POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

ANALISIS KEBERADAAN BETENG TRADE CENTER (BTC) DAN PUSAT GROSIR SOLO (PGS) TERHADAP MOBILITAS PERDAGANGAN PASAR BATIK KLEWER

Pengaruh keberadaan Beteng Trade Centre ( BTC )dan Pusat Grosir Solo ( PGS ) terhadap mobilitas perdagangan pasar batik klewer

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum pasar adalah sebuah tempat bertemunya pihak penjual dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dampak positif juga memberi dampak negatif terutama ditunjukkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan di daerah tersebut. Tinggi-rendahnya aktivitas perdagangan

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB I PENDAHULUAN. menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. (Pedoman Pembinaan Pasar Daerah, 2000 dalam Pulungan; 2000)

BAB I PENDAHULUAN. membuat sebagian besar rakyat Indonesia terjun ke bisnis ritel. Bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

POLA SPASIAL DISTRIBUSI MINIMARKET DI KOTA KOTA KECIL

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini dampak kehadiran pasar modern terhadap keberadaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENENTUAN PRIORITAS PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PASAR BATIK SETONO SEBAGAI OBJEK WISATA BELANJA DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Lapangan Usaha * 2011** Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

Kabupaten. ribu jiwa. 148,6 ribu. Gambar 1. dari. kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

Bab I PENDAHULUAN April :51 wib. 2 Jum'at, 3 Mei :48 wib

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

I PENDAHULUAN. Diakses 17 juli Guritno Kusumo Statistik Usaha Kecil dan Menengah.

STUDI POLA APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP PASAR MODERN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap usaha di sektor informal dituntut memiliki daya adaptasi yang

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

I. PENDAHULUAN. Pusat perbelanjaan moderen merupakan tempat berkumpulnya. pedagang yang menawarkan produknya kepada konsumen.

I. PENDAHULUAN. permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja di Indonesia. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia bisnis semakin pesat, ditandai dengan makin

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI PELAYANAN PARIWISATA PROPINSI DI YOGYAKARTA SAAT WEEKEND-WEEKDAYS BERDASARKAN SEGMENTASI WISATAWAN NUSANTARA

KECENDERUNGAN PASAR JOHAR SEBAGAI OBYEK WISATA BELANJA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENGARUH KEAMANAN DAN KENYAMANAN PASAR TERHADAP MINAT MEMBELI BAGI KONSUMEN DI PASAR BATIK KLEWER NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Sedangkan ritel modern adalah sebaliknya, menawarkan tempat

BAB I PENDAHULUAN. melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat seiring

ANALISIS FENOMENA YANG TERJADI PADA KUALITAS PELAYANAN SWALAYAN (Studi Kasus Swalayan Di Lhokseumawe)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peran city walk sebagai faktor pendukung perkembangan pariwisata kota Solo

BAB I PENDAHULUAN TUGAS AKHIR 135. LP3A - Beachwalk Mall di Tanjung Pandan, Belitung

PENGEMBANGAN PARIWISATA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT MELALUI PEMBENTUKAN CLUSTER WISATA TUGAS AKHIR. Oleh: MEISKE SARENG KELANG L2D

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan, baik itu berupa kebutuhan material maupun non- material. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan investasi dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi tahun 2015, berasal

BAB I PENDAHULUAN. (Tjokroaminoto dan Mustopadidjaya, 1986:1). Pembangunan ekonomi dapat

Gambar 1. Produksi Perikanan Tangkap, Tahun (Ribu Ton) Sumber: BPS Republik Indonesia, Tahun 2010

PENGARUH AKTIVITAS BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR TERHADAP PERKEMBANGAN DESA JIMBARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa jika pada suatu kota yang besar terdapat banyak pelaku-pelaku industri

GAMBAR 1.1 LAMBANG DAN BENDERA KOTA BANDUNG

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peraturan Daerah No 2 tahun 2002 tentang Perpasaran Swasta.

