V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Manusia

DAFTAR ISI PERNYATAAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

Cara Menentukan Diameter Pipa

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA KIMA BAJO KECAMATAN WORI

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem

SISTEM TRANSMISI. Water conveyance

INFOMATEK Volume 19 Nomor 2 Desember 2017

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

ANALISA JARINGAN DISTRIBUSI AIR PDAM GIRI TIRTA SARI (STUDI KASUS PERUMAHAN GRIYA BULUSULUR PERMAI WONOGIRI)

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

BAB II LANDASAN TEORI. pelayanannya dapat menggunakan Sambungan Rumah (SR), Sambungan Halaman

ANALISA PERHITUNGAN DEBIT DAN KEHILANGAN TINGGI TEKANAN (HEAD LOSS) PADA SISTEM JARINGAN PIPA DAERAH LAYANAN PDAM TIRTANADI CABANG SUNGGAL TUGAS AKHIR

Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

MEMPELAJARI KEHILANGAN HEAD PADA PIPA DISTRIBUSI JARINGAN SUPLAI AIR BERSIH PDAM TIRTA PAKUAN SKRIPSI AKHMAD AZIZ FATHURROHMAN F

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

Kata Kunci : IPA Penet, Daerah Layanan, Jaringan Distribusi Utama, Suplesi dan software WaterNet

4.1. PENGUMPULAN DATA

BAB III METODOLOGI PENGERJAAN

EVALUASI JARINGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI PDAM KOTA LUBUK PAKAM TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat

BAB I PENDAHULUAN. dalam kuantitas dan kualitas tertentu untuk menopang kehidupannya. Penambahan

Studi Evaluasi dan Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih PDAM Unit Pakis Menggunakan Paket Program WaterCAD

TUGAS AKHIR UG 1307 PERENCANAAN PENGEMBANGAN SUBZONA 105 DISTRIBUSI ZONA 1 PDAM KOTA SURABAYA

ANALISIS SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN TAMAN YASMIN SEKTOR ENAM BOGOR, JAWA BARAT TITIEK UJIANTI KARUNIA

Aplikasi Software WaterCAD untuk Studi Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Unit Ngajum

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMENUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KENDAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN GRIYA PEMULA (WELONG ABADI) KECAMATAN PALDUA MANADO

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal

Gambar 5.1 Pengukuran Sumber Mata Air Pendeman 1

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA DUMOGA II KECAMATAN DUMOGA TIMUR KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

APLIKASI SOFTWARE WATERCAD UNTUK PERENCANAAN JARINGAN PIPA DI PERUMAHAN PUNCAK BOROBUDUR KOTA MALNG

ABSTRAK. : SPAM Kampus, Sistem Pengaliran Kombinasi, Pompa, Menara Reservoir, WaterNet

BAB IV RANCANGAN RESERVOIR DAN PERLENGKAPAN PIPA

BAB II LANDASAN TEORI. ketersediaan air dengan tingkat pemenuhan yang dapat ditelorir di daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia, sehingga

BAB V ANALISIS MODEL HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

BAB I PENDAHULUAN. seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini. Dalam pemenuhan air tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tradisi yang melekat dalam dinamika masyarakat. Air merupakan sumber daya yang

Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jalan MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia

BAB VI PERHITUNGAN RINCI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO

BAB V PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM

Penyediaan Air Minum di Dalam Gedung 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

BAB IV KONDISI EKSISTING JARINGAN DISTRIBUSI PDAM KOTA BANDUNG

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SULUUN SATU KECAMATAN SULUUN TARERAN KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan. Peningkatan jumlah penduduk Kebutuhan akan air bersih Kondisi IPAM yang kurang ideal Evaluasi IPAM

TUGAS AKHIR ANALISA MINIMALISASI WATER HAMMER DENGAN VARIASI PEMILIHAN GAS ACCUMULATOR PADA SISTEM PERPIPAAN DI PT.

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN WOLOAN SATU UTARA KECAMATAN TOMOHON BARAT KOTA TOMOHON

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA

Oleh : Made Bayu Yudha Prawira ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Hari Wiko Indarjanto, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air bersih adalah salah satu jenis sumberdaya berbasis air yang bermutu baik

EVALUASI KINERJA SISTEM DISTRIBUSI AIR PADA PDAM TIRTA PAKUAN DI PERUMAHAN GRIYA MELATI BOGOR, JAWA BARAT TAUFIQ AKBAR

ANALISA SISTEM PEMIPAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA KECAMATAN MEDAN SUNGGAL KOTA MEDAN DAN KEBUTUHANNYA PADA TAHUN 2064 TUGAS AKHIR

PENGARUH PENAMBAHAN DEBIT KEBUTUHAN PADA ZONA PELAYANAN AIR BERSIH DI PDAM TIRTA MEULABOH


Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten

Aliran Melalui Sistem Pipa

SAMPUL SAMPUL DALAM...

