KECERNAAN PROTEIN DAN ENERGI RANSUM BROILER YANG MENGGUNAKAN TEPUNG MAGGOT (HERMETIA ILLUCENS) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG IKAN

dokumen-dokumen yang mirip
PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENGARUH PENGGANTIAN TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG MAGGOT (Hermetia illucens) DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

PEMANFAATAN MANURE HASIL DEGRADASI LARVA LALAT HITAM (Hermetia illucens L) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG IKAN TERHADAP PENAMPILAN AYAM BURAS FASE GROWER

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH PENGALENGAN IKAN DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER. Arnold Baye*, F. N. Sompie**, Betty Bagau**, Mursye Regar**

PENGARUH PENGGUNAAN DAUN MURBEI (Morus alba) SEGAR SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN RANSUM TERHADAP PERFORMANS BROILER

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 37 No. 1 : (Januari 2017) ISSN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

Ade Trisna*), Nuraini**)

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

Nilai Kecernaan Protein Ransum yang Mengandung Bungkil Biji Jarak (Ricinus communis, Linn) Terfermentasi pada Ayam Broiler (Tjitjah Aisjah)

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

ENERGI METABOLIS DAN DAYA CERNA BAHAN KERING RANSUM YANG MENGANDUNG BERBAGAI PENGOLAHAN DAN LEVEL CACING TANAH (LUMBRICUS RUBELLUS)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. ransum terhadap profil kolesterol darah ayam broiler dilaksanakan pada bulan

MATERI DAN METODE. Materi

KANDUNGAN LEMAK KASAR, BETN, KALSIUM DAN PHOSPOR FESES AYAM YANG DIFERMENTASI BAKTERI Lactobacillus sp

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

M. Datta H. Wiradisastra Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung ABSTRAK

KECERNAAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN PROTEIN KASAR RANSUM YANG MENGANDUNG TEPUNG LIMBAH IKAN GABUS PASIR

Nelwida 1. Intisari. Kata Kunci : Broiler, Retensi, Biji Alpukat, Jagung

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,

TEPUNG UBI JALAR SEBAGAI SUMBER ENERGI PAKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

PENGARUH PENGGANTIAN DEDAK HALUS DENGAN KULIT KOPI TERHADAP PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMEN BROILER

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

PENGGUNAAN TEPUNG LIMBAH UDANG DENGAN PENGOLAHAN FILTRAT AIR ABU SEKAM FERMENTASI EM-4 DAN KAPANG

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

Pengaruh Penambahan Lisin dalam Ransum terhadap Berat Hidup, Karkas dan Potongan Karkas Ayam Kampung

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PEMANFAATAN TEPUNG LIMBAH ROTI DALAM RANSUM AYAM BROILER DAN IMPLIKASINYA TERHADAP EFISIENSI RANSUM SERTA

PENGARUH PENGGANTIAN RANSUM KOMERSIAL DENGAN AMPAS TAHU TERHADAP KECERNAAN PAKAN PADA BABI RAS

PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMEN BROILER YANG MENGGUNAKAN DAUN MURBEI (Morus alba) SEGAR SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN RANSUM BASAL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM SITRAT DALAM RANSUM SEBAGAI ACIDIFIER TERHADAP KECERNAAN PROTEIN DAN BOBOT BADAN AKHIR PADA ITIK JANTAN LOKAL

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

EFEKTIVITAS PENYERAPAN Ca DAN P, KADAR AIR DAN KANDUNGAN AMONIA MANUR AYAM PETELUR DENGAN RANSUM BERZEOLIT DAN RENDAH Ca SKRIPSI SUSILAWATI

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA JENIS HIJAUAN TERHADAP PERFORMANS TERNAK KELINCI. Chelry S. Mas ud*; Y.R.L. Tulung;**, J. Umboh;**, C.A.