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Berdasarkan Harga Konstan menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. lebih cenderung berbelanja ditempat ritel modern. Semua ini tidak lepas dari pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang memiliki prospektif peluang besar dimasa sekarang maupun

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

PENDAHULUAN. peranan penting dalam rangkaian pemasaran dan merupakan penghubung atau

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia perlahan menjadi lebih baik dan stabil

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) PADA KAWASAN PERDAGANGAN JALAN KARTINI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan yang terjadi di berbagai bidang baik di bidang industri, jasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan di bidang perekonomian sampai saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Circle K

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian kota Binjai dilihat dari struktur PDRB riil kota Binjai yang menunjukkan karakteristik sebagai berikut : 2

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

POTENSI LOKASI PUSAT PERDAGANGAN SANDANG DI KOTA SOLO (Studi Kasus: Pasar Klewer, Beteng Trade Center dan Pusat Grosir Solo) TUGAS AKHIR Oleh : AULIA LATIF L2D 002 389 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

ABSTRAK Kota Solo merupakan salah satu kota di Indonesia yang perekonomiannya didukung oleh sektor tersier. Pada tahun 2005 sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbang 23,82 persen dari PDRB. Sektor tersebut menghasilkan Rp. 1,2 triliun yang mayoritas berasal dari perdagangan besar dan eceran (Kompas, 17 Februari 2007). Pasar Klewer yang merupakan pusat perdagangan sandang terbesar di Jawa Tengah adalah salah satu penggerak roda perekonomian Kota Solo. Setiap harinya perputaran uang yang terjadi di pasar tersebut mencapai miliaran rupiah. Pada beberapa tahun terakhir omset Pasar Klewer mengalami penurunan, bersamaan dengan didirikannya pusat perdagangan sandang baru di Kota Solo, yaitu BTC (Beteng Trade Center) dan PGS (Pusat Grosir Solo. Pusat-pusat perdagangan sandang tersebut berdiri dalam satu lokasi yang berdekatan. Kedua pusat perdagangan sandang baru yang dikelola oleh swasta tersebut memberikan alternatif bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas jual-beli sandang selain di Pasar Klewer Keberadaan pusat perdagangan sandang baru tersebut tentunya akan mempengaruhi pusat perdagangan yang telah lebih dulu ada. Pasar dalam artian demand dari konsumen akan menjadi lebih sempit karena supply penyediaan fasilitas bertambah. Perilaku konsumen yang dipengaruhi oleh tren berbelanja akan mempengaruhi pembagian wilayah pemasaran, mengingat fasilitas pendukung yang ditawarkan oleh pusat perdagangan sandang baru lebih baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui potensi lokasi yang dimiliki oleh pusat-pusat perdagangan sandang di Kota Solo. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut digunakan sudut pandang teori pemilihan lokasi ritel mengenai luasan area perdagangan, segmentasi pasar dan preferensi konsumen. Luasan area perdagangan diketahui dari jangkauan pelayanan, batas ambang, ketergantungan lokasi dan aksesibilitas. Segmentasi pasar diketahui dari segmentasi pasar yang terjadi pada masing-masing pusat perdagangan sandang. Preferensi konsumen diketahui dengan menganalisa hubungan antara ketersediaan fasilitas dengan motivasi konsumen dalam pemilihan tempat belanja. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa potensi lokasi dari ketiga pusat perdagangan sandang yang ada di Kota Solo masih sangat besar. Luasan area perdagangan masih memiliki pasar yang sangat besar bagi ketiganya karena didukung dengan aksesibilitas yang memperluas dan mempermudah jangkauan pelayanan. Segmentasi pasar secara spesifik belum terjadi, hanya terdapat kecenderungan konsumen yang berlangganan, mengingat barang yang dijual adalah kebutuhan pokok (sandang). Strategi pemasaran massal tanpa mematok segmen tertentu masih menjanjikan pasar yang besar untuk ketiga pusat perdagangan sandang. Masing-masing pusat perdagangan