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH KELURAHAN KAYAWU KOTA TOMOHON

RESERVOAR SLIDE 06 TPAM. Yuniati, PhD

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Manembo Kecamatan Langowan Selatan Kabupaten Minahasa

Persamaan Chezy. Pada aliran turbulen gaya gesek sebanding dengan kuadrat kecepatan. Persamaan Chezy, dengan C dikenal sebagai C Chezy

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ARIF SETIAWAN NIM I PROGRAM STUDI DIII TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Tata cara perencanaan teknik jaringan distribusi dan unit pelayanan sistem penyediaan air minum

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

PELATIHAN ANALISA JARINGAN PERPIPAAN AIR BERSIH MENGGUNAKAN SOFTWARE EPANET 2.0 MODUL PELATIHAN OLEH: RACHMAD ARDHIANTO, S.T.

PENINGKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KELURAHAN PINARAS

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN PIPA INDUK AIR BERSIH PDAM WILAYAH SOREANG DENGAN PROGRAM EPANET

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. PT.Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan perusahaan minyak

Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Di Desa Suluun Tiga Kecamatan Suluun Tareran Kabupaten Minahasa Selatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Distribusi Air Bersih, Jenis Pipa dan Kehilangan Energi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK DESA PLANDIREJO KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

EVALUASI DAN RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN KOTA WAINGAPU KABUPATEN SUMBA TIMUR

EVALUASI PENGALIRAN AIR PADA JARINGAN PIPA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM) KOTA MENGWI KABUPATEN BADUNG

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO

STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN JARINGAN DISTRIBUSI AIR BERSIH DI KECAMATAN SUGIHWARAS KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN SOFTWARE WATERCAD

METODE PENELITIAN. Air Jurusan Teknik Pertanian. Dan Lahan Parkir Jurusan Teknik Pertanian di

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

Tabel 4.12: Total Kebutuhan Air Bersih pada Level Basement Dua Tabel 4.13: Perhitungan Jenis dan Jumlah Alat Plambing pada Level Basement

Transkripsi:

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA Kegiatan perencanaan merupakan hal dasar dalam menentukan sistem distribusi air bersih. Menurut Dharmasetiawan (2004), kegiatan perencanaan terdiri atas dua kategori, yaitu perencanaan pada daerah yang belum ada sistem distribusi perpipaan sama sekali atau biasa disebut sebagai daerah Green Area dan perencanaan pada daerah yang sudah ada sistem distribusi air bersih dan sifat perencanaan adalah mengembangkan sistem yang sudah ada. Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang saling terhubung satu sama lain secara hidrolis sehingga apabila pada salah satu titik pipa mengalami perubahan debit aliran maka akan berpengaruh pada pipa yang lain. Oleh karena itu, jaringan perpipaan memerlukan desain sedemikian rupa agar dapat menghindari permasalahan-permasalahan seperti perubahan debit akibat kebocoran. Dalam prakteknya di lapangan, jaringan perpipaan yang menghubungkan reservoir Padjajaran dengan pelanggan di Taman Yasmin Sektor Enam di tanam dalam tanah dengan kriteria berbeda untuk setiap diameter. Gambar teknik penanaman pipa dapat dilihat pada Gambar 9. Skema hidraulic grade line (HGL) dan contoh tipikal sambungan dapat dilihat pada gambar 10 dan gambar 11. Skema jalur penanaman pipa disajikan pada Gambar 12 dan tipikal Inlet Taman Yasmin Sektor Enam disajikan pada Gambar 13. Pola jaringan gabungan yang diterapkan yaitu pola sistem bercabang dan sistem loop. Pola bercabang terdapat pada jaringan pipa primer yang berawal dari outlet reservoir Padjajaran sampai Inlet Taman Yasmin Sektor Enam. Sistem loop terdapat pada beberapa jaringan pipa sekunder yang berawal dari Inlet Taman Yasmin Sektor Enam sampai pada jaringan pipa pelayanan. Gambar 10 menampilkan skema Hidroulic Grade Line (HGL) pada jaringan pipa primer yang berawal dari reservoir Padjajaran sampai pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam. Sketsa tersebut menunjukan perbedaan elevasi yang dimliki oleh PDAM Tirta Pakuan untuk mensuplai kebutuhan air pelanggan di Komplek Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam. Jaringan pipa primer pada saluran distribusi jaringan suplai air bersih PDAM Tirta Pakuan untuk daerah Taman Yasmin Sektor Enam terbagi menjadi enam node. Node pertama berada pada elevasi + 267 m dpl dengan panjang pipa ruas reservoir dengan node satu adalah 1044.2 m. Data lebih lengkap disajikan pada lampiran 5. Dalam prakteknya di lapangan, jaringan perpipaan PDAM Tirta Pakuan ditanam di dalam tanah dengan kriteria tertentu. Skema jalur penanaman jaringan pipa pimer disajikan pada Gambar 12. Jalur yang di tempuh oleh jaringan pipa primer tidak sepenuhnya tertanam di dalam tanah melainkan ada yang melalui jembatan pipa. Gambar 14 meyajikan tipikal jembatan jaringan pipa primer. Fuida yang bergerak di dalam pipa dianggap dalam kondisi uniform flow atau air dianggap mempunyai kecepatan yang konstan sepanjang apabila melalui diameter yang sama. Pada kenyataannya di lapangan kondisi yang dijelaskan dalam asumsi ini tidak terlalu selalu tercapai terutama kondisi steady flow dan uniform flow. Penyimpangan ini disebut keadaan transient yang umum terjadi pada saat awal pembukaan dan penutupan valve. Efek yang ditimbulkan disebut sebagai water hammer yang terefleksi dengan kejadian pengempisan pipa, pecahnya pipa, atau menimbulkan bunyi ketukan (Dharmasetiawan,2004). Setiap aliran dalam pipa harus memenuhi asas kontinuitas dimana debit aliran yang masuk harus sama dengan debit yang keluar. Debit aliran dalam pipa mempunyai kecepatan yang berbedabeda tergantung dari diameter pipanya. Pipa dengan diameter pipa lebih besar akan mempunyai 19

