INTEGRITAS PROFESIONAL INOVATIF PEDULI

dokumen-dokumen yang mirip
Pada dasarnya, Lembaga Non Struktural menjalankan fungsi yang spesifik. Oleh karenanya apabila kewenangan yang diberikan didasarkan pada

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG

Policy Brief Launching Arsitektur Kabinet : Meretas Jalan Pemerintahan Baru

Penerapan Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Sektor Publik dan Pusat Kesehatan Masyarakat. Dwi Handono Sulistyo PKMK FKKMK UGM

Deputi Bidang Kelembagaan dan Tata Laksana Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

BAHAN PANJA RUU Aparatur Sipil Negara, 29 FEBRUARI 2012 (Berdasarkan hasil rapat antar Instansi Tanggal 24 Februari 2012)

Pusat Kajian Sistem dan Hukum Administrasi Negara mencanangkan visi :

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

KERANGKA LOGIS PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI TINGKAT MAKRO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAGIAN III : PENGUATAN MONITORING KINERJA PENGANGGARAN

Kebijakan. Deputi Kelembagaan dan Tata Laksana. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Jakarta, 25 Juni 2015

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG UNDANG APARATUR SIPIL NEGARA (RUU ASN)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM

PASCA PP 18 TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN LAMONGAN

2013, No BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Lembaga Administrasi Negara yang selanjutnya disebut LAN adalah lembaga pemerintah nonke

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

Penguatan Kapasitas Kelembagaan Melalui Kebijakan Insentif Anggaran Program DMO Kemenpar Terhadap Forum Tata Kelola Pariwisata di Kawasan Destinasi.

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

PERTIMBANGAN PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

OLEH: Dr. AL MUKTALBAR, MSc TAHUN 2016

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/PERMEN-KP/2015 TENTANG UNIT KERJA MENTERI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Paradigma manajemen keuangan pemerintahan di Indonesia saat ini

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

PENGARUH PERSONAL BACKGROUND, POLITICAL BACKGROUND DAN PENGETAHUAN DEWAN TENTANG ANGGARAN TERHADAP PERAN DPRD DALAM PENGAWASAN KEUANGAN DAERAH

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.06/2011 TENTANG PERENCANAAN KEBUTUHAN BARANG MILIK NEGARA

Desain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMPETENSI SDM APARATUR KEMENTERIAN PAN DAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

Usulan Strategi Makro REFORMASI BIROKRASI dan PENGAWASAN NASIONAL Pemerintahan Jokowi JK

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 03 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG KEUANGAN NEGARA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2001 TENTANG

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

Kriteria Lembaga Non Struktural Tinjauan Administrasi Negara

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

SALINAN. a. bahwa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 91 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL

2016, No Tahun 2015 Nomor 3); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KOMITE NASIONAL KEUANGAN SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi, teknologi informasi komunikasi (TIK) semakin lama

BEBERAPA CATATAN TENTANG LEMBAGA-LEMBAGA KHUSUS DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN NEGARA 1. (Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Keputusan Presiden No. 101 Tahun 2001 Tentang : Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Menteri Negara

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Alamat blog: SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA - RI

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 11 TAHUN 2014

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 34 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini diarahkan untuk mengetahui efektivitas dampak kesejahteraan

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 87 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

Prelude Pertumbuhan LNS yang massive, Overlapping fungsi LNS dengan kementerian/lembaga, in-efficiency dalam penggunaan anggaran, maupun kinerja yang tidak memuaskan, Langkah penataan LNS yang cenderung lambat, Keberadaan LNS belum dibangun diatas persepsi yang sama pendekatan dalam penataan LNS menjadi bias.

Trend Pertumbuhan LNS 25 20 15 10 5 0 1990 1995 2000 2005 2010 2015 Sumber: Diolah dari Kajian Desain Kelembagaan Pemerintah Pusat: Arsitektur Kelembagaan 2014-2019 (LAN, 2013)

Perbedaan Identifikasi Jumlah LNS 70 60 50 40 30 20 10 0 62 51 42 35 28 29 22 8 10 1 2 Permen Keppres/Perpres PP UU UUD LAN KEMENPAN-RB KEMENSETNEG

Ragam Definisi LNS (2008-2010) LAN : Institusi yang dibentuk karena urgensi terhadap suatu tugas khusus tertentu yang tidak dapat diwadahi dalam bentuk kelembagaan pemerintahan/negara konvensional, dengan keunikan kelembagaan tertentu, dan memiliki karakteristik tugas yang urgen, unik dan terintegrasi serta efektif dalam melaksanakan tugasnya. Kementerian Sekretariat Negara : Sebagai lembaga yang dibentuk melalui peraturan perundang-undangan tertentu guna menunjang fungsi negara dan pemerintah, yang dapat melibatkan unsur-unsur pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil, serta dibiayai oleh negara.

Lanjutan... Kementerian PAN & RB : LNS merupakan lembaga di luar struktur organisasi pemerintah, yang bersifat independen, serta memiliki otonomi dalam menjalankan mandatnya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kementerian Keuangan : Lembaga Non Struktural dimaksudkan sebagai badan lainnya. Adapun yang dimaksud sebagai badan lainnya adalah lembaga pemerintah yang berada diluar 3 PPK (Pola Pengelolaan Keuangan), yaitu: 1. Kementeri-an Negara/Lembaga, 2. Badan Usaha Milik Negara, 3. Badan Layanan Umum.

Redefinisi LNS

Tugas Tertentu dan Relevansi Urusan yang berpotensi besar menghasilkan conflict of interest; Urusan multi-sektor yang melibatkan unsur-unsur governance atau bukan hanya pemerintah; Menangani sementara urusan yang belum dijalankan secara optimal oleh organ-organ pemerintah, di luar services delivery; Memenuhi tuntutan lingkungan strategis.

Dasar Pembentukan dan Sumber Pembiayaan Sebagai organ negara, pembentukan LNS harus berdasarkan kepada peraturan perundangundangan tertentu sesuai dengan lingkup kewenangannya. Sebagai organ negara, maka pembiayaan LNS dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Keanggotaan dan Independensi LNS LNS merupakan governance bodies, dimana keanggotaannya semestinya melibatkan 3 pilar (pemerintah, masyarakat, dan swasta). Independensi LNS: Pemberhentian anggota hanya dapat dilakukan berdasarkan sebab-sebab yang diatur dalam undang-undang pembentukannya; Memiliki kepemimpinan yang kolektif, dengan masa jabatan pimpinan yang tidak habis secara bersamaan tetapi bergantian (staggered terms); Tingkat imunitas LNS dari intervensi kekuasaan dalam menjalankan peran dan fungsinya.

Definisi LNS: (LAN, 2015) Institusi independen yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan tugas tertentu yang karena sifat tugasnya tidak dapat diwadahi dalam bentuk Kementerian/Lembaga yang sudah ada, dimana keanggotaan institusinya melibatkan unsur di luar pemerintah dan keberadaannya dibiayai oleh anggaran negara.

Kriteria mendasar dalam penataan LNS 1. Tugas tertentu. Apakah tugas yang diemban LNS terkait dengan khittahnya? 2. Relevansi. Apakah tugas yang dimandatkan masih relevan dengan konteks kekinian ataupun masa yang akan datang? 3. Cost effectiveness. Sejauh mana efektifitas LNS dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam konteks efisiensi penggunaan anggaran, sumber daya manusia, dan besaran organisasinya? 4. Dasar hukum pembentukan. Apakah dasar hukum pembentukannya sesuai dengan ruang lingkup tugasnya? 5. Independensi. Sebagai governance bodies, seberapa kebal sebuah LNS terhadap intervensi kekuasaan? 6. Bentuk organisasi dan Sekretariat LNS. Apakah bentuk organisasi LNS dan sekretariatnya sesuai dengan prinsip rigthsizing? 7. Public trust. Apakah keberadaannya dapat mendorong peningkatan kepercayaan publik?

Ruang Lingkup Penataan LNS Level makro, menentukan LNS mana yang masih relevan keberadaannya dan LNS mana yang keberadaannya dianggap sudah tidak relevan lagi dengan konteks kekinian. Level messo, yaitu penataan dasar hukum pembentukan LNS, agar sesuai dengan sifat tugas yang diembannya. Level mikro, yaitu penataan organisasi LNS untuk menciptakan LNS yang right-sizedan right-function.

Alternatif Langkah Penataan Penataan Kelembagaan Internal (next step) Penataan Dasar Hukum (next step) Menciptakan organisasi yang rightsize Identifikasi LNS (mapping) Pemilahan LNS Penentuan Strategi Penataan Perumusan strategi penggabungan, peleburan, penghapusan, revitalisasi/penguatan Penyelarasan sifat tugas LNS dengan dasar hukum pembentukannya

Rekomendasi: Mapping terhadap seluruh institusi yang teridentifikasi sebagai LNS (up-dating data); Melakukan pemilahan berdasarkan kriteria tugas tertentu; 4 (empat) opsi dalam Penataan LNS: - Penggabungan - Pengembalian Fungsi Kepada K/L - Penghapusan/Pembubaran - Revitalisasi; Untuk selanjutnya, perlu disusun RUU Kelembagaan Pemerintah Pusat (yang mengatur organ seperti: K/L/LNS) yang menjadi payung hukum pengaturan pembentukan hingga pembubaran LNS agar penataan LNS dapat terealisasi secara utuh (tidak parsial).

Penggabungan Pilihan ini diusulkan apabila fungsi yang dijalankan oleh dua atau lebih LNS memiliki kesamaan;

Pengembalian Fungsi Kepada K/L Pilihan ini diusulkan apabila fungsi yang diselenggarakan LNS pada dasarnya dapat dilakukan oleh K/L, dalam arti fungsi tersebut menjadi bagian dari fungsi K/L;

Penghapusan/Pembubaran Pilihan ini diusulkan apabila peran dan fungsi LNS tidak sesuai dengan kriteria tugas tertentu dan relevansinya, serta tidak berkontribusi pada peningkatan kinerja pemerintah dan atau bahkan tidak mampu meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah;

Revitalisasi LNS Pilihan ini diusulkan apabila peran dan fungsi LNS telah osejalan dengan khittah-nya (kriteria tugas tertentu dan relevansinya), namun tidak menunjukkan kinerja yang diharapkan (cost effectiveness-nya relatif rendah)