sandang memiliki pelanggan yang menjadi basis pasar. Namun, melihat tren preferensi konsumen pada kenyamanan belanja, pusat-pusat perdagangan baru lebih memiliki potensi untuk mendapatkan pasar yang lebih besar di masa depan. Kecenderungan yang terjadi adalah konsumen lebih menyukai untuk berbelanja pada pusat perdagangan sandang yang menyediakan fasilitas pendukung, seperti yang dimiliki oleh BTC dan PGS. Besarnya pasar yang ada pada lokasi pusat-pusat perdagangan sandang tersebut masih memberikan keseimbangan antara supply dan demand. Pasar yang tersedia masih jauh berada di atas batas ambang ketiga pusat perdagangan sandang. Pengaruh pusat perdagangan baru pada penurunan pangsa pasar pusat perdagangan lama dapat diminimalisir dengan penyediaan fasilitas yang setara. Pusat perdagangan lama (Pasar Klewer) merupakan aset milik Pemerintah Kota yang telah memberikan sumbangan besar bagi perkembangan perekonomian. Oleh karena itu, kendala fasilitas yang ada sudah seharusnya cepat mendapatkan penanganan dengan melakukan pengadaan fasilitas yang belum tersedia dan perbaikan fasilitas yang telah ada. Hal itu dilakukan untuk mengikuti selera konsumen yang menginginkan kenyamanan dalam melakukan aktivitas belanja, sehingga pangsa pasar yang dimiliki oleh Pasar Klewer tetap dapat dipertahankan walaupun dengan adanya pusat perdagangan baru yang lokasinya sangat berdekatan. Kata kunci: pusat perdagangan sandang, segmentasi pasar, area perdagangan, preferensi konsumen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ritel merupakan usaha menjual barang dan jasa secara eceran kepada masyarakat. Investasi di dalam usaha ritel yang berkembang di Indonesia saat ini telah menjadi salah satu sektor penggerak perekonomian. Usaha ini berkembang seiring dengan geliat perekonomian nasional pasca krisis moneter yang terjadi sejak tahun 1997. Ritel menjadi penggerak perekonomian rakyat dan memberikan lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat. Bentuk kegiatan ritel skala besar yang ada di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua format, yaitu modern dan tradisional. Ritel modern antara lain adalah mal dan trade center. Sedangkan ritel tradisional adalah pasar. Pasar adalah pusat belanja versi tradisional. Pasar terdiri atas kios-kios yang berada di bagian dalam dan toko-toko di bagian luarnya yang menghadap jalan. Dalam suatu pasar tersedia berbagai gerai dengan segala macam produk yang diperlukan masyarakat, dari barang kebutuhan sehari-hari hingga produk tahan lama (Ma ruf, 2005: 73). Dalam kegiatan ritel, lokasi adalah salah satu faktor yang terpenting. Lokasi suatu fasilitas ritel akan mempengaruhi kesuksesan dari usaha tersebut. Luas dan kepadatan wilayah yang dilayani, kelas sosial ekonomi penduduk, luas dari pusat perbelanjaan, kondisi lalu lintas dan ketersediaan sarana angkutan umum merupakan beberapa faktor lokasi yang mempengaruhi banyaknya pengunjung. Pada kasus yang terjadi di negara berkembang termasuk di Indonesia, penempatan lokasi suatu fasilitas menumpuk di suatu kawasan, termasuk dalam fasilitas ritel skala besar/ pusat perbelanjaan. Di Kota Solo sektor perdagangan dan jasa menjadi sektor andalan. Pada tahun 2005 sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbang 23,82 persen dari PDRB. Sektor tersebut menghasilkan Rp. 1,2 triliun yang mayoritas berasal dari perdagangan besar dan eceran (Kompas, 17 Februari 2007). Kegiatan ritel merupakan salah satu pendukung sektor perdagangan yang menjadi penyumbang PAD terbesar. Pasar tradisional sebagai salah satu bentuk kegiatan ritel merupakan penyumbang PAD yang cukup besar, sekitar Rp 9 miliar pada tahun 2005 (Kompas, 17 Februari 2006). Pasar-pasar tradisional yang ada umumnya telah memiliki lokasi yang strategis dengan aksesibilitas yang terjangkau. Selain pasar tradisional, kegiatan ritel modern juga tumbuh subur di Kota Solo. Beberapa perusahaan ritel nasional membuka gerainya dalam format mal dan trade center pada lokasi-lokasi strategis di Kota Solo. Fenomena yang terjadi seiring dengan tumbuhnya ritel modern di Kota Solo adalah pengambilan lokasi gerai yang berdekatan dengan pasar tradisional. Berdirinya Beteng Trade 1