kecepatan lebih rendah daripada pipa dengan diameter kecil pada debit yang sama. Sistem pengaliran yang digunakan oleh PDAM Tirta Pakuan berdasarkan topografi daerah pelayanan, lokasi sumber air baku, dan struktur kota. Jaringan perpipaan yang menghubungkan resevoir Padjajaran dengan Inlet Taman Yasmin Sektor Enam mempunyai panjang pipa 9,514.2 m dengan diameter pipa yang berbeda-beda. Pada jaringan tersebut, diameter yang digunakan bervariasi pada jarak tertentu. Jaringan pipa sekunder mempunyai diameter 100 mm dan 50 mm sedangkan diameter jaringan pipa pelayanan berukuran 10 mm. Dimensi dan jenis pipa yang digunakan disajikan pada Tabel 10. Data mengenai dimensi pipa yang beredar di pasar disajikan pada lampiran 7. Tabel 10. Dimensi dan jenis pipa pada jaringan distribusi Jaringan Jenis pipa Debit (m 3 Dimensi (m) /s) Diameter Panjang 3.2274 0.900 1,044.2 0.5234 0.700 1,938.5 Pipa primer PVC 0.4410 0.500 1,137.5 0.0934 0.300 4,105.1 0.0632 0.200 1,288.9 Pipa sekunder PVC 0.0082 0.100 1,140.4-0.050 - Pipa pelayanan PVC 0.0002 0.001 - Berdasarkan hasil perhitungan, kebutuhan pelanggan Taman Yasmin Sektor Enam adalah 0.002 m 3 /s. Dengan debit tersebut maka jaringan perpipaan harus mampu mencukupi debit kebutuhan pelanggan. Hal ini diperlukan perencanaan yang sesuai agar debit yang diharapkan dapat terpenuhi. Tabel 11 menyajikan hasil perhitungan kebutuhan pelanggan Taman Yasmin Sektor Enam. Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa kebutuhan pelanggan yang berlokasi di Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam dapat dipenuhi. Hal ini terlihat pada nilai rata-rata debit pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam lebih besar dari pada debit kebutuhan pelanggan yaitu sebesar 0.008 m 3 /s. Tabel 11. Hasil perhitungan kebutuhan pelanggan Parameter Nilai Satuan Asumsi kebutuhan 170.000 l/org/hari Jumlah pelanggan 292.000 pelanggan Total pengguna 1,168.000 org Kebutuhan pelanggan 0.002 m 3 /s Qrata-rata pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam 0.008 m 3 /s 20

b. Tampak atas Keterangan : Pasir : Kerikil Skala 1 : 100 Satuan mm a. Potongan melintang Gambar 10. Tipikal penanaman pipa 21

Gambar 11. Sketsa HGL untuk jalur transmisi reservoir Inlet Taman Yasmin Sektor Enam Skala 1 : 42000 Satuan mm 22 22

Keterangan : Gate valve : Tee : Socket : Reducer : Pipa Skala : tidak di skala Gambar 12. Contoh tipikal sambungan pada Node 3 jaringan pipa primer 24 23 23

