Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung komunikasi penulis,

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Studi dan Waktu Penelitian Lokasi Studi

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

ANALISIS EFISIENSI PEMBERIAN AIR DI JARINGAN IRIGASI PADA SALURAN SEKUNDER DI. CIHERANG TESIS MAGDALENA TANGA NIM :

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang

Analisis Sistem Irigasi Para pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuca sativa var. crispa L.) Analysis of Para Irrigation Systemon Selada Cultivation

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI DAN KEHILANGAN AIR PADA JARIRINGAN UTAMA DAERAH IRIGASI AIR SAGU. Wilhelmus Bunganaen *)

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI SUKA DAMAI DI KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : Efisiensi Penyaluran Air Irigasi BKA Kn 16 Lam Raya Daerah Irigasi Krueng Aceh

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kedaulatan Pangan, Kemandirian Pangan, dan Ketahanan Pangan. tanaman khususnya padi (Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian, 2015).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Bone Bolango adalah salah satu kabupaten yang berada di Provinsi

UJI JUMLAH SUDU ALAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

ANALISA LAJU SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI CILAUTEUREUN GARUT

EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN SUNGAI ULAR DAERAH TIMBANG DELI KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

EFISIENSI PENGALIRAN JARINGAN IRIGASI MALAKA (STUDI KASUS DAERAH IRIGASI MALAKA KIRI)

EFEKTIFITAS SALURAN INDUK DAN SEKUNDER KANAN D.I KEDUNGLIMUS ARCA

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

BEKASI, 22 FEBRUARI 2011

KAJIAN SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA NAMU UKUR UTARA DAERAH IRIGASI NAMU SIRA SIRA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI

EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI BANDAR SIDORAS DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI DI SALURAN SEKUNDER PADA BERBAGAI TINGKAT PEMBERIAN AIR DI PINTU UKUR

Analisis Debit Air Irigasi (Suplai dan Kebutuhan) di Sekampung Sistem. Christa Emanuel Sembiring 1)

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Embung berfungsi sebagai penampung limpasan air hujan/runoff yang terjadi di

DEFt. W t. 2. Nilai maksimum deficit ratio DEF. max. 3. Nilai maksimum deficit. v = max. 3 t BAB III METODOLOGI

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI BANJARAN UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI PENGELOLAAN AIR IRIGASI

EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI SERBANGAN KECAMATAN RAWANG PANCA ARGA KABUPATEN ASAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN PADA SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA KUALA SIMEME KECAMATAN NAMORAMBE KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Evaluasi Efisiensi Saluran Terhadap Debit Aliran Air pada Jaringan Irigasi Purwodadi Magetan, Jawa Timur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dapat bermanfaat. Metode penelitian dilakukan guna menunjang

EXECUTIVE SUMMARY PENGEMBANGAN IRIGASI PERPIPAAN

KAJIAN KOEFISIEN REMBESAN PADA SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA SEI BERAS SEKATA DAERAH IRIGASI MEDAN KRIO KECAMATAN SUNGGAL KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

OPTIMASI POLA DAN TATA TANAM DALAM RANGKA EFISIENSI IRIGASI DI DAERAH IRIGASI TANGGUL TIMUR SKRIPSI. Oleh DIAN DWI WURI UTAMI NIM

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

KAJIAN KEANDALAN WADUK SEMPOR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

ANALISIS EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BENDUNGAN LOMAYA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH IRIGASI WAY RAREM. 3.1 Kondisi Geografis dan Administratif Kabupaten Lampung Utara

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tebu

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

Kecamatan Lembang Jaya di Kabupaten Solok merupakan daerah. pertanian karena sekitar 24,86 % dari luas wilayahnya atau 2.

KETERSEDIAAN DEBIT AIR UNTUK IRIGASI PEDESAAN DI SUNGAI CIPELES JAWA BARAT

KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. daya alam yang sangat besar terutama potensi sumber daya air. Pelaksanaan

Evaluasi Teknis Operasional jaringan Irigasi Gondang Th 2005 Desa Bakalan Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

BAB I PENDAHULUAN. berwawasan lingkungan, transparan, akuntabel, dan berkeadilan. Irigasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Sungai ( Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3441 ); 10.

Studi Ketelitiaan Bukaan Pintu Air dan Efisiensi Aliran pada Daerah Irigasi

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI

OPTIMASI IRIGASI DENGAN PROGRAM DINAMIK DI METRO HILIR

PENGELOLAAN IRIGASI D.I CIPAMINGKIS DALAM RANGKA OTONOMI DAERAH

STUDI POLA LENGKUNG KEBUTUHAN AIR UNTUK IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TILONG

BAB II KERANGKA TEORITIS

EFISIENSI PENYALURAN AIR IRIGASI DI KAWASAN SUNGAI ULAR DAERAH IRIGASI BENDANG KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Tugas Akhir Kinerja Pengoperasian Waduk Sempor Jawa Tengah dan Perbaikan Jaringan Irigasinya

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari

MEMPELAJARI NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA LAHAN BUDIDAYA CABAI DI LABORATORIUM LAPANG TERPADU UNIVERSITAS LAMPUNG. Oleh ANDIKA GUSTAMA.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

STUDI OPTIMASI DISTRIBUSI AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TENGORO KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN PROGRAM DINAMIK

PENDUGAAN KEBUTUHAN AIR TANAMAN DAN NILAI KOEFISIEN TANAMAN (K c. ) KEDELAI (Glycine max (L) Merril ) VARIETAS TANGGAMUS DENGAN METODE LYSIMETER

MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2011 di Lahan Pertanian Terpadu,


PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 15 Tahun : 2012 Seri : E

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ajeng Padmasari Dosen Pembimbing : Ir. Sofyan Rasyid, MT.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian masih memegang

STUDI PEDOMAN POLA OPERASI EMBUNG KULAK SECANG UNTUK KEBUTUHAN AIR IRIGASI DESA JATIGREGES KECAMATAN PACE KABUPATEN NGANJUK

Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting)

KAJIAN SALURAN IRIGASI TERSIER DI DESA NAMU UKUR UTARA DAERAH IRIGASI NAMU SIRA-SIRA KECAMATAN SEI BINGEI KABUPATEN LANGKAT

Studi Evaluasi Sistem Saluran Sekunder Drainase Tambaksari kota Surabaya

Studi Kasus Penggunaan Sumber Daya Air di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Ketibung Kabupaten Lampung Selatan

Transkripsi:

Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 1, No. 1, Oktober 2012: 37-42 EVALUASI KINERJA JARINGAN IRIGASI TINGKAT TERSIER UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGAIRAN KOTA METRO DAERAH IRIGASI SEKAMPUNG BATANGHARI [EVALUATION OF TERTIARY LEVELS IRRIGATION PERFORMANCE METRO CITY TECHNICAL UNIT OF IRRIGATION SEKAMPUNG BATANGHARI IRRIGATION AREAS] Oleh : Nur Zun Viqhy 1, R. A. Bustomi Rosadi 2, Nugroho Haryono 3, Oktafri 4 1) Mahasiswa S1 Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4) Staf Pengajar Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung komunikasi penulis, email: nurzunviqhy@yahoo.com Naskah ini diterima pada 29 Oktober 2012; revisi pada 8 Nopember 2012; disetujui untuk dipublikasikan pada 5 Desember 2012 ABSTRACT This study aimed to determine the effectiveness of performance irrigation at tertiary level in technical unit irrigation Metro city of Sekampung Batanghari irrigation areas. The study was conducted at tertiary level irrigation in sekampung Batanghari irrigation areas on KBH 5 Ki 2 (upstream), KBH 6 Ki (middle), and KBH 7A Ki (downstream). The instrument that used in this research were current meter, stopwatch, Sekampung Batanghari irrigation areas map, and secondary of data. The study was conducted using secondary data collection methods and measurement directly on the field. The result showed that (1) the performance of irrigation in UPT Metro city irrigation were less effective, because the value of KS = 58,27-95,36 m/ha and KB = 0,16-0,26 unit/ha although the average of value were match in standard of KS = 50-100 m/ha dan KB = 0,11-0,40 unit/ha, but posses too excessive of difficulties irrigation fabric value from standard of β = 2,21-2,50 ruas/bak bagi and θ = 500-1000 m/bak bagi, with the average value were 2,53 ruas/bak bagi dan 1146,08 m/bak bagi, (2) the efficiency of water delivery at tertiary level irrigation in metro city that classified as optimal, there is 81,23 % (still under the preliminary draft, there is 85 %). Keywords: effectiveness of performance, irrigation, Metro city, Sekampung Batanghari ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas kinerja jaringan irigasi di Unit Pelaksana Teknis Pengairan Kota Metro Daerah Irigasi Sekampung Batanghari. Penelitian ini dilaksanakan di jaringan irigasi tingkat tersier Daerah Irigasi Sekampung Batanghari pada KBH 5 Ki 2 (hulu), KBH 6 Ki (tengah), dan KBH 7A Ki (hilir). Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah current meter, stopwatch, peta Jaringan Irigasi Sekampung Batanghari, dan data sekunder. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode pengumpulan data sekunder dan pengukuran serta pengamatan langsung di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kinerja jaringan irigasi tersier UPT Pengairan Kota Metro cukup efektif, karena meskipun memiliki nilai rata- rata KS = 58,27-95,36 m/ha dan KB = 0,16-0,26 unit/ha yang sesuai nilai standar KS = 50-100 m/ha dan KB = 0,11-0,40 unit/ha, namun memiliki nilai kerumitan jaringan irigasi yang sedikit berlebih dari standar nilai β = 2,21-2,50 ruas/bak bagi dan θ = 500-1000 m/bak bagi yakni dengan nilai rata-rata 2,53 ruas/bak bagi dan 1146,08 m/bak bagi, (2) efisiensi penyaluran air pada jaringan tersier UPT Pengairan Kota Metro sudah baik, sebesar 81,23% (ini masih dibawah rancangan awal saluran, yakni sebesar 85%). Kata Kunci: Efektifitas Kinerja, Jaringan Irigasi, Kota Metro, Sekampung Batanghari 37

Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Tingkat Tersier (Nur Zun Viqhy, R.A. Bustomi R, Nugroho H, dan Oktafri) I. PENDAHULUAN Salah satu program yang dicanangkan oleh pemerintah untuk memajukan sektor pertanian adalah Panca Usaha Tani, yang terdiri dari pemakaian bibit unggul, pengaturan jarak tanam, irigasi yang baik, pemakaian pupuk yang tepat, dan pemberantasan hama dan penyakit. Sebagai salah satu dari Panca Usaha Tani, irigasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tanaman terhadap air, agar tercapai produksi yang maksimum. Pengairan atau irigasi berarti mencukupi kebutuhan tanaman akan air yang telah hilang oleh proses evapotranspirasi agar dapat tetap bertahan hidup dan berproduksi (Reinhart, 2007). Pada dasarnya pengadaan suatu sistem irigasi adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas, baik efisiensi tenaga manusia maupun efisiensi penyaluran air dan efektifitas pemanfaatan airnya terhadap hasil yang akan diproduksi nantinya. Oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan air yang baik pada suatu sistem irigasi agar tercapai efisiensi yang tinggi dengan hasil maksimum. Pengelolaan yang lebih efisien dapat juga dilakukan dengan mengurangi kebocoran-kebocoran, rembesan, pengaturan alokasi dan distribusi air dalam unit-unit irigasi (UPT Pengairan Kota Metro, 2009). Menurut Bestari (1978), tujuan irigasi atau pengairan adalah: 1) Mencukupi kekurangan air hujan untuk menjaga tanah tetap lembab; 2)Memperbaiki keadaan tanah.; 3)Meninggikan tanah melalui pengendapan lanau yang dibawa air; 4)Mengatur suhu tanah; 5)Menetralisir tanah dari unsur-unsur yang berpotensi menimbulkan pengaruh negatif untuk tanaman; 6)Memperbanyak air tanah yang sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja jaringan irigasi (efektifitas dan efisiensi) tingkat tersier di UPT Pengairan Kota Metro Daerah Irigasi Sekampung Batanghari. Kinerja suatu jaringan irigasi dapat dilihat dari 3 aspek yaitu : efisiensi penyaluran air, keseragaman, dan kecukupan air. Hal tersebut dapat digunakan sebagai informasi atau masukan dalam rekayasa jaringan irigasi, sebagai masukan dalam pengelolaan jaringan irigasi agar pembagian air dapat adil dan merata serta sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi karakteristik fisik jaringan irigasi. Sedangkan penentuan karakteristik jaringan irigasi merupakan salah satu cara untuk menggambarkan kinerja suatu daerah irigasi, dimana karakteristik jaringan ditentukan dengan variabel yang berhubungan dengan keadaan saluran dan bangunan yang ada di sekitar petakan tersier. Keseragaman dan kecukupan air menjelaskan sistem irigasi dalam mendistribusikan air ke lahan-lahan pertanian sehingga lahan pertanian tersebut tidak mengalami kekurangan air. Dengan diketahuinya efisiensi penyaluran air, keseragaman, dan kecukupan air serta karakteristik jaringan irigasi maka dapat digunakan sebagai pedoman dalam memperbaiki jaringan sistem irigasi. Selain itu juga dapat digunakan sebagai parameter dalam evaluasi terhadap kinerja pengelolaan jaringan irigasi yang sudah ada sehingga dalam penanganan selanjutnya dapat lebih baik (James, 1988). II. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan Januari 2012. Pengambilan lokasi dilakukan secara acak berlapis (stratifield random sampling) pada saluran tersier di tingkat hulu, tengah, dan hilir. Penelitian dilaksanakan di KBH 5 Ki 2, KBH 6 Ki, dan KBH 7A Ki yang merupakan Daerah Irigasi Sekampung Batanghari dan berada di wilayah kerja dari Unit Pelaksana Teknis Pengairan Kota Metro. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: alat ukur kecepatan arus air (current meter), stop 38

Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 1, No. 1, Oktober 2012: 37-42 watch, peta Jaringan Irigasi Sekampung Batanghari serta data sekunder. Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengambilan data primer yang diperoleh melalui pengamatan dan pengukuran secara langsung pada objek penelitian (lapangan), yakni dengan melihat kondisi pengelolaan air, seperti mengukur besarnya debit air di saluran, keadaan kualitas saluran dan bangunan irigasinya. Pengambilan data ini diulang 3 kali pada setiap titik pengukuran. 2.1. Efisiensi Penyaluran Efisiensi penyaluran yang dapat diukur berdasarkan metode inflow-outflow dengan rumus : E x 100 % /1/ Dimana, Ec= Efisiensi penyaluran air (%); Q 1= Besarnya debit dibagian hulu saluran (m 3 /dt); Q 2= Besarnya debit dibagian hilir saluran (m 3 /dt) Efisiensi penyaluran rata-rata dapat dihitung dari : E = /2/ 2.2. Kerapatan Saluran dan Kerapatan Bangunan Beberapa variabel yang dapat dihitung untuk menentukan karakteristik jaringan irigasi di D.I Sekampung Batanghari (Pusposoetardjo dalam Puspasari, 2003), adalah : KS = S/A /3/ KB = B/A /4/ Dimana, KS= Kerapatan Saluran (meter/ha); KB= Kerapatan Bangunan (unit/ha); S= Panjang saluran tersier, kuarter, atau drainase (meter); B= Jumlah bangunan disekitar petakan tersier (unit); A= Luas areal fungsional (Ha) 2.3. Kerumitan Jaringan Irigasi Kerumitan jaringan irigasi akan dianalisis menggunakan rumus sebagai berikut (Pusposoetardjo dalam Puspasari, 2003). β = e/v /5/ θ = m/v /6/ dimana: β= Jumlah saluran layanan bak bagi (ruas/bak bagi); θ= Panjang saluran layanan bak bagi (meter/bak bagi); e= Jumlah penggal saluran (ruas); v= Jumlah bangunan bak tersier dan kuarter (bak bagi); m= Panjang total saluran tersier, kuarter, dan drainase (meter). III. HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata efisiensi penyaluran air di tingkat tersier UPT Pengairan Kota Metro adalah sebesar 81,23%. Efisiensi penyaluran air di saluran tersier D.I Sekampung Batanghari pada awalnya didesain 85%. Sementara efisiensi penyaluran terhitung dihasilkan berada di bawah rancangan awal sebesar 3,77%. Dengan demikian, berdasarkan nilai efisiensi penyaluran air di saluran tersier, kinerja jaringan tersier UPT Pengairan Kota Metro masih di bawah rancangan awal yaitu rata-rata 95,56% dari desain awal. Saluran KBH 5 Ki 2 memiliki efisiensi penyaluran air paling baik dari ketiga saluran lainnya dengan rata-rata efisiensi sebesar 81,66%. Hal tersebut bisa dicapai karena didukung oleh keterlibatan petani pemakai air dalam mengelola air irigasi yang cukup baik. Hal tersebut terbukti dari kondisi saluran tersier yang cukup bersih dan terawat baik. Saluran KBH 5 Ki 2 memiliki nilai efisiensi terendah di bagian hulu diduga timbul karena aliran air yang lambat dan disebabkan saluran tersebut berada pada permukaan yang datar. 39

Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Tingkat Tersier (Nur Zun Viqhy, R.A. Bustomi R, Nugroho H, dan Oktafri) Gambar 1. Saluran Tersier KBH 5 Ki 2 Sedangkan pada KBH 6 Ki dan KBH 7A Ki Gambar 2. Saluran Tersier KBH 7A Ki 40

Jurnal Teknik Pertanian Lampung Vol. 1, No. 1, Oktober 2012: 37-42 Sedangkan pada KBH 6 Ki dan KBH 7A Ki memiliki efisiensi penyalurannya lebih rendah. Hal ini terjadi karena kondisi saluran yang kurang baik, serta banyak rumput liar yang tumbuh di sekitar saluran sehingga mengganggu laju air. Lokasinya yang terpencil mungkin menjadi kendala bagi petani pemakai air yang mengelola pintu air KBH 6 Ki dan KBH 7A Ki untuk melakukan penulusuran dan membersihkan saluran yang sangat terganggu oleh rumputrumput liar, terutama bagian hilir pada saluran KBH 6 Ki yang memiliki nilai efisiensi paling rendah dengan nilai efisiensi hanya 74,22%. Dari data yang diperoleh diketahui bahwa ketiga saluran tersier tersebut memiliki kerapatan saluran antara 58,27 m/ha sampai 95,36 m/ha dan kerapatan bangunan antara 0,16 unit/ha sampai 0,26 unit/ha. Menurut Pusposoetardjo dalam Puspasari (2003), jaringan irigasi dianggap memadai bila memiliki kerapatan saluran 50-100 m/ha dan kerapatan bangunan 0,11-0,40 unit/ha. Berdasarkan kriteria tersebut, jaringan irigasi KBH 5 Ki 2, KBH 6 Ki, dan KBH 7A Ki memadai karena memiliki kerapatan saluran rata-rata 80,80 m/ha dan kerapatan bangunan rata-rata 0,22 unit/ha. Tabel 1. Efisiensi Penyaluran Air Irigasi UPT Metro D.I Sekampung Batanghari No Saluran Tersier Efisiensi Penyaluran Air Hulu (%) Tengah(%) Hilir (%) Rata-rata 1. KBH 5 Ki 2 79,84 80,84 84,31 81,66 2. KBH 6 Ki 86,83 83,20 74,22 81,42 3. KBH 7A Ki 79,42 85,85 76,59 80,62 Rata rata 81,23 Tabel 2. Kerapatan saluran UPT Pengairan Metro D.I Sekampung Batanghari No. Lokasi A (ha) S (m) KS (m/ha) 1. KBH 5 Ki 2 139 8100 58,27 2. KBH 6 Ki 50 4439 88,78 3. KBH 7A Ki 69 6580 95,36 Rata-rata 80,80 Tabel 3. Kerapatan bangunan UPT Pengairan Metro D.I Sekampung Batanghari No. Lokasi A (ha) B (unit) KB (unit/ha) 1. KBH 5 Ki 2 139 22 0,16 2. KBH 6 Ki 50 13 0,26 3. KBH 7A Ki 69 16 0,23 Rata-rata 0,22 Tabel 4. Kerumitan jaringan irigasi UPT Metro D.I Sekampung Batanghari No Lokasi Kerumitan Jaringan e v m β Θ 1 KBH 5 Ki 2 20 8 8100 2,50 1012,50 2 KBH 6 Ki 10 4 4439 2,50 1109,75 3 KBH 7A Ki 13 5 6580 2,60 1316,00 Rata-rata 2,53 1146,08 41

Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Tingkat Tersier (Nur Zun Viqhy, R.A. Bustomi R, Nugroho H, dan Oktafri) Kerumitan jaringan irigasi ditentukan dengan variabel jumlah dan panjang saluran layanan bak bagi. Jumlah saluran layanan bak bagi di saluran tersier KBH 5 Ki 2, KBH 6 Ki dan KBH 7A Ki masing-masing adalah 2,50; 2,75; dan 2,60 ruas/bak bagi, sedangkan panjang saluran layanan bak bagi pada KBH 5 Ki 2, KBH 6 Ki dan KBH 7A Ki masing-masing adalah 1012,50; 1109,75; dan 1316,00 m/bak bagi. Menurut Pusposoetardjo dalam Puspasari (2003) pembagian air bisa adil dan merata jika nilai β = 2,21-2,50 ruas/bak bagi dan θ = 500-1000 m/bak bagi. Tabel 4 menunjukkan bahwa saluran tersier KBH 5 Ki 2 lebih memadai dibandingkan dengan dua tersier lainnya, karena memiliki jumlah saluran layanan bak bagi sebesar 2,50 meskipun masih mengalami sedikit kesulitan pembagian air karena panjang saluran layanan bak bagi yang kurang memadai, walaupun mendekati standar. IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: a) Kinerja jaringan irigasi tersier UPT Pengairan Kota Metro cukup efektif, karena meskipun memiliki nilai rata- rata KS = 58,27-95,36 m/ha dan KB = 0,16-0,26 unit/ha yang sesuai nilai standar KS = 50-100 m/ha dan KB = 0,11-0,40 unit/ha, namun memiliki nilai kerumitan jaringan irigasi yang sedikit berlebih dari standar nilai β = 2,21-2,50 ruas/bak bagi dan θ = 500-1000 m/bak bagi yakni dengan nilai rata-rata 2,53 ruas/bak bagi dan 1146,08 m/bak bagi. 4.2. Saran a) Perlunya meningkatkan pemeliharaan saluran tersier dari hulu hingga ke hilir saluran seperti pembersihan atau pembabatan rumput, pengangkatan sampah, dan kotoran lain di sekitar saluran agar tidak mengganggu penyaluran air. b) Perlu adanya peningkatan kerjasama antara pihak UPT Pengairan Kota Metro dengan Petani Pemakai Air dalam perawatan jaringan irigasi yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Bestari, R.M. 1978. Ilmu Teknik Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta. James. 1988. Principles Of Farm Irrigation System Design. John Wiley and Sons. New York. Puspasari, Rika. 2003. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Tingkat Tersier UPT Sidomukti Daerah Irigasi Way Rarem. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Reinhart, T. 2007. Modul Diklat Pengelolaan Sistem Irigasi Di Propinsi Lampung. Departemen Pekerjaan Umum Sekretariat Jendral Pusat Pendidikan Dan Pelatihan. Jakarta. Unit Pelaksana Teknis Pengairan Kota Metro. 2009. Operasional Dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi. Unit Pelaksana Teknis Pengairan Kota Metro. Metro. b) Efisiensi penyaluran air pada jaringan tersier UPT Pengairan Kota Metro sudah cukup baik, sebesar 81,23% (ini masih dibawah rancangan awal saluran, yakni sebesar 85%). 42