2 Center (BTC) dan Pusat Grosir Solo (PGS) di dekat Pasar Klewer merupakan salah satu kasus yang terjadi. Produk sandang menjadi komoditas utama yang dijual di Pasar Klewer, BTC dan PGS. Ketiga pusat perbelanjaan sandang tersebut berlokasi dalam satu kawasan yaitu Alun-alun Utara, dengan jarak yang berdekatan. Pasar Klewer adalah pusat perdagangan sandang terbesar di Jawa Tengah. Sejarah Pasar Klewer bermula dari ramainya tempat yang dikunjungi orang yang menjual barang dagangan berupa kain dengan cara diletakkan di bahu. Karena barang dagangannya diletakkan di bahu, susunannya menjadi tidak beraturan yang dalam bahasa Jawa diistilahkan dengan "Kleweran". Dimulai dari bentuk tersebut kemudian berkembang menjadi pasar sandang besar yang dikenal dengan nama Pasar Klewer. Pasar Klewer pada awalnya terletak di sebelah Timur Pasar Legi Solo, kemudian pindah ke Pasar Slompretan yang terletak di Kampung Slompretan. Pasar Sandang di Kampung Slompretan berkembang sejak tahun 1947 dan sejak tahun 1950 lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Pasar Klewer hingga saat ini. Mulai tahun 1968 mulai dibangun pasar yang representatif dengan arsitektur sesuai dengan gaya Solo. Pada tahun 1971 Pasar Klewer diresmikan oleh Presiden Soeharto sebagai pusat grosir sandang terbesar di Jawa Tengah. Keberadaan industri batik yang banyak terdapat di Kota Solo menunjang perkembangan Pasar Klewer sebagai pusat penjualan sandang terutama produk batik. Sebagai pasar tradisional kontribusi Pasar Klewer untuk PAD Solo cukup besar, mengingat perputaran uang yang terjadi di pasar ini berkisar 7 miliar rupiah per hari (Kompas, 24 Januari 2006). Pada perkembangan suatu kota selalu terdapat lokasi yang menjadi pusat pelayanan pada luasan tertentu-bertindak sebagai pasar dan tempat untuk beribadah, mencari hiburan dan pusat pemerintahan (Simpson,1988:1). Fenomena ini terjadi pada perkembangan Pasar Klewer yang lokasinya dalam satu komplek dengan pusat pemerintahan, Masjid Agung dan Keraton Kasunanan. Pasar Klewer terletak di pusat Kota Solo dan termasuk dalam lingkungan budaya keraton. Keberadaan wisata keraton didukung oleh keberadaan pasar ini, sehingga menunjang kegiatan pariwisata. Pengunjung dapat membeli cinderamata di Pasar Klewer setelah mengunjungi keraton. Saat ini kondisi Pasar Klewer mengalami penurunan. Intensitas aktivitas yang meningkat tidak dapat diimbangi dengan penyediaan fasilitas. Kondisi bangunan tampak kurang terawat ditambah dengan semakin berjubelnya pedagang kaki lima yang berjualan di depan kios, lorong pasar dan sepanjang jalan, dan kondisi parkir yang tidak teratur. Kemacetan lalu lintas kerap terjadi akibat dari luapan aktivitas dari pasar ini. Kondisi Pasar Klewer yang telah melampaui kapasitas karena kelebihan beban menunjukkan bahwa pangsa pasar (demand) yang ada masih menjanjikan. Kesempatan ini dibaca oleh pengembang properti dengan mendirikan pusat perbelanjaan sandang baru untuk membidik pangsa pasar yang belum atau kurang terlayani oleh Pasar Klewer. Indikasi pendirian lokasi di