` 23 Gambar 13. Skema pola distribusi jarigan primer 23 24 24

Keterangan : Gate valve : Reducer : Tee : Pipa : Socket : meter air Skala : tidak di skala Gambar 14. Tipikal Inlet Taman Yasmin Sektor Enam 25 25

Keterangan : 1 : Jeruji 2 : Gate valve 3 : Tanah urugan 4 : Beton 5 : Pasir Gambar 15. Tipikal 26 26

5.2 HEADLOSS Headloss pada pipa dibedakan menjadi dua macam yaitu headloss mayor dan headloss minor. Headloss mayor terjadi akibat gesekan pada jaringan pipa sedangkan headloss minor terjadi akibat adanya aksesoris pada jaringan pipa. Perhitungan headloss dapat dilakukan dengan persamaan Hazen- William(4), Darcy-Weisbach(5), dan De Chezy-Manning(16). Hal ini dilakukan agar dapat melakukan perbandingan nilai headloss. Pada perhitungan yang dilakukan pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam berdasarkan data sekunder dengan persamaan Hazen-William menggunakan koefisien C = 120, diperoleh nilai headloss mayor 0.39 m. Perhitungan dengan persamaan Darcy-Weisbach diperoleh nilai headloss mayor sebesar 0.63 m. Perhitungan dengan persamaan De Chezy-Manning diperoleh nilai headloss mayor 0.38 m. Perhitungan terhadap headloss minor menggunakan asumsi 10% dari nilai headloss mayor sehingga diperoleh nilai headloss minor untuk setiap persamaan 4, 5, dan 16 masing-masing 0.04 m, 0.06 m, dan 0.04 m. Data lebih lengkap tersaji pada lampiran 4. Nilai headloss sebanding dengan besarnya debit dan panjang pipa suatu jaringan dan berbanding terbalik dengan diameter pipa yang digunakan. Perbedaan hasil perhitungan tiga persamaan diatas terjadi karena perbedaan prinsip dari masing-masing persamaan. Persamaan Hazen- William dan De Chezy-Manning mempunyai nilai hampir sama akan tetapi berbeda cukup tinggi dengan persamaan Darcy-Weisbach. Perbandingan nilai headloss dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 16. Kurva perbandingan headloss Besarnya nilai headloss erat kaitanya dengan debit aliran, diameter pipa dan panjang pipa. Pada Gambar 15 menunjukan hubungan nilai headloss dengan debit pada Inlet Taman Yasmin sektor Enam. Dari kurva di atas dapat dilihat bahwa nilai headloss akan meningkat seiring dengan kenaikan debit aliran. Nilai headloss berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan nilai headloss berdasarkan persamaan Hazen-William dan De Chezy-Manning. Hal ini dikarenakan nilai headloss berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Houghtalen et all (2010) persamaan Darcy-Weisbach sangat erat kaitanya dengan jenis aliran, kecepatan aliran dalam pipa, dimensi, dan panjang pipa sehingga terjadinya ketidakseragaman pada faktor tersebut berpengaruh pada nilai headloss yang dihasilkan. 27

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai headloss pada tiap ruas jaringan pipa primer berbedabeda. Hal ini dikarenakan perbedaan parameter yang digunakan dalam perhitungan berupa diameter, panjang pipa, dan kemiringan jaringan. Hasil perhitungan headloss menggunakan persamaan Hazen- William pada jaringan pipa primer, jaringan pipa sekunder, dan jaringan pipa pelayanan disajikan pada Tabel 12, 13, dan 14. Tabel 12. Hasil perhitungan headloss tiap ruas jaringan pipa primer Ruas Diameter Panjang pipa Debit (m 3 Headloss Headloss /s) (m) (m) (m) (m/100 m) R-N1 0.9 1,044.2 0.323 23.05 2.21 N1-N2 0.7 1,938.5 0.052 5.02 0.26 N2-N3 0.5 1,137.5 0.044 11.03 0.97 N3-N4 0.3 4,105.1 0.009 27.10 0.66 N4-N5 0.2 174.0 0.006 4.01 2.30 N5-N6 0.2 1,114.9 0.003 8.03 0.72 Total 9,514.2 78.24 0.82 Tabel 13. Hasil perhitungan headloss tiap ruas jaringan pipa sekunder Ruas Diameter (m) Panjang pipa (m) Debit (m 3 /s) Headloss (m) I-S1 0.1 99.8 0.020 8.01 S1-S2 0.1 44.4 0.018 3.00 S1-S6 0.1 154.9 0.007 2.01 S6-S7 0.1 82.3 0.007 1.00 S6-S8 0.1 88.4 0.021 8.01 S7-S3 0.1 48.6 0.009 1.00 S3-S5 0.1 97.2 0.006 1.00 Tabel 14. Hasil perhitungan headloss pada jaringan pipa pelayanan Pelanggan Diameter (m) Panjang pipa (m) Debit (m 3 /s) Headloss Pelanggan 1 0.01 3.17 0.0003 2.57 Pelanggan 2 0.01 3.56 0.0003 2.22 Pelanggan 3 0.01 3.20 0.0003 2.23 Pelanggan 4 0.01 5.03 0.0002 2.34 Pelanggan 5 0.01 3.55 0.0002 1.52 Pelanggan 6 0.01 7.10 0.0002 2.58 Pelanggan 7 0.01 6.89 0.0002 2.67 Rata-rata 0.0002 2.41 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai headloss pada jaringan pipa distribusi berbedabeda. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perbedaan nilai headloss tersebut dikarenakan perbedaan nilai parameter yang digunakan, yaitu diameter pipa, panjang pipa, dan kemiringan jaringan. Nilai headloss tertinggi pada jaringan pipa primer terdapat pada ruas N4-N5 yaitu 2.30 m /100 m dan headloss terendah terdapat pada ruas N1-N2 yaitu 0.26 m/100 m sehingga diperoleh nilai headloss total jaringan pipa primer adalah 0.82 m/100 m. Pada jaringan pipa sekunder, headloss tertinggi terdapat pada ruas I-S1 yaitu 8.01 m dan headloss terendah terdapat pada ruas S7-S3 yaitu 1.00 m. Pada jaringan pipa pelayanan, nilai headloss tertinggi terdapat pada pelanggan 7 yaitu 2.67 m dan headloss terendah terdapat pada pelanggan 5 yaitu 1.52 m. Nilai headloss tiap 100 m disajikan pada Tabel 15, 16, dan 17. 28

Tabel 15. Hasil perhitungan headloss tiap 100 m menggunakan persamaan Hazen-William pada jaringan pipa primer Daerah pelayanan Jumlah penduduk Debit (m 3 /s) Diameter (m) 0.9 0.7 0.5 0.3 0.2 0.1 Headloss (m/100 m) Bogor Selatan 181392 0.35 0.04 0.13 0.66 7.88 56.71 1653.15 Bogor Timur 95098 0.19 0.01 0.04 0.20 2.38 17.17 500.59 Bogor Utara 17044 0.34 0.03 0.11 0.59 7.02 50.54 1473.29 Bogor Tengah 101398 0.20 0.01 0.04 0.22 2.68 19.34 563.67 Bogor Barat 211084 0.42 0.05 0.17 0.87 10.44 75.07 2188.33 Tanah Sereal 190919 0.38 0.04 0.14 0.72 8.67 62.34 1817.35 Tabel 16. Hasil perhitungan headloss tiap 100 m menggunakan persamaan Darcy-Weisbach pada jaringan pipa primer Daerah pelayanan Jumlah penduduk Debit (m 3 /s) Diameter (m) 0.9 0.7 0.5 0.3 0.2 0.1 Headloss (m/100 m) Bogor Selatan 181392 0.35 0.02 0.08 0.40 4.75 34.14 1025.98 Bogor Timur 95098 0.19 0.01 0.02 0.11 1.30 9.38 281.99 Bogor Utara 17044 0.34 0.02 0.07 0.35 4.19 30.14 905.86 Bogor Tengah 101398 0.20 0.01 0.02 0.13 1.48 10.67 320.60 Bogor Barat 211084 0.42 0.03 0.11 0.54 6.43 46.23 1389.36 Tanah Sereal 190919 0.38 0.03 0.09 0.44 5.26 37.82 1136.59 Tabel 17. Hasil perhitungan headloss tiap 100 m menggunakan persamaan De Chezy-Manning pada jaringan pipa primer Daerah pelayanan Jumlah penduduk Debit (m 3 /s) Diameter (m) 0.9 0.7 0.5 0.3 0.2 0.1 Headloss (m/100 m) Bogor Selatan 181392 0.35 0.02 0.09 0.53 8.07 70.14 2827.79 Bogor Timur 95098 0.19 0.01 0.02 0.15 2.22 19.28 777.24 Bogor Utara 17044 0.34 0.02 0.08 0.47 7.12 61.93 2496.72 Bogor Tengah 101398 0.20 0.01 0.03 0.17 2.52 21.92 883.63 Bogor Barat 211084 0.42 0.03 0.12 0.72 10.93 94.98 3829.32 Tanah Sereal 190919 0.38 0.03 0.10 0.58 8.94 77.70 3132.63 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 15, 16, dan 17 diketahui bahwa pada debit yang sama, nilai headloss per 100 m bertambah besar apabila diameter pipa yang digunakan semakin kecil. Tabel 15, 16, dan 17 menyajikan besarnya nilai headloss yang terjadi apabila menggunakan pipa PVC dengan seluruh diameter jaringan pipa primer seragam. Pada kenyataanya di lapangan, pemasangan pipa pada jaringan pipa primer tidak seragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan dan untuk efisiensi biaya. Kurva hubungan debit dengan headloss per 100 m disajikan pada gambar 16, 17, dan 18. 29

