BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan

UPAYA PENINGKATAN RESPON DAN MINAT BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasanya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Rata-rata UN SMP/Sederajat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembelajaran yang sekarang ini banyak diterapkan adalah

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

UPAYA PENINGKATAN RESPON SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan siswa dalam kegiatan pengamatan dan percobaan dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapat akan semakin dibutuhkan. Adanya kemampuan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadi mandiri. Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan

I. PENDAHULUAN. kepada siswa sejak tingkat dasar secara umum dalam mata pelajaran ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. ajaran_matematika/kegiatanbelajar1) menyatakan bahwa Matematika itu bukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pengetahuan sebagai kerangka fakta-fakta yang harus dihafal.

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia mendapatkan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, dan nilai-nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik sehingga menimbulkan rasa bosan pada siswa, guru kurang menguasai

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengaplikasikan materi ajar yang didapatnya di kelas ke dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari perkembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS DENGAN TEKNIK THIK- TALK-WRITE (TTW) Oleh: Usep Kuswari. Teknik TTW diperkenalkan oleh Huinker dan Laughin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Masyarakat Indonesia. dengan laju pembangunannya masih menghadapi masalah pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan nantinya dapat menjadi salah satu jembatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi pengetahuan,

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran biologi di SMA menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN MATERI KEPUTUSAN BERSAMA MENGGUNAKAN MODEL THINK PAIR AND SHARE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Aktivitas dalam mendidik merupakan suatu pekerjaan yang memiliki tujuan dan ada sesuatu yang hendak dicapai dalam pekerjaan tersebut. Pelaksanaan aktivitas tersebut berada dalam suatu proses yang berkesinambungan di setiap jenis dan jenjang pendidikan, semuanya berkaitan dalam suatu sistem pendidikan yang integral. Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan sebagai bekal dalam mengakses perubahan baik itu metode pembelajaran ataupun kemajuan teknologi yang kesemuanya ditujukan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Tugas guru tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, tetapi lebih kepada bagaimana menyiapkan mereka menjadi sumber daya manusia yang terampil dan siap menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di masa depan. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar 1

2 sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Hal ini senada seperti yang ditulis Madri M. dan Rosmawati (2004:274), bahwa terjadinya proses pembelajaran itu ditandai dengan dua hal yaitu : (1) siswa menunjukkan keaktifan, seperti tampak dalam jumlah curahan waktunya untuk melaksanakan tugas ajar, (2) terjadi perubahan perilaku yang selaras dengan tujuan pengajaran yang diharapkan. Menurut pandangan konstruktivisme, kegiatan belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk menemukan dan membentuk sendiri pengetahuan mereka melalui pengalaman-pengalamannya sendiri tentang alam ini, serta siswa sendirilah yang bertanggung jawab atas hasil belajarnya. Siswa yang membuat penalaran atas apa yang telah mereka ketahui dan pelajari dengan mencari makna, membandingkanya dengan apa yang telah diketahui serta menyelesaikan ketidaksamaan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang diperlukan dalam pangalaman yang baru. Pelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami alam semesta secara sistematis, dalam pembelajaran biologi siswa tidak hanya diharapkan mampu menguasai fakta-fakta, konsep-konsep maupun prinsip-prinsip saja melainkan merupakan suatu proses penemuan, sehingga dalam mengembangkan pembelajaran biologi di kelas hendaknya ada keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksinya dalam lingkungan. Sehingga untuk hal itu dalam proses pembelajaran seorang guru harus dapat mengembangkan berbagai kemampuan siswa, seperti dengan menerapkan proses belajar bersama dengan teman sebaya dan guru hanya

3 berperan sebagai fasilitator dan pembimbing. Penerapkan model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) dalam proses pembelajaran di kelas memberi kesempatan bersama dengan teman-teman sekelompoknya untuk saling belajar secara berkelanjutan. Siswa dibiasakan saling bekerjasama dalam proses belajar. Keterlibatan siswa dalam proses belajarnya salah satunya dapat diperoleh melalui pembelajaran kooperatif. Belajar melibatkan pembentukan makna oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206). Menurut Sugandi (2002:14), pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar. Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar

4 berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Pembelajaran Kooperatif Model Think-Pair-Share adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang merupakan struktur kegiatan belajar mengajar berkelompok. Pada model ini siswa dikelompokkan secara berpasangan, dapat berpasangan antara satu siswa dengan satu siswa, satu siswa dengan dua siswa, atau dua siswa dengan dua siswa, yang mengakibatkan terjadinya stimulus dan respon di antara siswa tersebut. Model ini memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir yaitu bekerja sendiri sebelum bekerjasama dengan kelompoknya dan berbagi ide. Maksud dari berbagi ide yaitu setiap siswa saling memberikan ide atau informasi yang siswa ketahui tentang masalah yang diberikan untuk memperoleh kesepakatan dari pemecahan masalah tersebut. Keunggulan dari model ini adalah optimalisasi partisipasi siswa dan memberi kesempatan pada siswa untuk menunjukan partisipasi siswa kepada orang lain. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan dengan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif. Belajar aktif ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktifitas fisik semata. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersamasama di dalam kelompok (Aryawan, 2009).

