14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi. Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama kelamaan mulai timbul gejala yang disebabkan oleh kurangnya insulin. Jadi, bukan 3P lagi, melainkan hanya 2P saja (polidipsi dan poliuria) dan beberapa keluhan lain seperti nafsu makan mulai berkurang, bahkan kadang kadang timbul rasa mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (a) Banyak minum (b) Banyak kencing (c) Berat badan turun dengan cepat (biasanya 5 10 kg dalam waktu 2 4 minggu) (d) Mudah lelah (e) Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan penderita akan jatuh koma (tidak sadarkan diri) dan disebut koma diabetic. Koma diabetic adalah koma pada penderita diabetes akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi (melebihi 600 mg/dl). (2) Gejala kronik Kadang kadang penderita diabetes mellitus tidak menunjukan gejala akut (mendadak) tetapi baru menunjukan gejala sesudah
15 beberapa tahun mengidap penyait DM. Gejala ini disebut gejala kronik atau menahun. Gejala kronik yang sering timbul adalah (a) Kesemutan (b) Kulit terasa panas (wedangan) atau seperti tertusuk tusuk jarum (c) Rasa tebal di kulit sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal atau kasur (d) Kram, capai, dan mudah mengantuk (e) Mata kabur, biasanya sering ganti kacamata (f) Gatal disekitar kemaluhan, terutama wanita (g) Gigi mudah goyah dan mudah lepas (h) Kemampuan seksual menurun, bahkan impoten (i) Para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan berat badan lahir > 4 kg e. Patofisiologi Pengolahan bahan makanan dimulai dari mulut kemudian ke lambung dan delanjutkan ke usus. Di dalam saluran pencernaan, makanan yang terdiri atas karbohidrat, protein, dan lemak akan diproses sehingga dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan tubuh. Seperti karbohidrat akan di pecah menjadi glukosa, protein dipecah menjadi asam amino dan lemak menjadi asam lemak. Setelah semuanya menjalani proses pemecahan, ketiga zat makanan itu diedarkan keseluruh tubuh untuk dipergunakan oleh organ organ di dalam tubuh
16 sebagai bahan bakar. Sebelum dapat dipergunakan bagi tubuh, zat makanan tersebut harus diolah terlebih dahulu. Pengolahan ini disebut dengan metabolism yaitu proses pembakaran glukosa secara kimia sehingga dapat menghasilkan energy (Misnadiarly, 2006). Dalam proses metabolisme, insulin memegang peran penting yaitu memasukan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin adalah suatu zat atau hormone yang dihasilkan oleh sel beta di pancreas yang sangat berperan dalam mengatur kadar glukosa darah. Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapt membuka pintu masuknya glukosa kedalam sel, yang selanjutnya glukosa dimetabolismekan menjadi energy di dalam sel. Apabiila insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dengan akibat glukosa tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar gluosa di dalam darah meningkat. Pada DM tipe 1, terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta pancreas. Pasien diabetes mellitus tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pancreas. Respon autoimun dipacu oleh aktifitas limfosit, antibodi terhadap sel pulau langerhans dan terhadap insulin itu sendiri. Pada DM tipe 2, jumlah insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel yang kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk kedalam sel. Meskipun jumlah