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

Ali, S., D. Sunarti dan L.D. Mahfudz* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum ) TERHADAP KECERNAAN BAHAN KERING DAN BAHAN ORGANIK PADA KAMBING LOKAL

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

PENGARUH SUBSTITUSI DEDAK HALUS DENGAN TEPUNG KULIT BUAH KOPI DALAM RANSUM TERHADAP KECERNAAN ENERGI DAN PROTEIN PADA TERNAK BABI FASE GROWER

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Penelitian.

PENINGKATAN NILAI KECERNAAN PROTEIN KASAR DAN LEMAK KASAR PRODUK FERMENTASI CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN DEDAK PADI PADA BROILER

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

BIJI SAGA POHON (Adenanthera pavonina, LINN) SEBAGAI SUMBER PROTEIN ALTERNATIF BAGI TERNAK AYAM

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

Pengaruh Pemberian Kulit Ari Biji Kedelai Hasil Fermentasi dengan Aspergillus niger dalam Ransum terhadap Bobot Karkas Ayam Pedaging

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

MATERI DAN METODE. Materi

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

OPTIMALISASI SUBSTITUSI TEPUNG Azolla TERFERMENTASI PADA PAKAN IKAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS IKAN NILA GIFT

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

KUALITAS KIMIA DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER

Mairizal 1. Intisari. Kata Kunci : Fermentasi, Kulit Ari Biji Kedelai, Aspergillus Niger, Ayam Pedaging.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

PENGARUH SUBSTITUSI DEDAK HALUS DENGAN TEPUNG KULIT KOPI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA BROILER

PENGARUH PENGGUNAAN LEMAK SAPI DALAM RANSUM SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN ENERGI JAGUNG TERHADAP BERAT BADAN AKHIR DAN PROSENTASE KARKAS ITIK BALI

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS AWAL PENELURAN BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

Transkripsi:

KECERNAAN PROTEIN DAN ENERGI RANSUM BROILER YANG MENGGUNAKAN TEPUNG MAGGOT (HERMETIA ILLUCENS) SEBAGAI PENGGANTI TEPUNG IKAN Vanessa Rambet*, J. F. Umboh, Y. L. R. Tulung, Y. H. S. Kowel Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115 ABSTRAK Sebagai pakan, maggot dari black soldier fly (Hermetia Illucens) memiliki kandungan protein dan lemak yang tinggi. Masih sedikit data tentang kecernaan energi dan protein ransum yang mengandung maggot. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggantian tepung ikan dengan tepung maggot dari black soldier fly (Hermetia Illucens) dalam ransum terhadap kecernaan energi dan protein pada ayam broiler. Dua puluh ekor ayam broiler dengan empat ulangan digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Ransum penelitian disusun sebagai berikut: R0 = 100% tepung ikan (15% dalam ransum) + 0% tepung Maggot (0% dalam ransum); R1 = 75% tepung ikan (11,25% dalam ransum) + 25% tepung Maggot (3,75% dalam ransum); R2 = 50% tepung ikan (7,5% dalam ransum) + 50% tepung Maggot (7,5% dalam ransum); R3 = 25% tepung ikan (3,75% dalam ransum) + 75% tepung Maggot (11,25% dalam ransum); dan R4 = 0% tepung ikan (0% dalam ransum) + 100% tepung maggot (15% dalam ransum). Parameter yang diukur yaitu kecernaan energi dan protein ransum. Kecernaan energi and protein dilakukan berdasarkan metode indikator (lignin) internal. *Korespondensi (corresponding author): Email: vanessa.rambet@yahoo.co.id Data dihitung berdasarkan Anova sesuai petunjuk rancangan yang digunakan untuk rancangan acak lengkap. Perbedaan yang nyata ditetapkan apabila P< 0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata kecernaan bahan kering, energi, dan protein pada perlakuan R1 meningkat secara nyata (P < 0.05) dibanding perlakuan R0, R2, R3, dan R4. Tidak ada perbedaan yang nyata (P > 0.05) ditunjukkan antara perlakuan R0, R2, R3, dan R4. Dapat disimpulkan tepung maggot paling baik digunakan sampai dengan level 25% menggantikan tepung ikan atau 11,25% dalam ransum. Namun, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tepung maggot dapat digunakan sampai dengan 100% menggantikan tepung ikan dalam ransum ayam broiler tanpa adanya efek negatif terhadap kecernaan bahan kering, energi, dan protein. Kata Kunci: Tepung ikan, tepung maggot (Hermetia Illucens), kecernaan energi dan protein. ABSTRACT ENERGY AND PROTEIN DIGESTIBILITY OF BROILER CHICKEN CONSUMING MAGGOT (HERMETIA ILLUCENS) MEAL SUBSTITUTING FISH MEAL IN THE DIETS. As an animal feed, maggot from black soldier fly (Hermetia Illucens) has high protein and fat content. Yet, little is known 13

