem Kurs Tetap atau Stabil (Fixed Exchange Rate System) Berdasarkan Articles of Agreement yang tentang IMF atau yang di kenal dengan Bretton Woods Sistem yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Maret 1947 hingga 15 Agustus 1971 (Dekrit Nixon). 27

2) Floating Exchange Rate Floating Exchange Rate adalah sistem kurs mengambang yang ditetapkan melalui mekanisme kekuatan permintaan dan penawaran pada bursa valas. 3) Pegged Exchange Rate System Sistem nilai tukar ini ditetapkan dengan cara mengaitkan nilai mata uang suatu negara dengan nilai tukar mata uang negara lain atau sejumlah mata uang tertentu. 2.1.4.2 Hubungan Kurs Valuta Asing Dengan Impor Hukum permintaan menjelaskan sifat perkara di antara permintaan suatu barang dengan harganya, hukum perintaan pada hakekatnya merupakan suatu hipotesa yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang, maka semakin banyak jumlah barang yang di minta atas barang tersebut, dan sebaliknya apabila semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit jumlah barang yang di minta, dengan asumsi cateris paribus (Sukirno, 2000;76). Harga yang di maksud adalah kurs valuta asing, sedangkan permintaan adalah jumlah impor dari negara yang bersangkutan. Jadi kurs Dollar memiliki hubungan yang negatif terhadap impor. Menurut Nopirin (2004), turunnya harga dari barang impor akan mengakibatkan permintaannya yang meningkat. Meningkatnya permintaan akan mengakibatkan jumlah impor meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa antara kurs dengan volume impor memiliki hubungan yang negatif 28

2.1.5 Teori Inflasi Inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus-menerus sepanjang waktu (Nanga 2000 : 241). 3 (TIGA) hal penting yang ditekankan dalam pengertian inflasi sebagai berikut : 1) Adanya kecenderungan harga-harga, yang berarti bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi meningkat. 2) Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus-menerus (sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya. 3) Bahwa tingkat harga yang dimaksud di sini adalah tingkat harga umum yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum. Tingkat inflasi adalah persentase perubahan di dalam tingkat harga. Kenaikan harga ini dapat diukur dengan menggunakan indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi, Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain : 1) Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Indeks) Adalah suatu indeks harga yang mengukur biaya sekelompok barangbarang dan jasa-jasa di pasar yang dibeli untuk menunjang kebutuhan hidup sehari-hari. 29

2) Indeks Harga Produsen (Producer Price Indeks) Adalah suatu indeks dari harga bahan-bahan baku (raw materials), produk antara (intermediate produk) dan peralatan modal dan mesin yang dibeli oleh sektor bisnis atau perusahaan. 3) GNP Deflator Adalah suatu indeks yang merupakan perbandingan atau rasio antara GNP nominal dan GNP riil dikalikan dengan 100. GNP riil adalah adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan di dalam perekonomian yang diperoleh ketika output dinilai dengan harga tahun dasar (base year) atau disebut GNP tahun dasar. Sedangkan GNP nominal adalah GNP yang dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku. Indeks ini merupakan indeks harga yang secara luas digunakan sebagai basis untuk mengukur inflasi. Berdasarkan intensitasnya, Boediono (2001 : 156) menggolongkan inflasi menjadi 4, yaitu sebagai berikut. 1) Inflasi ringan (dibawah 10 persen setahun). 2) Infasi sedang (antara 10-30 persen setahun). 3) Inflasi berat antara (30-100 persen setahun). 4) Hiperinflasi (di atas 100 persen setahun). Berdasarkan asal inflasi, Boediono (2001 : 158) menggolongkan inflasi menjadi 2 yaitu sebagai berikut. 30

