METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

dokumen-dokumen yang mirip
III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Biokimia Hasil Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang

METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 sampai dengan bulan

III. BAHAN DAN METODE. laboratorium Biomassa, laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan Teknologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia/Biokimia Hasil Pertanian

Gambar 6. Kerangka penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Jurusan

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium Patologi, Entimologi

BAB III METODE PENELITIAN

III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Sejak ditemukannya zat pewarna sintetik serta terbatasnya jumlah dan mutu zat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

III. BAHAN DAN METODOLOGI

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Oktober sampai Februari 2014, dengan

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

Kopigmentasi pada antosianin kulit terung belanda

METODE. Penghancuran kelopak bunga rosella. dilarutkan dalam air 1:4. Ekstraksi dengan perbedaan suhu (50 o C distirer selama dua jam)

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan THP

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2016 sampai dengan bulan

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian,

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

c. Kadar Lemak (AOAC, 1995) Labu lemak yang ukurannya sesuai dengan alat ekstraksi Soxhlet

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III MATERI DAN METODE. Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pangan. Menurut Jettanapornsumran (2009), warna menjadi salah satu

I. PENDAHULUAN. Penggunaan pewarna makanan yang bersumber dari bahan alami sudah sejak lama

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Jurusan

LAMPIRAN A DATA PENELITIAN DAN HASIL PERHITUNGAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga April Penelitian

LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian akan dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimen dengan menggunakan metode

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1 Formulir organoleptik

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2014 sampai dengan bulan

Lampiran 1. Prosedur Analisis Pati Sagu

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 Mei 2017 di

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Universitas

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisa Hasil Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat Penelitian. B. Alat dan Bahan

Transkripsi:

20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian (Ruang Analisis Pati dan Karbohidrat), Laboratorium Pengolahan Limbah Hasil Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian dan Laboratorium Biomassa Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2014. 3.2 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah rotary vacuum evaporator, spektrofotometer merk Varian tipe cary 50 probe, Sentrifius merk Hitachi tipe CF16RX II, shaker, ph meter, timbangan, botol gelap, mikro pipet, pipet tip, baskom, penumbuk kayu, dan alat-alat gelas. Bahan baku yang digunakan adalah tanaman hati ungu (Tradescantia Pallida) yang diperoleh dari Bandar Lampung, dan bahan pembantu seperti kain saring, kertas saring, dan alumunium foil. Bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis antara lain: katekol, metanol, asam klorida, KCl, asam sitrat, natrium sitrat, dan air suling.

21 3.3 Metode Penelitian Percobaan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial (3 x 6) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah rasio molar katekol terhadap antosianin (R), yaitu 0:1 (R0), 50:1 (R1) dan 100:1 (R2). Faktor kedua adalah lama penyimpanan (L), yaitu hari ke-0 (L0), hari ke-10 (L1), hari ke-20 (L2), hari ke-30 (L3), hari ke-40 (L4), dan hari ke-50 (L5). Data yang diperoleh diuji kemenambahan datanya dengan menggunakan uji Tuckey dan kesamaan ragam data diuji dengan menggunakan uji Bartlet. Data dianalisis dengan analisis ragam untuk mendapatkan penduga ragam galat dan mengetahui ada tidaknya perbedaan antar perlakuan, kemudian untuk mengetahui perlakuan terbaik pengujian dilanjutkan dengan perbandingan polinomial ortogonal pada taraf uji 5% (Steel dan Torrie, 1991). 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Persiapan bahan 1) Perhitungan kadar air tanaman hati ungu Tanaman hati ungu segar dipotong-potong dan ditentukan kadar airnya. Kadar air tanaman hati ungu yang digunakan pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode oven (AOAC, 1970), yaitu sebanyak 2 gram sampel dimasukkan ke dalam cawan alumunium yang telah diketahui beratnya. Sampel dikeringkan di dalam oven pada suhu 100 105 o C selama 3 5 jam. Sampel diambil dan dinginkan di dalam desikator selama 15 menit dan kemudian