3 dekat Pasar Klewer menunjukkan tren imitasi. Kedekatan lokasi dengan Pasar Klewer menjadi kekuatan utama bagi BTC dan PGS, dengan menawarkan fasilitas yang lebih memadai. Dari sudut pandang analisis lokasi dan pola ruang berdirinya BTC dan PGS menarik untuk dipelajari, terutama pengaruhnya terhadap Pasar Klewer. Pergeseran fungsi pasar menjadi tujuan rekreasi dan tren belanja di pasar modern diperkirakan akan merubah pola aktivitas berbelanja masyarakat. Awal tahun 2005, Lembaga Swadaya Masyarakat Lesmatra Solo menggelar penelitian dengan sampel 291 pedagang yang tersebar di lima pasar kelas I, empat pasar kelas II, dan lima pasar kelas III. Hasil penelitian menunjukkan, pendapatan pedagang menurun 30-50 persen, pembeli menurun 64,9 persen, dan terjadi pergeseran jenis pembeli hingga 46,7 persen, dari pembeli grosir menjadi eceran (Kompas, 17 Februari 2006). Penelitian yang telah dilakukan tersebut tidak memperinci pasar yang menjadi objek penelitiannya berdasarkan komoditas yang dijual dan dilihat dari segi pendapatan pedagang. Dalam penelitian ini, akan dilihat dari sisi potensi pangsa pasar dari pusat-pusat perdagangan sandang yang diperoleh dari aspek pemilihan lokasi ritel. 1.2 Rumusan Masalah Menurut Rusthon beberapa permasalahan lokasi yang ada di negara berkembang adalah integration of multi facility location pattern dan serving demand or creating demand? (Rushton, 1979:30). Permasalahan lokasi ada pada pola lokasi beberapa fasilitas yang terintegrasi dan fasilitas melayani permintaan yang ada, atau menciptakan permintaan baru. Saat ini di kawasan Alun-alun Utara, berdekatan dengan lokasi Pasar Klewer berdiri dua pusat sandang baru dengan fasilitas yang lebih baik. Terjadi penumpukan fasilitas dengan aktivitas yang sama dalam suatu lokasi. Pasar Klewer sebagai pusat perdagangan sandang terbesar di Jawa Tengah telah memiliki jangkauan pelayanan baik lokal, regional bahkan nasional. Dengan jangkauan pasar yang demikian luas dapat disimpulkan bahwa permintaan untuk produk sandang yang dijual di pasar ini cukup besar. Dengan kondisi fasilitas pendukung yang mulai menurun, kemampuan Pasar Klewer dalam memenuhi permintaan yang ada tidak lagi mencukupi. Permasalahan kemacetan dan ruang parkir yang tidak mencukupi menjadikan Pasar Klewer tidak lagi nyaman bagi konsumen. Kemudian berdiri dua pusat perbelanjaan sandang baru (BTC dan PGS) dengan konsep modern yang mengambil lokasi berdekatan dengan Pasar Klewer. Keduanya memberikan fasilitas pendukung yang lebih memadai dibandingkan Pasar Klewer dengan parkir yang luas dan fasilitas pendukung lain. Perilaku penempatan lokasi yang dilakukan oleh pengembang yang mendirikan BTC dan PGS mengindikasikan pola imitasi. Penempatan pusat sandang modern dengan mengambil lokasi berdekatan dengan Pasar Klewer yang telah terkenal sebagai pusat sandang dan