5 Dalam proses belajar aktif, proses berpikir siswa memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Penting bagi siswa untuk mengembangkan pola berpikir luas dan rasional dalam kaitannya dengan pemahaman dan pengembangan konsep-konsep sains yang mereka pelajari di sekolah. Proses berpikir rasional dan obyektif dikenal dengan istilah berpikir kritis (Sudaryanto, 2008) Menurut D Arcangelo, para ilmuwan menemukan bahwa anak-anak lebih kompeten dan dapat belajar lebih banyak daripada yang telah diperkirakan dalam teori-teori. Salah satu hal yang paling menakjubkan dari anak-anak adalah keterbukaan mereka pada informasi baru dan kemauan untuk berubah Apabila anak-anak diberi kesempatan untuk menggunakan pemikiran dalam tingkatan yang lebih tinggi di setiap tingkat kelas, pada akhirnya siswa akan terbiasa membedakan antara kebenaran dan kebohongan, penampilan, dan kenyataan, fakta dan opini, pengetahuan dan keyakinan (Jhonson, Elaine B, 2002: 184). Sayangnya, dalam masyarakat sekarang, orang berpikir bahwa berpikir kritis hanya ada di mata kuliah filsafat di perguruan tinggi dan bukan merupakan kebiasaan berpikir yang seharusnya ditanamkan sejak usia dini. Namun, pemikiran kritis bukanlah suatu yang sulit dan esoteris yang hanya bisa dilakukan mereka yang memiliki nilai IQ berkategori jenius. Sebaliknya, berpikir kritis merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh semua orang. Keterkaitan berpikir kritis dalam pembelajaran adalah perlunya mempersiapkan siswa agar menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat keputusan yang matang, dan orang yang tak pernah berhenti belajar. Penting bagi

6 siswa untuk menjadi seorang pemikir mandiri sejalan dengan meningkatnya jenis pekerjaan di masa yang akan datang yang membutuhkan para pekerja handal yang memiliki kemampuan berpikir kritis. Selama ini, kemampuan berpikir masih belum merasuk ke jiwa siswa sehingga belum dapat berfungsi maksimal di masyarakat yang serba praktis saat ini. Pada praktiknya penerapan proses belajar mengajar kurang mendorong pada pencapaian kemampuan berpikir kritis. Dua faktor penyebab berpikir kritis tidak berkembang selama pendidikan adalah kurikulum yang umumnya dirancang dengan target materi yang luas sehingga guru lebih terfokus pada penyelesaian materi dan kurangnya pemahaman guru tentang metode pengajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis (Sudaryanto, 2008). Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang pembelajaran kooperatif serta implikasinya pada kemampuan berpikir siswa. Melalui penelitian ini maka dapat diketahui mengenai keefektifan model pembelajaran kooperatif ini dalam memunculkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta tanggapan siswa mengenai penggunaan model pembelajaran kooperatif yang digunakan selama kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share karena tipe pembelajaran kooperatif merupakan model yang benar-benar baru untuk diterapkan oleh penulis sendiri dan tipe ini adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang cukup mudah diterapkan serta proses pembelajarannya cukup menarik.

7 Subkonsep fotosintesis merupakan pokok bahasan yang memerlukan pemikiran kritis siswa dalam memahaminya, karena subkonsep ini dirasa sulit untuk dipahami jika hanya dijelaskan oleh guru tanpa adanya model atau pendekatan pembelajaran yang digunakan karena fotosisntesis merupakan proses internal kehidupan tumbuhan yang abstrak. Oleh karena itu, subkonsep fotosintesis dipilih sebagai pokok bahasan yang akan disampaikan pada kegiatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini dan metode yang akan diterapkan dalam pembelajaran pada konsep fotosintesis ini adalah diskusi biasa dan Think-Pair-Share. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan, maka rumusan masalah adalah : Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think- Pair-Share terhadap kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa SMP? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka disusun beberapa pertanyaan penelitian diantaranya : 1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMP pada konsep fotosintesis? 2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share terhadap penguasaan konsep siswa SMP pada konsep fotosintesis?