22 ditimbang. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit, lalu sampel didinginkan di dalam desikator selama 15 menit dan kemudian ditimbang kembali. Perlakuan ini dilakukan sampai mencapai berat konstan (selisih penimbangan berturut-turut kurang dari 0,0002 g). Banyaknya kandungan air dalam bahan didapat dengan perhitungan sebagai berikut : Kadar air (bb) (%) = Berat awal Berat akhir x 100% Berat awal 2) Pembuatan larutan buffer ph 1, ph 3,5 dan ph 4,5 Buffer HCl-KCl ph 1 dibuat dengan cara mencampurkan 50 ml larutan HCl 0,2 M dengan 97 ml larutan KCl 0,2 M, dan kemudian diencerkan dengan menambahkan air suling hingga volume 200 ml (Sudarmadji et al., 1997). Buffer sitrat ph 3,5 dibuat dengan cara mencampurkan 40 ml larutan asam sitrat 0,1 M dengan 11 ml larutan natrium sitrat 0,1 M, dan kemudian ditambahkan air suling hingga volume 100 ml (Sudarmadji et al., 1997). Buffer sitrat ph 4,5 dengan cara mencampurkan 28 ml larutan asam sitrat 0,1 M dengan 23 ml larutan natrium sitrat 0,1 M, dan kemudian ditambahkan air suling hingga volume 100 ml (Sudarmadji et al., 1997). 3.4.2 Ekstraksi pigmen antosianin hati ungu Ekstraksi pigmen antosianin dilakukan, mengikuti metode yang dikemukakan oleh Gao dan Mazza (1996). Sebanyak 100 gram potongan daun dan batang hati ungu dimasukkan ke dalam erlenmayer 500 ml, kemudian ditambahkan 250 ml metanol yang telah diasamkan dengan 2,5 ml HCl 1%. Selanjutnya campuran diekstrak dengan bantuan shaker dengan kecepatan 125 rpm selama 2 jam. Larutan kemudian disimpan semalam di ruang gelap pada suhu ruang, setelah itu

23 disaring dengan menggunakan kain saring dan filtrat disaring kembali dengan menggunakan kertas saring biasa. Filtrat yang dihasilkan dipekatkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 45 o C selama 2 Jam, dan dihasilkan pekatan ekstrak antosianin tanaman hati ungu. Diagram alir proses ekstraksi pigmen antosianin tanaman hati ungu dapat dilihat pada Gambar 9. Hati ungu (100 gram) Metanol + HCl 1 % (250mL) Ekstraksi (Shaker 125 rpm, 2 jam, suhu ruang) Perendaman (12 jam, suhu ruang, tempat gelap) Penyaringan dengan kain saring dan kertas saring Ampas Filtrat Pemekatan dengan Rotary vacuum evaporator (suhu 45 o C, 2 jam) Metanol Ekstrak Antosianin Tanaman Hati Ungu pekat 25 ml Gambar 9. Diagram alir proses ekstraksi pigmen antosianin hati ungu Sumber : Metode Gao dan Mazza (1996). Pekatan ekstrak antosianin tanaman hati ungu kemudian diambil cuplikan untuk mengukur konsentrasi awal antosinin ekstrak tanaman hati ungu yang ditentukan secara spektrofotometri.

24 3.4.3 Kopigmentasi ekstrak antosianin tanaman hati ungu dengan katekol Pekatanan ekstrak antosianin tanaman hati ungu sebanyak 25 ml ditambahkan ke dalam buffer sitrat ph 3,5 sebanyak 3 kali volume pekatan (25 ml) untuk mendapatkan larutan dengan ph kopigmentasi (ph 3.5). Endapan dipisahkan dengan menggunakan centrifuge kecepatan 10.000 rpm pada suhu 5 o C selama 10 menit. Filtrat yang dihasilkan merupakan ekstrak antosianin tanaman hati ungu. Jumlah kopigmen katekol yang akan ditambahkan dihitung sesuai dengan masingmasing perlakuan rasio molar kopigmen terhadap antosianin (50:1 dan 100:1) dengan perhitungan sebagai berikut : Jumlah kopigmen = C x BM x V/1000 x R Keterangan : C = Konsentrasi antosianin awal (mmol/l) BM = Berat molekul (BM katekol = 110,11 mg/mmol) V = Volume sampel R = Rasio molar 50:1 dan 100:1 Kopigmentasi dilakukan dengan cara memasukkan 5 ml ekstrak antosianin tanaman hati ungu ke dalam botol gelap dan kemudian ditambahkan katekol 12,14 mg dan 24,28 mg masing masing untuk ratio 50: 1 dan 100: 1. Botol sampel kemudian ditutup dan homogenkan dengan menggunakan shaker dengan kecepatan 100 rpm selama 10 menit hingga katekol larut dan bercampur dengan ekstrak. Masing-masing sampel disimpan di tempat yang terpapar cahaya dan dianalisis pada hari ke 0, 10, 20, 30, 40, dan 50. Diagram alir proses kopigmentasi antosianin dengan katekol dapat dilihat pada Gambar 10.

25 Filtrat antosianin tanaman hati ungu Katekol Dicampur dalam botol gelap Dihomogenkan dengan shaker 100 rpm selama 10 menit Disimpan di tempat terpapar cahaya Dianalisis hari ke 0, 10, 20, 30, 40, dan 50. Gambar 10. Diagram alir proses kopigmentasi antosianin dengan katekol dan pengamatan. 3.5 Pengamatan 3.5.1 Pengamatan efek batokromik dan hiperkromik Sampel antosianin yang tidak dikopigmentasi (rasio molar 0:1) dan antosianin terkopigmentasi (50:1, dan 100:1) dimasukkan ke dalam 6 ml larutan buffer ph 3,5 sampai absorban pada pengukuran λ 525 nm berada antara 0,4 0,8. Kemudian absorban sampel diukur dengan spektrofotometer (scanning) pada berbagai panjang gelombang 450 nm 600 nm sampai diperoleh Absorban tertinggi (A λmax ) (Rein, 2005). Analisis scanning dilakukan pada hari ke 10 dan hari ke 50 untuk mengamati peningkatan absorbansi maks (hiperkromik) dan pergeseran λ maks (batokromik). Analisis scanning awal dilakukan pada hari ke 10 dikarenakan agar antosianin yang ditambahkan dengan katekol sudah terkopigmentasi.

26 3.5.2 Analisis konsentrasi antosianin Konsentrasi antosianin dinyatakan sebagai sianidin-3-glukosida ditentukan dengan metode perbedaan ph pada spektrofotometer (Giusti dan Worlstad, 2001). Sebanyak 0,5 ml ekstrak antosianin yang tidak dikopigmentasi (rasio molar 0:1) dan antosianin terkopigmentasi (rasio molar 50:1, dan 100:1) dimasukkan ke dalam larutan buffer ph 1 dan 4,5 masing-masing 6 ml. Masing-masing sampel diukur dengan menggunakan spektrofotometer pada λ 525 nm dan 700 nm dengan blanko air suling. Konsentrasi antosianin dihitung menggunakan persamaan berikut: Absorban sampel (A) = (A λmax A 700 ) ph1 (A λmax A 700 ) ph4,5 Total Antosianin (mmol/l) = (A x DF x 1000) / (ε x 1) Total Antosianin (mg/l) = (A x MW x DF x 1000) / (ε x 1) Keterangan : A λmax = Absorban pada panjang gelombang maksimal MW Sianidin 3-glukosida = 449,2 g/mol DF = Faktor pengenceran Konstanta absortivitas molar = ε = 26.900 L mol -1 cm -1 Konsentrasi antosianin sesuai perlakuan dianalisis dan dihitung sama dengan cara menentukan konsentrasi awal antosianin sesuai dengan langkah maupun perhitungan di atas. 3.5.3 Retensi warna Perubahan warna antosianin akibat adanya kopigmentasi selama penyimpanan diamati melalui pengamatan absorban warna ekstrak antosianin tanaman hati ungu tidak dikopigmentasi maupun dikopigmentasi pada larutan buffer 3,5 dan λ 525 nm. Menurut Shi et al. (1992a), ekstrak antosianin tanaman hati ungu lebih stabil pada ph 3,5 dibandingkan dengan ph 4,5 dan ph 5,5. Retensi warna selama penyimpanan dihitung dengan rumus :

27 Retensi Warna (%) = (A t /A 0 ) x 100% Keterangan : A 0 : absorban pada hari ke-0 A t : absorban pada hari ke-t (Rein dan Heinonen, 2004). 3.5.4 Kinetika reaksi Reaksi degradasi antosianin mengikuti kinetika reaksi ordo satu, dan perhitungan parameter kinetik dari degradasi antosianin pada suhu pemanasan 65 o C dalam waktu 8 jam diukur pada panjang gelombang 525 nm. Pengujian kinetika degradasi antosianin dilakukan dengan melarutkan 0,5 ml pekatan antosianin tanaman hati ungu ke dalam 6 ml larutan buffer untuk masing-masing ph (Shi et al., 1992c). Larutan antosianin dipanaskan menggunakan penangas air pada suhu 65 o C selama 8 jam dengan interval waktu 2 jam larutan diukur absorbansinya. Konstanta laju reaksi ordo pertama (k), waktu paruh (t 1/2 ) yaitu waktu yang diperlukan untuk degradasi dari 50% dari antosianin, yang dihitung dengan menggunakan persamaan laju reaksi ordo satu sebagai berikut: = - k c = - k dt = - k ln = - k (t t0) ln = - k t pada t = t 1/2 ln 0,5 = - k t 1/2 t ½ = - Keterangan : C 0 adalah konsentrasi awal antosianin C t adalah konsentrasi antosianin setelah pemanasan waktu t (Kopjar dan Pilizota, 2009).