Gambar 17. Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan Hazen-William Gambar 18. Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan Darcy-Weisbach 30

Gambar 19. Hubungan debit dengan headloss per 100 m berdasarkan persamaan De Chezy-Manning Gambar 17, 18, dan 19 menyajikan hubungan debit dengan headloss berdasarkan persamaan Hazen-William, Darcy-Weisbach, dan De Chezy-Manning pada jaringan pipa primer. Dari ketiga gambar di atas terlihat bahwa besarnya nilai headloss akan meningkat seiring dengan meningkatnya debit. Selain itu, dari gambar di atas terlihat bahwa diameter yang lebih besar mempunyai nilai headloss lebih kecil dibandingkan dengan diameter yang lebih kecil. Hubungan debit dengan headloss per 100 m pada diameter 0.3 m, 0.2 m, dan 0.1 m disajikan pada lampiran 8. Gambar 20. Hubungan headloss per 100 m dengan kemiringan jaringan pipa (gradient) pada jaringan pipa sekunder 31

Gambar 19 menyajikan hubungan headloss dengan kemiringan jaringan pipa (gradient) pada jaringan pipa sekunder. Nilai gradient diperoleh dari perbandingan antara perbedaan elevasi dengan panjang pipa. Dari Gambar 19 dapat diketahui bahwa nilai headloss akan meningkat seiring dengan meningkatnya nilai gradient.. Dari gambar 19 diperoleh persamaan regresi polinomial yaitu y = - 0.002x 2 + 0.030x 0.017 menyatakan hubungan antara headloss dengan gradient. Persamaan tersebut sesuai untuk analisis regresi dimana nilai R 2 lebih dari 67.50 % yaitu 0.894 dan 1. Head statis yang dimiliki PDAM Tirta Pakuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pada Taman Yasmin Sektor Enam adalah 80 m. Nilai head statis selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai sisa tekan. Sisa tekan merupakan salah satu dasar untuk menentukan suatu sistem distribusi. Sisa tekan menentukan kelayakan suatu sistem distribusi dapat dilaksanakan dengan sistem gravitasi atau dengan sistem pompa. Menurut Dinas Pekerjaan umum, syarat minimum untuk memakai sistem gravitasi yaitu mempunyai sisa tekan 10 m atau memiliki tekanan 1 bar. Berdasarkan hasil perhitungan, sisa tekan yang ada pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam adalah 1.76 m. Dengan nilai sisa tekan tersebut maka sistem gravitasi yang dipakai oleh PDAM Tirta Pakuan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan di Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam layak. 5.3 DEBIT DAN TEKANAN Debit merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menghitung nilai headloss. Pada jaringan perpipaan terjadi perbedaan debit pada jaringan pipa primer, jaringan pipa sekunder, dan jaringan pipa pelayanan. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan dimensi jaringan pipa. Besarnya nilai debit pada jaringan pipa primer dan jaringan pipa sekunder disajikan pada Tabel 18 dan 19. Tabel 18. Hasil perhitungan debit tiap ruas pada jaringan pipa primer Diameter Panjang pipa Kecepatan Ruas Elevasi (m) Slope Debit (m 3 /s) (m) (m) (m/s) R-N1 0.9 1,044.2 267 0.022 0.51 0.322 N1-N2 0.7 1,938.5 262 0.003 0.14 0.052 N2-N3 0.5 1,137.5 251 0.009 0.23 0.044 N3-N4 0.3 4,105.1 224 0.007 0.13 0.009 N4-N5 0.2 174.0 220 0.023 0.20 0.006 N5-N6 0.2 1,114.9 212 0.007 0.11 0.003 Tabel 19. Hasil perhitungan debit tiap ruas pada jaringan pipa sekunder Diameter Panjang pipa Kecepatan Ruas Elevasi (m) Slope Debit (m 3 /s) (m) (m) (m/s) I-S1 0.1 99.8 204 0.08 2.55 0.020 S1-S2 0.1 44.4 201 0.07 2.33 0.018 S1-S6 0.1 154.9 202 0.01 0.95 0.007 S6-S7 0.1 82.3 201 0.01 0.92 0.007 S6-S8 0.1 88.4 194 0.09 2.73 0.021 S7-S3 0.1 48.6 200 0.02 1.23 0.009 S3-S5 0.1 97.2 199 0.01 0.84 0.006 Dari Tabel 18 dan Tabel 19 dapat diketahui bahwa debit pada masing-masing ruas berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan slope dan dimensi pipa yang digunakan. Debit tertinggi pada jaringan pipa primer terdapat pada ruas Reservoir(R) - Node 1(N1) yaitu 0.322 m 3 /s dan debit terendah pada Node 5(N5) Node 6(N6) yaitu 0.003 m 3 /s. Pada jaringan pipa sekunder, debit 32