about the digestibility of energy and protein in the diet containing maggot. The present study was conducted to determine the effect of substitution of fish meal with maggot meal in the diets on energy and protein digestibility of broiler chicken. Twenty chicks were assingned to each dietary treatment which was replicated four times in a completely randomized design (CRD). Tretaments were formulated as follow: R0 = 100% fish meal (15% in the diet) + 0% maggot meal (0% in the diet); R1 = 75% fish meal (11,25% in the diet) + 25% maggot meal (3.75% in the diet); R2 = 50% fish meal (7.5% in the diet) + 50% maggot meal (7.5% in the diet); R3 = 25% fish meal (3.75% in the diet) + 75% maggot meal (11.25% in the diet); and R4 = 0% fish meal (0% in the diet) + 100% maggot meal (15% in the diet). Parameters measured were energy and protein digestibility. Energy and protein digestibility were calculated using the indicator (internal lignin) method. All data was submitted to the ANOVA procedure for completely randomized design. Differences were considered significantat (P< 0.05). The results showed that dry matter, energy, and protein digestibility were increased significantly (P < 0.05) compared to R0, R2, R3, and R4. No significant difference (P > 0.05) were found among R0, R2, R3, and R4. It can be concluded that the maggot flour is best used to the level of 25% replacing fish meal or 11.25% in the ration. However, the result of this study indicate that maggot flour can be used up to 100% replace fish meal in broiler chicken rations without any negative effect on digestibility of dry matter, energy, and protein. Keywords: Fish meal, maggot (Hermetia Illucens) meal, energy and protein digestibility. PENDAHULUAN Penyediaan bahan pakan sering mengalami kendala akibat ketersediaannya yang berfluktuasi tergantung faktor cuaca dan kemampuan produksi petani dan nelayan. Untuk mencukupi kebutuhan, bahan pakan harus didatangkan dari luar daerah ataupun luar negeri dengan harga yang lebih mahal sehingga meningkatkan biaya produksi. Tepung ikan merupakan salah satu bahan pakan sumber protein dalam ransum unggas. Kenyataan yang ada dan sering dihadapi peternak bahwa tepung ikan, kualitasnya tidak menentu karena diolah dari berbagai sumber, dan ketersediaannya ada kalanya terbatas, sehingga mempengaruhi kualitas dan harga ransum. Upaya untuk mengatasi haltersebut salah satunya dengan mencari bahan ransum alternatif yang kualitasnya hampir sama dengan tepung ikan (Murtidjo, 2001). Bahan pakan yang tersedia dan belum sepenuhnya dimanfaatkan dalam ransum, khususnya ransum unggas yaitu Maggot dari lalat black soldier fly (Hermetia illucens) dapat dijadikan suatu pilihan untuk penyediaan pakan sumber protein. 14

