ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS TERHADAP POS POS LAPORAN KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE 2010-2011 Nama : Kiki Purnamasari NPM : 23210900 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dr. Sri Supadmini, SE., MM
LATAR BELAKANG Perusahaan Go Public Dalam negeri Luar Negeri Perbedaan Penyajian Pelaporan Keuangan IFRS PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK
Tujuan Penelitian
METODE PENELITIAN Objek Penelitian Konvergensi PSAK ke IFRS pada laporan keuangan PT. Bank negara Indonesia (Persero) Tbk Data yang digunakan Data Sekunder: Laporan keuangan tahunan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2010/2011 Metode Pengumpulan Data Melakukan observasi tidak langsung: Mengamati sumber data berupa data sekunder yag diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui situs www.idx.co.id Referensi kepustakaan: Mempelajari buku, jurnal dan skripsi terdahulu Alat Analisis Analisis deskriptif kualitatif: Pengaruh akibat konvergensi Analisis deskriptif kuantitatif: Selisih akibat konvergensi
Ringkasan Hasil Penelitian No IFRS PSAK Baru Perubahan Keterangan 1. 2. IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements IAS 7 (2009): Statements of Cash Flows PSAK No. 1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan PSAK No. 2 (Revisi 2009): Laporan Arus Kas Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian Surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali Liabilitas Kepentingan Non-pengendali Laporan Laba Rugi Komprehensif Beban pajak Laporan Arus Kas Istilah yang digunakan untuk laporan keuangan setelah penerapan IFRS adalah Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian yang sebelumnya bernama Neraca Konsolidasian. Adanya pos Surat berharga yang janji dijual kembali yang sebelumnya tidak diatur dalam penerapan PSAK yang belum menerapkan IFRS. Penggunaan istilahkewajiban pada laporan keuangan yang menerapkan standar PSAK diganti menjadi Liabilitas untuk laporan keuangan yang telah menerapkan IFRS. Istilah Hak Minoritas berganti nama menjadi Kepentingan nonpengendali dan dimasukkan ke dalam sisi Ekuitas pada laporan keuangan sisi ekuitas setelah penerapan IFRS sebesar Rp 29.899 Istilah yang digunakan setelah penerapan IFRS pada laporan keuagan adalah Laporan Laba Rugi Komprehensif yang sebelumnya bernama Laporan Laba Rugi. Pos Beban Pajak yang belum menerapkan IFRSsebesar Rp (1.382.262) dijabarkan menjadi pos Pajak Kinisebesar Rp (1.242.064) dan Beban Pajak Tangguhansebesar Rp (1.382.262) pada standar IFRS. Laporan arus kas konsolidasiantelah menerapkan metode langsung, yaitu arus kas tersebut berasal dari tiga aktivitas, yaituarus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivitas pendanaan.
Lanjutan No IFRS PSAK Baru Perubahan Keterangan 3. 4. IAS 27 (2009): Consolidated and Separated Financial Statements IAS 24 (2009): Related Party Disclosure PSAK No. 4 (Revisi 2009): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri PSAK No. 7 (Revisi 2009): Pengungkapan Pihak pihak Berelasi Kepentingan Nonpengendali Laba komprehensif tahun yang berjalan yang dapat diastribusikan Pinjaman yang diberikan Simpanan nasabah Simpanan dari bank lain Kepentingan nonpengendali disajikan dalam ekuitas sehingga nilai pada Laporan Perubahan Ekuitas yang telah menerapkan standar IFRS lebih besar dibanding dengan Laporan Perubahan Ekuitas standar PSAK yang belum menerapkan IFRS. Selisihnya adalah Rp 29.899. Pos Laba komprehensif tahun yang berjalan yang dapat diastribusikan kepada: pemilik entitas induk sebesar Rp 4.101.706 dan kepentingan nonpengendalisebesar Rp 1.492 disajikan didalam laporan keuangan laba rugi komprehensif yang sebelumnya tidak diatur pada standar PSAK yang belum menerapkan IFRS. Penyisihan dan pengungkapan antara pihak berelasiterdapat selisih positif sebesar Rp 24.184.298 karena nilai pada pihak ketiga dikumpulkan di pihak berelasi, untuk pihak ketigaterdapat selisih negatif sebesar Rp (24.184.294) karena penghapusan terjadi pada pos pihak ketiga menjadi