17 insulinya banyak tapi jika reseptornya sedikit maka insulin yang masuk kedalam sel akan sedikit sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit, sehingga sel akan kekurangan energi dan glukosa dalam darah menjadi meningkat (Suyono, 2005). Keadaan ini sama dengan DM tipe 1, tetapi bedanya pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa darah tinggi, kadar insulin juga tinggi atau normal dan reseptor insulinya yang kurang atau sedikit. Baik pada DM tipe 1 atau tipe 2 kadar glukosa dalam darah akan meningkat dan apabila keadaan ini terjdi terus menerus dan melebihi ambang ginjal maka glukosa tersebut akan dikeluarkan melalui urin sehingga urin akan manis dan cepat dikerumuni semut. Mungkin keadaan inilah sebabnya penyakit ini disebut juga dengan penyakit kencing manis (Misnadiarly, 2006). Tingginya kadar glukosa darah (kadang kadang mencapai 8 sampai 10 kali, normal pada pasien diabetes yang parah) dapat menyebabkan dehidrasi berat pada sel diseluruh tubuh. Hal ini terjadi sebagian karena glukosa tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati pori pori membran sel, dan naiknya tekanan osmotik dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan timbulnya perpindahan air secara osmosis keluar dari sel. Selain efek dehidrasi sel langsung akibat glukosa yang berlebihan, keluarnya glukosa kedalam urin akan menimbulkan keadaan deuresis osmotik. Gambaran klasik dari
18 diabetes adalah poliuria (kelebihan ekskresi urin), dehidrasi ekstrasel dan dehidrasi intrasel, dan bertambahnya rasa haus (Guyton & Hall, 2008). Pergeseran metabolisme karbohidrat ke metabolisme lemak pada pasien diabetes akan meningkatkan pelepasan asam asam keto seperti asam asetoasetat dan asam β hidroksibutirat kedalam plasma melebihi kecepatan ambilan dan oksidasinya oleh sel sel jaringan. Akibatnya, pasien mengalami asidosis metabolik berat akibat asam keto yang berlebih, yang terkait dengan dehidrasi akibat pembentukan urin yang berlebihan, dapat menimbulkan asidosis yang berat. Hal ini cepat berkembang menjadi koma diabetikum dan kematian kecuali pasien segera diobati dengan sejumlah besar insulin (Sidartawan, 2006). Kegagalan untuk menggunakan glukosa sebagai sumber energi berakibat peningkatan mobilisasi protein dan lemak. Oleh karena itu, seseorang dengan diabetes mellitus berat yang tidak obati akan mengalami penurunan berat badan yang cepat dan asthenia (kurangnya energi) meskipun pasien memakan sejumlah besar makanan (polifagi). Tanpa pengobatan, kelainan metabolisme ini dapat menyebabkan kehilangan jaringan tubuh dan kematian dalam waktu beberapa minggu (Guyton & Hall, 2008).
19 f. Komplikasi Pada penderita diabetes dapat terjadi komplikasi yaitu akut dan kronis (Maulana, 2009 dan Herdin, 2005). (1) Komplikasi akut Komplikasi akut terjadi bila kadar glukosa darah penderita menurun atau meningkat dengan tajam dalam waktu yang relative singkat. (a) Hipoglikemia Yaitu suatu keadaan dimana kadar glukosa darah dibawah nilai normal yang ditandai dengan, gemetar, mengeluarkan keringat dingin, berdebar debar dan bahkan penderita bisa koma. (b) Asidosis asam laktat Yaitu suatu keadaan dimana asam laktat dalam tubuh tidak dapat dirubah menjadi bikarbonat. Akibatnya asam laktat pada tubuh akan meningkat. (c) Ketoasidosis diabetik Yaitu suatu keadaan dimana dalam tubuh kekurangan insulin secara tibab tiba yang akan menyebabkan kadar glukosa darah meningkat dengan tajam akibatnya akan terjadi koma. (d) Koma hiperosmolar dibetik nonketotik Suatu keadaan dimana terjadi dehidrasi yang sangat berat, hipotensi, dan shock. Atau dapat diartikan sebagai keadaan
20 tubuh tanpa penimbunan lemak yang menyebabkan penderita menunjukan pernafasan yang cepat dan dalam (kusmaul). (2) Komplikasi kronis Komplikasi kronis dapat diartiakan sebagai kelainan pembuluh darah yang pada akhirnya akan menyebabkan serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan saraf 2. Pilar Pengelolaan DM a. Edukasi (Misnadiarly, 2006) Diabetes mellitus tipe II pada umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk dengan kokoh. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan, dan motivasi. Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang : (1) Penyakit DM (2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM (3) Penyulit DM (4) Hipoglikemia (5) Perawatan kaki pada DM (6) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan