BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja adalah fitrah dan sekaligus merupakan salah satu identitas

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya. Haji

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakatan (sosiologis), hakikat kemanusiaan (human nature) dan asalusulnya (antropologis), dan moral (ethics).

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah dalam dua dimensi untuk melakukan hal-hal positif

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, masyarakat Indonesia mengalami. perkembangan yang sangat cepat. Era ini memiliki potensi untuk ikut

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dihindari karena sebagai masa periode terakhir yang dilewati oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia tentang dirinya sendiri, dan tentang dunia dimana mereka hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter yang diimplementasikan dalam institusi pendidikan, diharapkan dapat

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. orang tua berkewajiban untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan. martabat kemanusiaan (Sinegar, UUD 1945: 31).

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta, Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. begitu, seorang guru pendidikan agama Islam harus mampu mendidik. keselamatan dunia maupun di akhirat kelak.

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya pendidikan di negara itu. Pendidikan dalam pengertiannya yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup. terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era modern merupakan era yang ditandai dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN MODEL PENDEKATAN ISLAMI DALAM PENANGANAN STUDENT DELINQUENCY KELAS VIII SMP N 04 CEPIRING KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba), tawuran pelajar,

BAB I PENDAHULUAN. (2001: ix) perpustakaan adalah kuil tempat belajar, dan belajar telah membebaskan lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. pengetahuan, kemampuan akhlak, juga seluruh pribadinya. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB III KONDISI OBJEKTIF PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR LUBUKLINGGAU. A. Latar Belakang Sejarah Berdirinya

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. proses optimalisasi yang memerlukan waktu serta tahapan-tahapan tertentu. yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan berprestasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 1.

BAB V PEMBAHASAN. Kepribadian Muslim Siswa MAN 2 Tulungagung. siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP AKHLAK SISWA KELAS VII SMP 2 KISMANTORO TAHUN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, terkandung

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. kebaikan. Salah satunya nilai-nilai normatif yang berisi tentang petunjukpetunjuk. dalam menghadapi perkembangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta : Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaluddin Rakhmat, Islam Aktual; Refleksi Sosial Seorang Cendekiawan Muslim,

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan diri dan keluarganya. Secara sosial ekonomi masyarakat sekarang

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

I. PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan sesuatu yang berada di luar batasan-batasan kemampuan

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN BERAGAMA REMAJA MUSLIM DENGAN MOTIVASI MENUNTUT ILMU DI PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pentingnya keluarga dalam mendidik anak menjadikan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 2001), hlm. 42. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. satu ajaran islam yang mengatur pola kesejahteraan dan kemakmuran adalah pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. jalur pendidikan formal, nonformal dan informal, karena dapat dijadikan satu

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman serta dapat berbuat sesuatu dengan apa yang telah dipelajarinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eni Suratmi Ningsih, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi serta masuknya budaya-budaya asing telah mempengaruhi gaya

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi perilaku kenakalan peserta didik serta membina peserta didik untuk berakhlakul karimah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. jauh lebih banyak dan lebih komplek dibandingkan pada masa-masa sebelumnya.

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari kepribadian yang sebenarnya. 1 Perilaku manusia dapat dikatakan sebagai perwujudan dari kepribadiannya, hal ini karena dilakukan secara terus menerus sampai kemudian membentuk karakter dalam dirinya. Karena kualitas pada manusia tidak terbentuk secara instan, tapi membutuhkan proses yang panjang. Berawal dari pengaruh keluarga sampai kepada proses penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya. Pada dasarnya, dalam kehidupan manusia mengalami dua macam perkembangan yaitu perkembangan jasmani dan perkembangan rohani. Perkembangan jasmani diukur berdasarkan umur kronologis seseorang. Sedangkan perkembangan rohani diukur berdasarkan tingkat kemampuan. Pada pencapaian tingkat inilah perkembangan rohani seseorang sampai pada istilah kematangan. 2 Secara umum, seseorang dapat disebut tidak matang apabila melewati perjalanan usia yang panjang namun tidak menghasilkan pengalaman yang menjadikannya mengalami perkembangan secara pribadi. Sebaliknya, orang 1 Achmad Mubarok, Solusi Krisis Keruhanian Manusia Modern-Jiwa dalam Al-Qur an (Jakarta: Paramadina, 2000), hal. 220 2 Jalaluddin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dan Mengaplikasikan Prinsip-Psinsip Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), hal. 107 1

yang secara kronologis usianya tergolong dini namun penuh dengan berbagai pengalaman dan pelajaran yang diolah dengan seksama sehingga dapat menjadi lebih matang daripada orang-orang lain yang seusia atau lebih tua darinya. Bentuk kematangan seseorang adalah dalam hal beragama. Beragama adalah suatu fitrah bagi manusia yang mengakui keberadaan Allah Swt. Seseorang senantiasa akan menjalankan perintah-nya dan menjauhi larangan- Nya sebagaimana yang terdapat dalam ajaran agama yang dianut. Ciri dari kematangan seseorang dalam beragama yaitu salah satunya dengan berperilaku yang baik sesuai dengan agama yang dianut. Menurut Jalaluddin kematangan beragama ini terlihat dari kemampuan seseorang untuk memahami, menghayati serta mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku beragama yang ditunjukkan pada manusia ditentukan dari pengalaman yang disadari oleh diri pribadi. Kesadaran merupakan sebab dari perilaku, maksudnya bahwa apa yang dipikir dan dirasakan oleh individu menentukan apa yang akan dikerjakan. 3 Berdasarkan uraian di atas, menjelaskan bahwa pribadi manusia yang didasarkan pada nilai-nilai agama akan terlihat dari kemampuan seseorang dalam bersikap dan berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Pola pikir yang dimiliki lebih cenderung pada keyakinan agamanya, serta kemampuan untuk mempertahankan jati dirinya sebagai seorang yang beragama. Untuk itu, orang yang matang dalam beragama tentu terikat pada 3 Ibid., hal. 187 2

ketentuan mana yang boleh dikerjakan dan mana yang tidak boleh dikerjakan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Perilaku keagamaan manusia yang dapat kita amati menggambarkan fenomena yang menarik. Di satu sisi menggambarkan kesadaran beragama pada umat manusia, namun di sisi lain juga menunjukkan kesadaran beragama pada manusia usia lanjut (manula). Di mana pada kaum manula terjadi adanya peningkatan dalam perilaku beragama atau justru malah mengalami penurunan dalam perilaku beragama. Membentuk dan juga merubah perilaku beragama tersebut membutuhkan proses yang panjang dan berkelanjutan serta banyak faktor yang mempengaruhinya, hal ini akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia. Bukhori sebagaimana yang dikutip Arifin menyatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah memiliki sifat kepribadian yang matang. Sifat kepribadian seperti itu akan terlihat dari cara bertindak atau perilaku yang bersifat tetap dan akan dilakukan secara berulang-ulang. 4 Maka, manula merupakan kesempatan yang baik untuk mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan hidup. Semakin tua umur seseorang, pribadinya akan semakin matang, nafsu duniawi pun berkurang, sehingga banyak mengurangi perbuatan dosa, sebaliknya memperbanyak amal ibadah, mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh khusyuk. Fakta yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa pembentukan kepribadian manusia yang memiliki kematangan dalam beragama sampai 4 Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 117 3

saat ini belum memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan. Banyaknya kehidupan beragama belum diikuti dengan perilaku yang sesuai dengan ajaran agama dan norma yang berlaku di masyarakat. Orang berlomba-lomba menunaikan ibadah haji, shalat, puasa, dan lain-lain sementara perilaku menyimpang seperti menyekutukan Allah, kebiasaan berdusta, munafik, mau menang sendiri tetap masih menjadi kegemaran. Permasalahan rendahnya perilaku keagamaan serta perilaku yang menyimpang dari nilai-nilai ajaran agama sebagaimana dijelaskan di atas ternyata juga menjadi fenomena yang masih sering terjadi pada kaum manula. Nilai-nilai ajaran agama masih belum mengendalikan diri para manula sepenuhnya. Kehidupan dan pergaulan di masyarakat masih lebih dipengaruhi atau dikendalikan oleh dorongan ataupun keinginan pribadi, belum mengarah kepada tujuan yang sesuai dengan motivasi keagamaan yang tinggi. Berbagai perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma ajaran agama seperti diuraikan di atas menunjukkan masih rendahnya perilaku keagamaan kaum manula secara benar dan utuh. Baik bagi manula yang hidup bersama keluarga, maupun manula yang terlantar. Manula yang hidup bersama keluarga bisa saja mengalami peningkatan perilaku beragama yang lebih baik, meskipun masih ada juga yang mengalami penurunan. Demikian juga terjadi pada manula yang terlantar, ada yang mengalami peningkatan dan ada juga yang mengalami penurunan minat terhadap perilaku beragama. Hal ini mungkin bisa terjadi bagi manula yang sejak awal hidupnya kurang diwarnai dengan nilai-nilai 4

keagamaan. Sikap sebagian besar manula terhadap agama mungkin lebih sering dipengaruhi oleh bagaimana mereka dibesarkan atau apa yang telah diterima pada saat mereka mencapai kematangan intelektualnya. Berkaitan dengan manula terlantar, pada umumnya, setiap warga negara berhak mendapat jaminan kesejahteraan dari pemerintah, termasuk juga pada manula. Bentuk pelayanan kesejahteraan terutama bagi manula terlantar adalah panti werdha. Salah satu panti werdha yang ada di Yogyakarta adalah Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Yogyakarta Unit Budi Luhur yang terletak di Bangunjiwo. BPSTW Yogyakarta Unit Budi luhur adalah panti werdha yang mempunyai tugas memberikan bimbingan dan pelayanan bagi manula terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat. Dijadikan sebagai pemilihan lokasi dalam penelitian ini karena dilihat dari berbagai sisi seperti, program dan pelayanan salah satunya adalah program bimbingan keagamaan yang mana kegiatan tersebut dapat menunjang manula dalam perilaku beragama secara baik. Namun, kenyataan yang terjadi di lapangan meskipun kegiatan keagamaan secara rutin dilakukan, hal ini tidak menjamin dapat berpengaruh terhadap perilaku keagamaan manula. Hal ini terlihat pada sebagian manula ada yang semangat mengikuti bimbingan keagamaan, bertanya, rajin ke masjid untuk shalat berjamaah. Namun, ada juga ya sekedar mengikuti dalam bimbingan keagamaan tidak dengan semangat, masih suka menunda-nunda waktu shalat, dan lain sebagainya. 5

Pada sebagian manula terjadi peningkatan perilaku keagamaan, sementara pada sebagian manula lainnya malah terjadi penurunan perilaku keagamaan. Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk menelusuri lebih jauh bagaimana perilaku keagamaan kaum manula di BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur, kemudian faktor-faktor apa yang mempengaruhi manula dalam peningkatan perilaku keagamaannya dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi manula yang mengalami penurunan minat dalam perilaku beragama. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana perilaku keagamaan kaum manula di BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keagamaan manula di BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis perilaku keagamaan kaum manula di BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. 6

2. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku keagamaan manula di BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Memberikan sumbangan pemikiran guna memperkaya khazanah keilmuan pendidikan Islam, serta dapat menjadi referensi berikutnya tentang kajian kepustakaan yang berkaitan dengan perilaku keagamaan kaum manula. 2. Secara Praktis a. Bagi lembaga, dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam bimbingan keagamaan manula khususnya dalam perilaku beragama kaum manula yang ada di Balai Pelayanan Sosial Tresna Werdha (BPSTW) Yogyakarta Unit Budi Luhur. b. Bagi manula, dapat membantu kaum manula agar lebih memahami bahwa perilaku beragama yang baik akan menjadikan dirinya lebih dekat kepada Allah dan menjadikan hidup lebih tentram. Dan peneliti berharap bahwa manula di panti sosial tersebut dapat istiqomah dalam menjalani perilaku beragama yang sesuai dengan ajaran yang dianutnya. 7

E. Sistematika Penulisan Pada penelitian ini dibagi menjadi 5 bab yang akan diuraikan dalam sub-sub bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI Bab ini memuai uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori relevan yang terkait dengan tema skripsi. 3. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini memuat secara rinci metode penelitian yang digunakan peneliti beserta alasannya; jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan. 4. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pertama, bab ini berisi tentang data hasil penelitian tentang gambaran umum BPSTW Yogyakarta yang terdiri dari; identitas BPSTW Yogyakarta seperti: profil, letak geografis dan sejarah, kemudian tugas dan fungsi, visi dan misi BPSTW Yogyakarta, struktur organisasi BPSTW Yogyakarta, kebijakan, program pelayanan di BPSTW Yogyakarta, kegiatan pelayanan dan sasaran kegiatan, syarat dan kelengkapan pemenerimaan klien, sarana dan prasarana, prosedur penerimaan dan pelayanan BPSTW Yogyakarta, serta jangkauan 8

pelayanan. Kedua, keadaan manula di BPSTW Yogyakarta unit Budi Luhur yang terdiri dari; jumlah manula, agama, alasan manula tinggal di BPSTW Yogyakarta unit Budi Luhur, permasalahan manula, kegiatan manula dan pembagian wisma. Ketiga, tentang perilaku keagamaan kaum manula di BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. Terakhir tentang faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku keagamaan manula di BPSTW Yogyakarta Unit Budi Luhur. 5. BAB V : PENUTUP Mencakup kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. 9