bagian dari pihak berelasi. Penyisihan dan pengungkapan antara pihak berelasiterdapat selisih positif sebesar Rp 34.960.286 karena nilai pada pihak ketiga dikumpulkan di pihak berelasi, untuk pihak ketiga terjadi selisih negatif sebesar Rp (34.960.000) karena penghapusan terjadi pada pos pihak ketiga menjadi bagian dari pihak berelasi. Penyisihan dan pengungkapan pihak berelasi sebesar Rp 15.048 dan pihak ketiga terdapat selisih positif sebesar Rp 134.952 mengakibatkan selisih postiif pada total simpanan dari bank lain sebesar Rp 150.000. Selisih tersebut diperoleh dari pos pinjaman yang diterima standar PSAK sebesar Rp 4.623.480 menjadi Rp 5.473.480
Lanjutan. No IFRS PSAK Baru Perubahan Keterangan 5. 6. IAS 37 (2009): Provisions, Contingent Liabilities and Contingent Assets IFRIC 17 (2009): Distributions of Non-Cash Assets to Owner PSAK No. 57 (Revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi dan Aset Kontinjensi ISAK 11 (2009) : Distribusi Aset Non - Kas Kepada Pemilik Estimasi kerugian atas komitmen dan kontinjensi Provisi dan komisi atas pinjaman yang diberikan Kepentingan Non-Pengendali Pos estimasi kerugian atas komitmen dan kontinjensi sebesar Rp 189.106 dihilangkan pada laporan standar PSAK yang belum nenerapkan standar IFRS dan dimasukkan ke dalam pos Liabilitas lain lain yang sebelumnya sebesar Rp 6.403.952 menjadi Rp 6.593.058 dalam standar IFRS. Penghapusan pos Provisi dan komisi atas pinjaman yang diberikanpada standar PSAK dikarenakan sejak 1 Januari 2010, pendapatan provisi dan komisi yang berkaitan langsung dengan kegiatan pinjaman, atau pendapatan provisi dan komisi yang berhubungan dengan jangka waktu tertentu, diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kontrak menggunakan metode suku bunga efektif dan diklasifikasikan sebagai bagian dari pendapatan bunga dan syariah sebesar Rp 18.837.397 pada laporan laba rugi komprehensif konsolidasian. Dividen yang diatribusikan ke kepentingan non pengendali dan tambahan investasi oleh kepentingan non pengendali terdapat di dalam perhitungan kepentingan non pengendali sebagai pengurang atau perusahaan memiliki utang dividen dan sebagai penambah modal dari perjanjian kontraktual.
PENUTUP Kesimpulan 1. PSAK yang berpengaruh pada laporan posisi keuangan PT. Bank negara Indonesia (Persero) Tbk setelah penerapan IFRS adalah PSAK No. 1 (Revisi 2009), PSAK No. 2 (Revisi 2009), PSAK No. 4 (Revisi 2009), PSAK No. 7 (Revisi 2009), PSAK No. 57 (Revisi 2009) dan ISAK 11 (2009). 2. Pos pos dalam laporann keuangan yang terpengaruh dalam penerapan IFRS adalah PSAK No. 1 (Revisi 2009) yaitu Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian, Surat Berharga yang dibeli dengan Janji dijual Kembali, Liabilitas Segera, Liabilitas Derivatif, Liabilitas Akseptasi, Liabilitas lain lain, Kepentingan Non-pengendali, Laporan Laba Rugi Komprehensif, Pajak Kini, Beban Pajak Tangguhan, PSAK No. 2 (Revisi 2009) yaitu Laporan Arus Kas telah menerapkan metode langsung. PSAK No. 4 (Revisi 2009) yaitu Kepentingan Non-pengendali, Laba Komprehensif Tahun Berjalan yang Dapat Diatribusikan Kepada: Pemilik Entitas Induk dan Kepentingan Non-pengendali. PSAK No. 7 (Revisi 2009) yaitu Pinjaman yang diberikan, Simpanan nasabah dan Simpanan dari bank lain. PSAK No. 57 (Revisi 2009) yaitu Estimasi kerugian atas komitmen dan kontinjensi dan provisi dan komisi atas pinjaman yang diberikan. ISAK 11 (Revisi 2009) yaitu Kepentingan Non-pengendali. Saran Berkaitan dengan pembahasan dan kesimpulan yang diambil, maka penulis menyarankan kepada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sebaiknya lebih menjelaskna PSAK PSAK yang diterapkan secara terperinci pada tiap tiap pos pada laporan keuangan dan tetap menggunakan standar pelaporan IFRS, karena dengan menggunakan standar pelaporan keuangan tersebut dapat lebih meningkatkan nilai dari laporan keuangan perusahaan. Hal ini dikarenakan pencatatan dan pengukuran laporan keuangan standar IFRS lebih jelas, terperinci, akurat dan dapat diterima dalam bisnis yang luas.
TERIMA KASIH