1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation) misalnya timbul karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang baru, karena panenan yang gagal, dan lain-lain. 2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation) adalah inflasi yang terjadi karena kenaikan harga-harga di negara-negara langganan berdagang. 2.1.5.1 Hubungan Inflasi Dengan Impor Tingkat inflasi yang terjadi di dalam suatu negara akan sangat mempengaruhi impor negara tersebut. Apabila barang-barang dari luar negeri mutunya lebih baik, dan harganya lebih murah daripada barang-barang yang sama dihasilkan di dalam negeri, maka akan terdapat kecenderungan bahwa negara tersebut akan mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri (Sukirno, 2002; 383). Selain itu, inflasi juga menyebabkan turunnya nilai suatu mata uang, hal ini membuat masyarakat enggan untuk melakukan saving, sehingga masyarakat cenderung untuk membelanjakan uangnya daripada untuk menabung,salah satunya untuk membeli barang impor, yaitu kendaraan bermotor dari Amerika Serikat. Kenaikan harga-harga menyebabkan barang-barang yang diproduksikan di negara itu tidak dapat bersaing dengan barang yang sama dipasaran luar negeri. Oleh sebab itu ekspor negara tersebut akan turun dan tidak berkembang. Sebaliknya kenaikan harga-harga dalam negeri menyebabkan barang-barang dari negara lain menjadi relatif lebih murah dan ini akan mempercepat pertambahan impor. Inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor, maka selanjutnya inflasi 31

akan menyebabkan impor menjadi lebih besar dari ekspor. Apabila cadangan devisa negara itu cukup besar, kelebihan impor ini dapat dibayar dari cadangan itu. Tetapi apabila cadangan devisa tidak cukup besar, pemerintah akan berusaha untuk mengurangi impor dengan menaikkan pajak impor dan membatasi jumlah barang yang diimpor. Tindakan ini akan menimbulkan kenaikan harga-harga lebih lanjut. Jadi inflasi berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor dan berpengaruh positif terhadap nilai impor. 2.1.6 Krisis Moneter Menurut Effendi (2000) faktor penyebab krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997 adalah : 1) Kurs Rupiah dan hutang luar negeri. Hutang luar negeri pemerintah dan swasta menyebabkan rupiah melemah terhadap Dollar Amerika, hal ini terjadi karena hutang telah jatuh tempo untuk di bayar, sehingga permintaan akan Dollar Amerika naik dan rupiah turun. 2) Inflasi dan suku bunga. Inflasi indonesia merupakan push inflation yaitu inflasi yang disebabkan karena kenaikan ongkos kerja dan turunnya produksi. Penurunan dalam penawaran total merupakan akibat dari kenaikan harga bahan baku, sebab sebagian bahan baku berasal dari luar negeri yang menyebabkan bahan baku menjadi mahal akibat melonjaknya nilai rupiah terhadap dollar Amerika. Tingkat suku bunga yang dinaikan oleh pemerintah bertujuan untuk menekan laju inflasi yang ditandai dengan naiknya harga secara umum. Semakin 32

banyaknya uang yang beredar di masyarakat menyebabkan nilai uang turun, dan menaikan suku bunga bertujuan untuk menarik jumlah uang yang beredar. 3) Stabilitas negara. Keadaan negara yang stabil baik dari kondisi perekonomian dan politik dapat meningkatkan pula tingkat keamanan dalam negeri. Krisis yang terjadi di Indonesia memperlihatkan rendahnya stabilitas negara, hal ini terjadi pada tahun 1998 di mana terjadinya kerusuhan nasional, yang berakibat menurunnya tingkat keamanan. Kondisi ini memberikan dampak luas terhadap investasi ekonomi, di mana para investor menarik modalnya akibat dari menurunya rasa aman untuk berinvestasi di Indonesia. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Desy Christyawati (2004), dengan penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Kurs Yen, Produk Domestik Bruto (PDB), dan Tingkat Inflasi Terhadap Volume Impor Kendaraan Bermotor Indonesia Dari Jepang Tahun 1987-2002 membahas mengenai analisis pengaruh kurs yen, produk domestik bruto dan tingkat inflasi secara parsial dan serempak terhadap volume impor kendaraan bermotor. Persamaan regresinya: Y = 40,738-0,596X1-2,288X2 + 1,380X3 + ui Dengan menggunakan teknik analisis statistik yaitu t test dan F test, diperoleh hasil pengaruh kurs yen terhadap volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang berpengaruh nyata dan negatif dengan t hitung (-1,612) t tabel (-1,356). Pengujian terhadap produk domestik bruto tidak berpengaruh nyata terhadap volume impor kendaraan bermotor dengan t hitung (-1,919) t tabel 33

(1,356). Sedangkan tingkat inflasi berpengaruh nyata dan positif terhadap volume impor kendaraan bermotor Indonesia dengan t hitung (3,786) t tabel (1,356). Uji serempak menunjukan bahwa kurs yen, produk domestik bruto dan tingkat inflasi berpengaruh nyata terhadap volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang dengan F hitung (12,749) F tabel (2,61). Selanjutnya koefisien determinasi (R 2 ) yang diperoleh sebesar 0,761 yang artinya 76,1 persen variasi/perubahan volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang dipengaruhi oleh variasi kurs yen, produk domestik bruto dan tingkat inflasi, sedangkan sisanya sebesar 23,9 persen dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan kedalam model. Terdapat persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel bebasnya juga menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB), dan inflasi dalam negeri serta menggunakan teknik analisis linier berganda dan analisis koefisien determinasi. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel bebas, dimana pada penelitian ini variabel bebasnya kurs dollar Amerika Serikat dan krisis moneter, sedangkan pada penelitian sebelumnya meneliti kurs yen, dan pada variabel terikatnya, dimana pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Amerika Serikat sedangkan pada penelitian sebelumnya meneliti volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Jepang. Kurun waktu yang digunakan, pada penelitian sebelumnya adalah 1987-2002, sedangkan pada penelitian ini menggunakan tahun tahun 1996-2005. 34

Hanton (2002), berjudul Pengaruh Produk Domestik Bruto, kurs dollar Amerika Serikat dan Tingkat Inflasi Terhadap Impor Total Di Indonesia 1983-1998 memperoleh hasil sebagai berikut: Ln Impor = -11,80784+2,3064 ln PDB 0,7585 ln kurs+0,2912 ln inflasi. Dengan menggunakan data 16 tahun dan pengolahan dengan bantuan program TSP mendapatkan hasil bahwa secara individu PDB dan tingkat inflasi dalam negeri berpengaruh nyata dan positif terhadap nilai impor total Indonesia dengan koefisien regresi masing-masing sebesar positif 2,3; 0,76; 0,29. Ini berarti jika PDB naik sebesar 1 persen maka nilai impor total Indonesia akan meningkat sebesar 2,3 persen. Untuk kurs dollar Amerika Serikat secara individu berpengaruh nyata negatif terhadap nilai impor total Indonesia dengan koefisien regresinya sebesar 0,76, ini berarti jika kurs dollar Amerika Serikat meningkat sebesar 1 persen maka nilai impor total Indonesia akan turun sebesar 0,76 persen. Sedangkan tingkat inflasi secara individu berpengaruh nyata dan positif terhadap nilai impor Indonesia dengan koefisien regresi sebesar 0,29, ini berarti jika inflasi meingkat sebesar 1 persen maka nilai impor total Indonesia akan naik sebesar 0,29 persen. Besarnya pengaruh PDB, kurs dollar Amerika Serikat dan tingkat inflasi terhadap nilai impor Indonesia secara serempak adalah 95,58 persen, ini berarti bahwa 95,58 persen variasi dalam variabel bebas dipengaruhi oleh PDB, kurs dollar Amerika Serikat dan tingkat inflasi dalam negeri secara bersama-sama dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. Terdapat persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel bebasnya juga menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB), kurs dollar 35

Amerika Serikat dan inflasi dalam negeri serta menggunakan teknik analisis koefisien determinasi. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah variabel terikatnya, dimana pada penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Amerika Serikat sedangkan pada penelitian sebelumnya menggunakan impor secara totalitas. Kurun waktu yang digunakan, pada penelitian sebelumnya adalah 1983-1998, sedangkan pada penelitian ini menggunakan tahun tahun 1996-2005. 2.3 Hipotesis Berdasarkan pokok masalah dan landasan teori yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini sebagai berikut. 1) Diduga bahwa Produk Domestik Bruto (PDB), kurs dollar Amerika Serikat dan inflasi dalam negeri sebelum dan sesudah krisis moneter secara serempak berpengaruh signifikan terhadap volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Amerika Serikat tahun 1996-2005. 2) Diduga bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) dan inflasi dalam negeri berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Amerika Serikat tahun 1996-2005. Sedangkan, kurs dollar Amerika Serikat dan krisis moneter berpengaruh negatif secara parsial terhadap volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Amerika Serikat tahun 1996-2005. 3) Diduga bahwa variasi perubahan Produk Domestik Bruto (PDB), kurs dollar Amerika Serikat dan inflasi dalam negeri sebelum dan sesudah krisis 36

moneter berpengaruh besar terhadap variasi perubahan volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Amerika Serikat tahun 1996-2005. 4) Diduga bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap volume impor kendaraan bermotor Indonesia dari Amerika Serikat tahun 1996-2005. 37