8 3. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe think-pairshare dibandingkan dengan pembelajaran diskusi biasa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep berdasarkan indikator-indikator yang ditentukan dalam pembelajaran konsep fotosintesis di SMP? 4. Bagaimanakah hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan penguasaan konsep? C. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah pada ruang lingkup yang akan diteliti, maka dibuat batasan masalah, yaitu: 1. Indikator kemampuan berpikir kritis yang dijaring meliputi delapan fungsi berpikir kritis yang diadaptasi dari buku Critical Thinking and Communication yang ditulis oleh Edward S. Inch, et al (2006). Richard Paul dan Linda Elder membagi pemikiran kritis menjadi delapan fungsi berpikir kritis yang saling berhubungan, meliputi: a. Question at issue, dengan indikator bertanya dan menjawab tentang suatu penjelasan atau tantangan b. Information, dengan indikator mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi c. Concepts, dengan indikator mendefinisikan istilah, mempertimbangkan definisi, dan memberi label

9 d. Assumptions, dengan indikator mengidentifikasi asumsi yang diperlukan merekonstruksi suatu argumen e. Interpretation and interference, dengan indikator menarik kesimpulan dari suatu informasi f. Implications and consequences, dengan indikator memperkirakan solusi yang tepat untuk suatu masalah dan memperkirakan implikasi dan konsekuensi dari suatu kejadian atau perlakuan g. Purpose, dengan indikator mempertimbangkan tujuan dari suatu kejadian atau perlakuan h. Points of view, dengan indikator mempetimbangkan pendapat tentang suatu kejadian berdasarkan sudut pandang masing-masing 2. Model pembelajaran yang digunakan adalah Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Share untuk kelas eksperimen dan metode diskusi biasa untuk kelas kontrol a. Konsep yang digunakan adalah subkonsep fotosintesis. b. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri X Bandung semester 2 sebanyak dua kelas D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Membuktikan signifikansi aktivitas pembelajaran kooperatif terhadap pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa SMP kelas VIII selama pembelajaran biologi subkonsep fotosintesis.

10 2. Menganalisis fungsi berpikir kritis yang paling berkembang selama aktivitas pembelajaran kooperatif. 3. Menganalisis hubungan antara berpikir kritis dengan penguasaan konsep. E. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak yang sangat positif baik bagi guru maupun bagi siswa jika diaplikasikan dengan baik dan sesuai prosedur, di antaranya : 1. Bagi Guru diharapkan a. Memperoleh gambaran dan informasi mengenai kemampuan berpikir kritis siswa pada pembelajaran konsep sistem pencernaan Melalui Model Pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share. b. Bagi guru bidang studi khususnya biologi dapat menjadikan kedua teknik dari model pembelajaran kooperatif tersebut sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar. c. Menjadi rujukan bagi guru dalam mengembangkan kemapuan berpikir kritis siswa. 2. Bagi Siswa diharapkan Dapat memberikan motivasi dan suasana baru bagi siswa dalam pembelajaran biologi serta melatih keterampilan, bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan kemampuan berpikir dan berpendapat positif, dan memberikan bekal untuk dapat bekerjasama dengan orang lain baik dalam belajar maupun dalam masyarakat.

11 3. Bagi Peneliti Lain Sebagai bahan perbandingan untuk meneliti masalah yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan berkpikir kritis dan penguasaan konsep. F. Asumsi Dalam mengajukan suatu hipotesis tentunya diperlukan beberapa asumsi. Asumsi yang digunakan pada penelitian ini adalah : 1. Pembelajaran kooperatif merupakan cara yang dapat diperhitungkan untuk mengembangkan pola berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif berperan dalam pengembangan pola berpikir kritis jika strategi yang dipilih tepat (Barzdžiukien, 2006) 2. Siswa mampu menampilkan level intelektual yang lebih tinggi ketika bekerja dalam situasi yang kolaboratif dibandingkan ketika mereka diminta untuk bekerja secara individual. Keragaman dalam kelompok, dalam artian pengetahuan dan pengalaman, memiliki pengaruh positif pada proses belajar (Vygotsky, 1978). Sistem dukungan kawan memungkinkan pelajar untuk menginternalisasi baik pengetahuan maupun kemampuan berpikir kritis dan mengubahnya menjadi suatu alat untuk fungsi intelektual. (Gokhale, 1995)

12 G. Hipotesis Dari uraian di atas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah: Terdapat perbedaan yang signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa antara kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dengan siswa kelas yang dikenai model pembelajaran konvensional pada subkonsep fotosintesis di SMP kelas VIII