Keunggulan dari maggot sebagai bahan pakan yaitu kandungan protein dan lemaknya yang tinggi. Maggot atau belatung dari lalat black soldier fly (Hermetia illucens) mengandung: protein kasar ± 50% dan lemak ± 25% (Bondari dan Shepard, 1987). Hasil penelitian dari Loka Riset Kementerian Kelautan dan Perikanan menyebutkan bahwa belatung memiliki kadar protein yang hampir sama atau mendekati tepung ikan, yaitu sekitar 40-50%. Maggot bisa menggantikan tepung ikan dalam produksi ayam broiler dan mempengaruhi secara positif pertumbuhan berat dan kecernaan ternak ayam (Téguia et al, 2002). Tingginya kandungan protein pada belatung dari lalat black soldier fly (Hermetia illucens) belum menjamin tingginya tingkat ketersediaan protein di dalamnya. Tinggi rendahnya tingkat ketersediaan (availabilitas) protein dapat dilihat dari nilai kecernaannya. Kecernaan suatu bahan pakan merupakan pencerminan dari tinggi rendahnya nilai manfaat dari bahan pakan tersebut. Nilai kecernaan yang rendah, menunjukannilai manfaat yang rendah pula, sebaliknya apabila kecernaannya tinggi maka nilai manfaatnya juga tinggi. Upaya penggantian tepung ikan dengan dengan tepung maggot akan lebih memberikan nilai guna apabila diketahui nilai kecernaannya. Kecernaan ini perlu diketahui dalam upaya untuk mencapai efesiensi penggunaan pakan dalam ransum yang diberikan. Hal ini tidak bisa terlepas dari kandungan energi dan protein didalam ransum yang sangat mempengaruhi konsumsi pakan. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dirancang untuk melihat sejauh mana penggantian tepung ikan dengan tepung maggot dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering, energi, dan protein pada broiler finisher. MATERI DAN METODE PENELITIAN Ternak Percobaan Penelitian ini menggunakan 20 ekor ayam pedaging strain CP 707 fase finisher berumur 5-6 minggu dengan berat badan berkisar antara 1.092 1.320 gram. Kandang yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kandang battery yang berukuran 40 x 30 x 30 cm. Setiap unit kandang ditempati oleh 1 ekor ternak ayam.peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: wadah pencampur ransum, timbangan analytical / digital untuk bahan pakan 15

Tabel 1. Komposisi Zat-zat Makanan Penyusun Ransum *) Kandungan zat-zat makanan Bahan Pakan Protein Serat Kasar Lemak Ca P EM (kkal/kg) Jagung Kuning 9,42 2,15 5,17 0,22 0,60 3,182 Dedak halus 13,2 6,35 6.07 0,19 0,73 2,878 Bungkil kelapa 24,7 15,02 9,36 0,11 0,47 3,498 Tepung ikan 55,0 0,17 12,1 5,1 2,8 3,468 Tepung Maggot 48,0 1.29 33,0 0,39 0,15 Tepung Kedelai 49,0 2,27 8,26 0,32 0,58 Top Mix - - - 5.38 1.44 *) Hasil analisis laboratorium Universitas Padjajaran, Bandung. 2015 4,561 3,910 - Tabel 2. Susunan Bahan Pakan dan Kandungan Zat-zat Makanan Ransum Fase Pemeliharaan Akhir (Finisher) P e r l a k u a n Bahan Pakan R0 R1 R2 R3 R4 Proporsi (%) Jagung kuning Dedak halus Bungkil kelapa Tepung kedele Tepung ikan Tepung maggot Mineral (Top mix) 55 3 5 15,0-1 55 3 5 11.25 3.75 1 55 3 5 7.5 7.5 1 55 3 5 3.75 11.25 1 55 3 5-15,0 1 Total 100 100 100 100 100 Komposisi nutrien #) Protein Lemak Serat kasar Ca P ME (Kkal/kg) 19.53 6.62 3.10 1.00 0.96 3175,0 19.23 7.41 3.18 0,92 0,86 36,0 18.93 8.19 3.18 0,86 0,76 3257,0 #) Dihitung berdasarkan hasil analisis dan perhitungan data Tabel 1. 18,64 8.98 3.23 0,74 0,66 3298,0 18.34 9.76 3.27 0,69 0,56 3319,0 dan ternak ayam, serta alat penampung ransum. Bahan-bahan pakan yang digunakan sebagai penyusun ransum yaitu jagung kuning, dedak halus, bungkil kelapa, tepung kedelai, tepung ikan dan tepung Maggot yang saling menggantikan dan top mix sebagai makanan pelengkap. Komposisi zat-zat makanan pakan penyusun ransum tercantum pada Tabel 1, dan Tabel 2 menyajikan susunan pakan ransum percobaan dan kandungan nutrisinya. 16