tertinggi terdapat pada ruas Sekunder 6(S6) Sekunder 8(S8) yaitu 0.021 m 3 /s dan debit terendah terdapat pada ruas Sekunder 3(S3) Sekunder 5(S5) yaitu 0.006 m 3 /s. Debit rata-rata hasil pengukuran pada jaringan pipa pelayanan yaitu 0.0002 m 3 /s. Hasil pengukuran lebih lengkap disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil pengukuran debit pada jaringan pipa pelayanan Pelanggan Diameter (m) Panjang pipa (m) Elevasi (m) Debit (m 3 /s) Pelanggan 1 0.01 3.17 200 0.0003 Pelanggan 2 0.01 3.56 200 0.0003 Pelanggan 3 0.01 3.20 196 0.0003 Pelanggan 4 0.01 5.03 199 0.0002 Pelanggan 5 0.01 3.55 198 0.0002 Pelanggan 6 0.01 7.10 196 0.0002 Pelanggan 7 0.01 6.89 185 0.0002 Debit rata-rata berdasarkan data sekunder pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam adalah 0.008 m 3 /s. Hal ini masih berada di atas debit yang seharusnya ada untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yaitu 0.002 m 3 /s. Dengan debit 0.008 m 3 /s maka diperoleh nilai kecepatan pada titik ini adalah 1.044 m/s. Nilai kecepatan pada titk ini masih berada dalam kriteria perencanaan. Menurut Dharmasetiawan (2004), asumsi kecepatan dalam perencanaan berada dalam rentang 0.8 m/s 1.5 m/s. Asumsi kecepatan yang terlalu rendah akan menyebabkan terjadinya endapan dalam pipa, sedangkan asumsi kecepatan yang terlalu tinggi menyebabkan tekanan kerja pipa meningkat dan mengakibatkan biaya pengaliran tinggi dan pipa rawan terhadap kebocoran teknis. Berdasarkan hasil perhitungan, terjadi perbedaan debit pada Inlet Taman Yasmin sektor Enam. Nilai debit berdasarkan data sekunder adalah 0.008 m 3 /s sedangkan debit berdasarkan pengukuran langsung dilapangan adalah 0.006 m 3 /s. Perbedaan nilai debit juga terjadi pada jaringan pipa pelayanan. Hasil perhitungan menghasilkan nilai debit rata-rata pada jaringan pelayanan adalah 0.0005 m 3 /s dan debit rata-rata hasil pengukuran pada jaringan pipa pelayanan adalah 0.0002 m 3 /s. Perbedaan ini terjadi karena data sekunder pada inlet Taman Yasmin yang digunakan merupakan ratarata hasil pengukuran sepanjang hari sedangkan hasil pengukuran langsung hanya dilakukan pada waktu tertentu. Tekanan mempunyai kaitan erat dengan debit aliran. Aliran yang mempunyai tekanan cukup akan mampu mengalirkan air dengan baik. Akan tetapi, apabila tekanan dalam pipa tidak mencukupi dapat menyebabkan air tidak dapat mengalir. Besarnya tekanan rata-rata pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam adalah 2.89 bar dan rata-rata pada pelanggan adalah 1.57 bar. Data nilai tekanan pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam disajikan pada lampiran 3 sedangkan hasil pengukuran tekanan pada pelanggan disajikan pada Tabel 21. Tekanan pada jaringan pipa distribusi berada pada rentang syarat yaitu 1.2 2 bar sehingga dapat dipastikan memenuhi syarat tekanan dan air dapat mengalir dengan lancar. Hubungan nilai tekanan dan debit dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20 menunjukan hubungan tekanan harian dan debit harian pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam. Dari kurva di atas diperoleh persamaan regresi polinominal y = -0.000x 2 + 0.000x + 0.010 dengan nilai R 2 = 0.912. Persamaan di atas sesuai untuk analisis regresi dimana nilai R 2 lebih dari 67.50 %. Kurva di atas menunjukan bahwa nilai tekanan berpengaruh terhadap debit. Nilai tekanan rendah terjadi pada saat debit pemakaian tinggi dan sebaliknya, nilai tekanan tinggi terjadi pada saat debit pemakaian rendah. Hal ini sesuai dengan gambar 8 yang menunjukan hubungan yang 33

