BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

Vol. 4, No. 1, Maret 2017 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Pendidikan menurut Undang-undang tentang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu dan

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang- Undang tentang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, oleh karena itu pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

I. PENDAHULUAN. kebutuhan yang paling mendasar. Dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan

1. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu yang mengaplikasikan konsep dalam kehidupan nyata.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. umum, yaitu gabungan antara fisika, kimia, dan biologi yang terpadu. Materi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan yang. dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni Trisiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan di negara. Salah satu masalah yang dihadapi dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. informasi, ide, keterampilan, nilai, dan cara berpikir. Proses pembelajaran. siswa yang pasif dalam mengikuti pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai pribadi maupun sebagai masyarakat (Amri, 2010 : 13). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam membina manusia yang memiliki penetahuan dan keterampilan,

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

I. PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Menurut Arsyad (2007:1), belajar adalah suatu proses

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan guru secara sadar dan dengan sistematis serta berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

I. PENDAHULUAN. interaksi antara guru dan siswa (Johnson dan Smith di dalam Lie, 2004: 5).

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI IPA DI KELAS VI SD BK TANAPOBUNTI.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya dalam meningkatkan sumber daya manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan mengacu pada definisi pendidikan di atas dalam upaya meningkatkan hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester genap tahun pelajaran 2009-2010, ditemukan siswa kurang aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini diduga karena aktivitas belajar siswa rendah. Hanya sebagian kecil siswa yang aktif terlibat dalam pembelajaran, selebihnya hanya mencatat dan diam di tempat duduk tanpa melakukan aktivitas belajar yang mendukung kegiatan pembelajaran. Selain itu, hasil nilai ulangan harian terakhir hanya 20% siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) untuk kompetensi yang diujikan. Sebagai data penguat untuk mengidentifikasi kondisi tersebut, dilakukan penyebaran angket berkaitan dengan aktivitas belajar siswa. Data yang diperoleh dari penyebaran angket adalah sebagai berikut. Tabel 1.1: Hasil Angket Aktivitas Belajar dalam Pembelajaran Fisika No. Pertanyaan Jumlah Siswa Menjawab Ya Persentase 1 Menyukai pelajaran fisika 8 20 % 2 Pelajaran fisika menyenangkan 8 20 % 3 Konsentrasi dalam pelajaran 4 10 % 4 Bertanya pada guru 5 12,5 % 5 Menyampaikan pendapat 4 10 % 6 Memperhatikan penjelasan guru 7 17,5 % 7 Mencatat penjelasan guru 15 37,5 % 8 Diskusi dalam kelompok 14 35 % 1

2 9 Melakukan eksperimen 4 10 % Rata-rata 19 % Data tersebut menunjukkan hanya sebagian kecil siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan rata-rata 19%, sehingga dalam kegiatan pembelajaran rata-rata hanya 8 orang siswa dari 40 siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan aktif. Fakta ini menunjukkan adanya permasalahan dalam pembelajaran fisika di kelas tersebut. Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal satu tentang sistem pendidikan nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Sementara itu, menurut Hamalik (2009:171) pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas belajar sendiri, siswa belajar sambil bekerja, dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Selanjutnya, ada beberapa syarat yang diperlukan untuk melaksanakan pengajaran yang efektif, antara lain: 1) belajar secara aktif, baik mental maupun fisik, dalam belajar siswa harus mengalami aktivitas belajar mental, seperti belajar

3 dapat mengembangkan kemampuan intelektual, berfikir kritis, menganalisis dan aktivitas belajar fisik, seperti mengerjakan sesuatu, membuat peta dan lain-lain; 2) pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan yang nyata di masyarakat, bentuk-bentuk kehidupan di masyarakat dibawa ke sekolah, agar siswa mempelajari sesuai dengan kenyataan; 3) dalam interaksi belajar mengajar, guru harus banyak memberi kebebasan siswa untuk menyelidiki sendiri, mencari pemecahan masalah sendiri, hal ini menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar terhadap sesuatu yang dikerjakan siswa dan kepercayaan pada diri sendiri (Slameto:2003). Pembelajaran di kelas tersebut juga belum dapat dikatakan berhasil dan berkualitas. Menurut Mulyasa (2004:104), dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri (Mulyasa, 2004). Sementara itu, sekolah yang bersangkutan menetapkan bahwa untuk mata pelajaran IPA pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% siswa telah memperolah nilai mencapai KKM untuk kompetensi yang diujikan sebesar 70, sehingga keberhasilan prestasi belajar kelas belum tercapai. Peningkatan mutu pendidikan dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain melalui peningkatan kualitas pendidik dan tenaga

4 kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidikan atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan nonpembelajaran secara profesional lewat penelitian tindakan secara terkendali (Depdiknas:2004). Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan, sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang lebih baik, dapat diwujudkan secara sistematis (Depdiknas: 2004). Pemaparan tersebut mendorong peneliti untuk memberikan suatu tindakan pada kelas yang bersangkutan agar keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat ditingkatkan, yaitu dengan meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa diharapkan prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan. Salah satu alternatif tindakan yang dapat diberikan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Salah satu ciri pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas belajar pembelajaran, terdapat sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, tidak mengharapkan siswa hanya sekadar mendengarkan, mencatat, kemudian menghapal materi pelajaran, melalui pembelajaran berbasis masalah siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan (Sanjaya,2008:214). Pembelajaran berbasis masalah

5 dapat bermanfaat dalam pembelajaran laboratorium karena berisi aktivitas belajar seperti bekerja sama, mempelajari suatu masalah, membuat hipotesis, mengumpulkan informasi dan menganalisisnya dalam suatu kegiatan percobaan (Bilgin, 2009:159). Salah satu keunggulan pembelajaran berbasis masalah adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar pembelajaran siswa, dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab terhadap pembelajaran yang mereka lakukan (Sanjaya,2008:220). PBL merupakan metode pembelajaran yang mengkondisikan siswa belajar untuk belajar, bekerjasama dalam kelompok untuk menemukan pemecahan suatu permasalahan di dunia nyata (Kolmos, dkk: 2007). Selain memiliki beberapa keunggulan, terdapat kelemahan model pembelajaran PBL, antara lain membutuhkan minat siswa yang tinggi, pemahaman siswa terhadap masalah dan membutuhkan waktu yang cukup lama (Sanjaya, 2008:221) Melihat keunggulan model pembelajaran PBL, PBL dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif tindakan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa. Dalam PBL juga terdapat beberapa kelemahan, tetapi akibat dari kelemahan PBL dalam meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa sangat kecil dibandingkan dengan keunggulan PBL. Dengan demikian, tindakan yang akan diberikan pada kelas yang akan ditingkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajarnya adalah penerapan model pembelajaran PBL.

6 B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang tersebut maka masalah pada penelitian ini adalah rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika Semester 2 Tahun Ajaran 2009-2010 di kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah model pembelajaran PBL dapat meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika di kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara? D. Batasan Masalah Untuk membatasi agar masalah yang dikaji tidak meluas, dibuat batasan masalah sebagai berikut: 1. Peningkatan aktivitas belajar yang dimaksud adalah meningkatnya jumlah siswa yang terlibat dalam pembelajaran dengan sumber data berupa hasil observasi. Dalam penelitian ini aktivitas belajar yang akan ditingkatkan meliputi: memperhatikan penjelasan guru, bicara/diskusi (bertanya atau mengemukakan pendapat) baik dalam kegiatan kelompok maupun kelas, melakukan percobaan, mengolah data yang didalamnya termasuk menganalisis permasalahn yang diberikan dan membuat laporan hasil percobaan. 2. Peningkatan prestasi belajar yang dimaksud adalah meningkatnya jumlah siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM untuk

7 kompetensi yang diujikan dengan sumber data hasil tes pilihan ganda. Prestasi belajar yang akan ditingkatkan pada penelitian ini meliputi tiga tingkat kognitif pertama, yaitu hafalan, pemahaman dan penerapan. Sehingga tes yang diberikan terdiri dari soal yang termasuk pada tingkat hafalan, pemahaman dan penerapan. E. Cara Pemecahan Masalah Untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara akan diterapkan model pembelajaran PBL. Penerapan PBL diawalai dengan memunculkan masalah dalam kehidupan sehari-hari pada siswa, masalah ini memerlukan pemecahan untuk diselesaikan. Siswa memperoleh pengetahuan baru melalui kegiatan penyelidikan terhadap masalah yang diberikan. F. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa Kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara dalam pembelajaran fisika. G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini, peneliti dapat mengetahui peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran PBL.

8 Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada guru/peneliti mengenai pembelajaran fisika yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa sehingga sedikit demi sedikit guru dapat mengubah perannya menjadi fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. 2. Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat mengubah kebiasaan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran fisika. Siswa yang awalnya terbiasa belajar dengan pasif, menerima materi secara langsung dari guru, menjadi aktif dengan memproses pengetahuan yang harus diperolehnya. Selain itu, penelitian ini akan memberikan pengalaman bagi siswa dalam Upaya Peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajarnya. 3. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini akan meningkatkan perbaikan pembelajaran di kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara, khususnya pembelajaran fisika di kelas yang diteliti. H. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teori mengenai PBL, hipotesis tindakan penelitian ini adalah: Dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), aktivitas belajar dan prestasi belajar fisika di kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara dapat ditingkatkan

9 I. Indikator Keberhasilan Menurut Mulyasa (2004: 174): Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan prilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%). Mengacu pada teori tersebut, ditetapkan indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: 1. Jumlah siswa yang memperhatikan penjelasan guru mencapai 75% 2. Jumlah siswa yang mengemukakan pendapat atau bertanya atau bicara/diskusi baik dalam kegiatan kelompok maupun kelas mencapai 75% 3. Jumlah siswa yang melakukan kegiatan percobaan mencapai 75% 4. jumlah siswa yang melakukan pengolahan data mencapai 75% 5. Jumlah siswa yang membuat laporan hasil percobaan dengan mencapai 75% 6. 75% siswa mencapai prestasi belajar 70 (ketuntasan yang ditetapkan sekolah: 75% siswa setiap kelasnya memiliki prestasi belajar mencapai KKM untuk kompetensi yang diujikan [70]).

10 J. Definisi Operasional 1. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang didasarkan pada suatu masalah, masalah ini akan mendorong siswa untuk memahami suatu materi pembelajaran melalui rangkaian aktivitas belajar yang harus dilaluinya dengan menggunakan berbagai potensi yang dimiliki. 2. Aktivitas belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada saat proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar. 3. Prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur secara langsung dengan tes.