Ransum perlakuan yang diberikan diformulasi sebagai berikut: R0 = 100% tepung ikan (15% dalam ransum) + 0% tepung Maggot (0% dalam ransum); R1 = 75% tepung ikan (11,25% dalam ransum) + 25% tepung Maggot (3,75% dalam ransum); R2 = 50% tepung ikan (7,5% dalam ransum) + 50% tepung Maggot (7,5% dalam ransum); R3 = 25% tepung ikan (3,75% dalam ransum) + 75% tepung Maggot (11,25% dalam ransum); dan R4 = 0% tepung ikan (0% dalam ransum) + 100% tepung Maggot (15% dalam ransum) Persiapan Media dan Wadah Budidaya Kegiatan budidaya maggot dilakukan dengan membuat media tumbuh maggot yaitu dengan menggunakan 1 kg bungkil kelapa. Bahan media dicampurkan dengan satu liter air, air ditambahkan secara perlahan, agar media tidak terlalu basah. Media diaduk secara merata dan digemburkan. Setelah itu media yang telah siap, diletakkan pada wadah yang telah disiapkan sebagai tempat peletakkan media agar lalat Black soldier bertelur pada media tersebut, setelah itu media ditutup dengan trash bag hitam. Media dibiarkan selama sepuluh hari dan siap dipanen. Metode Penelitian Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (completely randomized design) yang terdiri dari lima perlakuan dan empat ulangan. Data hasil penelitian ditabulasi dan dianalisis keragamannya sesuai rancangan yang digunakan. Untuk perlakuan yang uji statistiknya berbeda nyata (P<0,05) analisis dilanjutkan dengan Tukey Test sesuai petunjuk Steel and Torrie (1991). Tatalaksana Percobaan Kandang dibersihkan dengan baik terlebih dahulu sebelumayam percobaan dimasukkan ke dalamnya.tempat makanan dan air minum diletakkan secara teratur di tiap unit kandang.ternak percobaan selanjutnya ditempatkan ke dalam 20 unit kandang, masing-masing unit diisi 1 ekor ayam broiler.mulai umur 3 minggu sampai dengan selesai penelitian, ternak percobaan diberikan ransum fase finisher sesuai dengan perlakuan masing-masing (Tabel 2). 17

Teknik pengumpulan sampel feses yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan metode ileal menggunakan indikator (lignin) (Kim, 2010). Metode ini diamati dengan mempuasakan ayamselama 24 jam untuk mengeluarkan sisa pakan dari saluran pencernaan. Setelah itu ayam diberi ransum perlakuan yang telah disediakan dengan cara force feeding. Force feeding dilakukan dengan memasukkan makanan menggunakan disposible yang dimasukkan langsung ke dalam tembolok. Empat jam kemudian ayam dipotong karena pakan yang diberikan sudah bisa terserap di dalam tubuh ayam. Kemudian usus besar (sekum dan kolon) dikeluarkan untuk mendapatkan sampel feses. Sampel dikeluarkan dari usus besar, dikeringkan, digiling, dan seterusnya dianalisis. Kecernaan protein ransum dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kecernaan protein (%) = P ransum / L ransum (P digesta / L digesta ) x 100 di mana: P ransum / L ransum P ransum, P digesta = protein dalam ransum atau digesta L ransum, L digesta = lignin dalam ransum atau digesta Data dianalisis sesuai prosedur dan petunjuk rancangan yang digunakan. Parameter yang diukur Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Kecernaan bahan kering ransum 2. Kecernaan energi ransum 3. Kecernaan protein ransum HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Bahan Kering, Energi, dan Protein Pada Ayam Broiler Data kecernaan bahan kering, energi, dan protein dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Kecernaan Bahan Kering Kecernaan bahan kering dalam penelitian ini berkisar antara 57,96 60,42%. Angka kecernaan bahan kering ini masih berada pada kisaran kecernaan bahan kering ayam broiler sebgaimana rekomendasi Blair et al. (1990), dimana kecernaan bahan kering broiler fase finisher berkisar pada angka 50 80%. 18

Tabel 3. Data Kecernaan Bahan Kering, Energi, dan Protein Perlakuan Kecernaan R0 R1 R2 R3 R4 Bahan Kering (%) 58,82 b 60,42 a 58,46 b 58,27 b 57,96 b Energi (%) 62,03 b 64,77 a 64,37 a 64,60 a 64,72 a Protein (%) 65,34 b 75,32 a 65,80 b 67,16 b 64,59 b Keterangan:Nilai pada baris yang sama dengan superscript yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) Kecernaan bahan kering ransum tertinggi dalam penelitian ini yaitu pada perlakuan R1 (penggantian 25% tepung ikan dengan tepung maggot atau 3,75% dalam ransum), sekitar 60,42%. Lebih tingginya kecernaan bahan kering dan protein pada perlakuan R1 dibanding perlakuan lainnya diduga disebabkan oleh lebih tingginya konsumsi makanan pada perlakuan tersebut dibanding perlakuan lainnya. Banyaknya kandungan bahan kering yang dicerna berhubungan dengan banyaknya kandungan nutrien yang terserap. Tillman dkk, (1998) mengemukakan bahwa bahan kering yang diekskresikan dalam feses merupakan zat-zat makanan yang tidak diserap tubuh. Kecernaan Protein Kecernaan protein dalam penelitian ini berkisar antara 64,59 75,32%. Angka kecernaan protein ini masih berada pada kisaran kecernaan protein broiler di daerah tropis yang berkisar 60 85% (Blair, et al., 1990). Hal ini juga sesuai dengan Monica (2012) yang melaporkan hasil penelitian penggunaan Maggot menggantikan tepung ikan dalam ransum ayam broiler dan mendapatkan angka kecernaan protein rata-rata sekitar 73,47%. Kecernaan protein ransum tertinggi dalam penelitian ini yaitu pada perlakuan R1 (penggantian 25% tepung ikan dengan tepung maggot atau 3,75% dalam ransum) sekitar 75,32%. Kecernaan protein ransum mengikuti pola kecernaan bahan kering ransum dalam penelitian ini, dimana perlakuan R1 menunjukkan angka kecernaan yang nyata (P<0,05) lebih tinggi dibanding perlakuan lainnya. Nilai kecernaan protein berkaitan erat dengan kecernaan bahan kering ransum, dimana nilai kecernaan protein berbanding lurus dengan kecernaan bahan kering ransum atau sebaliknya. 19

Faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan protein pada ternak ayam yaitu: tingkat protein, temperatur atau suhu lingkungan, usia ternak ayam, kandungan asam amino, dan daya cerna (Sklan dan Hurtwitz, 1980). Guna mencapai daya cerna protein yang optimal, nilai nutien dari protein harus disesuaikan dengan kebutuhan ayam itu sendiri. Kecernaan Energi Kecernaan energi ransum dalam penelitian ini berkisar antara 62,03-64,77%. Angka kecernaan energi ini masih berada pada kisaran kecernaan energi ayam broiler didaerah tropis, yaitu berkisar pada angka 60 85% (Blair et al., 1990). Monica (2012) melaporkan hasil penelitian penggunaan maggot menggantikan tepung ikan dalam ransum ayam broiler, dimana kecernaan energi rata-rata sekitar 75,17%. Kecernaan energi ransum tertinggi dalam penelitian ini yaitu pada perlakuan R1 (penggantian 25% tepung ikan dengan tepung maggot atau 3,75% dalam ransum), sekitar 64,77% dan terendah yaitu pada perlakuan R0 (penggantian 0% tepung ikan dengan tepung maggot atau 0% dalam ransum). Lebih tingginya kecernaan energi pada perlakuan R1 dibanding perlakuan R0 diduga disebabkan oleh lebih tingginya konsumsi makanan pada perlakuan tersebut. Banyaknya kandungan bahan kering dan energi yang dicerna berhubungan dengan banyaknya kandungan nutrien yang terserap. Nilai kecernaan energi berkaitan erat dengan kecernaan bahan kering ransum dan konsumsi makanan, dimana nilai kecernaan energi berbanding lurus dengan kecernaan bahan kering ransum dan konsumsi ransum atau sebaliknya. Informasi dan data penelitian tentang metabolizable energy (ME) maggot pada ternak ayam broiler masih terbatas. Kandungan energi dan kecernaannya sangat tergantung pada kandungan lemak dan serat kasar dari ransum (Zuidhof et al., 2003). Tepung maggot telah digunakan dalam ransum ayam broiler sebagai pengganti sumbersumber pakan konvensional, terutama tepung ikan. Kebanyakan penelitian mengindikasikan bahwa penggantian sebagian atau bahkan keseluruhan tepung ikan memungkinkan, namun penggunaan optimal umumnya kurang dari 10% dalam ransum yang diduga disebabkan oleh menurunnya palatabilitas karena warna hitam 20