sama yaitu tekanan dalam pipa akan meningkat apabila debit pemakaian menurun dan akan menurun apabila debit pemakaian air meningkat. Tabel 21. Hasil pengukuran debit dan tekanan pada jaringan pipa pelayanan Pelanggan Tekanan (bar) Pelanggan 1 1.40 Pelanggan 2 1.30 Pelanggan 3 1.50 Pelanggan 4 1.35 Pelanggan 5 1.45 Pelanggan 6 1.50 Pelanggan 7 2.05 Gambar 21. Kurva hubungan tekanan harian dengan debit harian pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam 5.4 KINERJA PELAYANAN TERHADAP PELANGGAN Berdasarkan data sekunder, kondisi aliran di lapangan mengalir selama 24 jam. Pemakaian tertinggi terjadi pada pukul 09.00-10.00 sebesar 0.011 m 3 /s dan pemakaian air terendah terjadi pada pukul 01.00-02.00 sebesar 0.004 m 3 /s. Berdasarkan Gambar 8, terjadi peningkatan pemakaian air yang signifikan dimulai pada pukul 04.00-06.00 dan penurunan pemakaian air pada pukul 10.00 dan 19.00. berdasarkan hasil pengukuran dilapangan dapat diketahui bahwa karakteristik pola pemakaian air bersih pada Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam terjadi pemakaian air pada kondisi puncak pada waktu pagi hari dan sore hari, yaitu pada jam 09.00-10.00 yaitu dan jam 18.00-19.00. Fluktuasi kebutuhan debit tersebut harus mampu terpenuhi oleh PDAM Tirta Pakuan. Menurut Dinas Pekerjaan Umum (2007), kebutuhan pemakaian air untuk rumah adalah 120-200 l/org/hari. Sedangkan menurut Kimpraswil (2003), debit miminum yang seharusnya terpenuhi untuk kota besar adalah 170 lt/orang/hari. Kebutuhan pemakaian air di Perumahan Taman Yasmin 34

Sektor Enam apabila setiap pelanggan mempunyai empat orang anggota keluarga maka kebutuhan rata-rata kebutuhan perorang sebesar 0.002 m 3 /s. Menurut hasil analisa, kebutuhan pelanggan yang berada pada Perumahan Taman Yasmin Sektor Enam dapat terpenuhi dengan kontinuitas air selama 24 jam. Hal ini ditunjukan dengan debit dan tekanan rata-rata pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam yaitu masing-masing 0.008 m 3 /s dan 3.654 bar. Tekanan merupakan salah satu faktor penting yang mendukung kepuasan pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh PDAM. Hal ini berkaitan dengan kontinuitas air PDAM. Berdasarkan hasil pengukuran dilapangan, tekanan rata-rata jaringan pipa pada Inlet Taman Yasmin Sektor Enam adalah 3.654 bar dan tekanan rata-rata pada jaringan pipa pelayanan 1.507 bar. Tekanan maksimum terjadi pada pukul 00.45 sebesar 6.80 bar dan tekanan minimum berada pada pukul 07.00 sebesar 1.16 bar. Fluktuasi tekanan terjadi sepanjang waktu. Data lebih lengkap tersaji pada lampiran 3. Berdasarkan data tersebut, tekanan yang ada pada sistem masih berada pada rentang syarat tekanan aliran dalam pipa yaitu 1.2-2 bar. Hal ini menunjukan bahwa air dapat mengalir dalam sistem secara berkelanjutan. Meskipun demikian, faktor tekanan harus diperhatikan karena apabila tekanan yang ada pada sistem melebihi batas maka akan terjadi kerusakan pipa akibat teknis seperti pipa pecah sehingga mengakibatkan kebocoran. Sistem jaringan distribusi yang dikembangkan oleh PDAM Tirta Pakuan telah sesuai dengan kriteria-kriteria yang ada. Minimnya keluhan dari pelanggan menunjukan bahwa kinerja PDAM telah sesuai harapan pelanggan. Meskipun demikian, prestasi tersebut harus terus dijaga dengan melakukan berbagai macam upaya. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga prestasi diatas yaitu dengan menjaga performa kinerja yang telah ada dan melakukan pembaharuan sesuai dengan perkembangan jaman, melakukan checking and controlling secara rutin dan berkala, melakukan penggantian perangkat yang telah melebihi umur pemakaian, dan pengembangan jaringan menggunakan peralatan yang tahan lama dan sedikit kerusakan. Selain itu, mengingat tingginya tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia dan meningkatnya degradasi lingkungan maka perlu dilakukan upaya antisipasi dengan kembali melakukan kajian terhadap cadangan sumberdaya air sehingga diharapkan kedepan tidak terjadi kekurangan air pada pelanggan PDAM Tirta Pakuan. 35