dari tepung maggot kurang menarik dan tidak disukai ternak ayam (Atteh et al., 1993; Bamgbose, 1999). KESIMPULAN Tepung maggot paling baik digunakan sampai dengan level 25% menggantikan tepung ikan atau 11,25% dalam ransum. Namun, hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa tepung maggot dapat digunakan sampai dengan 100% menggantikan tepung ikan dalam ransum ayam broiler tanpa adanya efek negatif terhadap kecernaan bahan kering, energi, dan protein. DAFTAR PUSTAKA Atteh, J. O. ; Ologbenla, F. D., 1993. Replacement of fish meal with maggots in broiler diets: effects on performance and nutrient retention. Nigerian J. Anim. Prod. 20: 44-49. Bamgbose, A. M, 1999. Utilization of maggot meal in cockerel diets. Hal. 69 (12). Bondari K. and D.C. Sheppard. 1987. Soldier fly, Hermetia illucens L., larvae as feed for channel catfish, Ictalurus punctatus (Rafinesque), and blue tilapia, Oreochromis aureus (Steindachner). Aquaculture and Fisheries Management. 18: 209-220. Blair, G. J,Ensiminger, M. E., dan W. W. Heinemman. 1990. Poultry Meat Feed and Nutrition. 2 nd Ed The Ensminger Publishing Company, California. Kim, E.J. 2010. Amino Acid Digestibility Of Various Feedstuffs Using Different Methods. Dissertation. Doctor of Philosophy in Animal Sciences in the Graduate College of the University of Illinois at Urbana-Champaign, Illinois. Monica, S. 2012. Pengaruh pemberian tepung Maggot Black Soldier Fly (Hermetia illucens) yang dibiakkan di berbagai media tumbuh terhadap kecernaan bahan kering dan protein kasar pada ayam broiler. J. of Aquaculture and Fish Health. 1(2): 31-36. Murtidjo B. A. 2001. Pedoman Meramu Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta Sklan, D dan S. Hurtwitz, 1980. Protein digestion and absorption in young chick and turkey, J. Nutrition. 10: 134-142. Steel R.G.D and J.H. Torrie. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika: Suatu Pendekatan Biometrik, Edisi Kedua, P.T. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Téguia, A., M. Mpoame, J.A. Okourou Mba. 2002. The production performance of broiler birds as affected by the replacement of fish meal by maggot meal in the starter and finisher diets. Tropicultura. 20 (4): 187-192 Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S.P. Kusumo dan S. Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar.

Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Zuidhof, M. J., C.L. Molnar, F.M. Morley, T.L. Wray, F.E. Robinson, B.A. Khan, L. Al- Ani, L.A. Goonewardene. 2003. Nutritive value of house fly (Musca domestica) larvae as a feed supplement for turkey poults. Anim. Feed Sci. Technol. 105 (1-4): 225-230. 22