BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih mengalami pertumbuhan dan perkembangannya sehingga remaja berasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aktifitas manusia dalam hidupnya dilakukan dengan bergerak.

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas sendi dapat menurunkan proprioseptif dan koordinasi yang dapat. mengakibatkan meningkatkan risiko cedera.

BAB I PENDAHULUAN. tahun jumlahnya cenderung mengalami peningkatan. Menurut Kantor

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB I PENDAHULUAN. selalu melibatkan anggota gerak tubuhnya. Suatu pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kebugaran serta dilakukan dengan aturan tertentu, dimana dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan rutin, hal tersebut menjadi suatu hal yang alamiah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Setiap orang tentunya mempunyai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan Permenkes No.80 tahun 2013 tentang penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi olahraga telah bergerak melewati batas kemampuan logika

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun , tergolong tercepat di

BAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama

BAB I PENDAHULUAN. Dari mulai alat komunikasi, alat perkantoran, alat transportasi sampai sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

PENGARUH LATIHAN KNEE TUCK JUMP DENGAN STRETCHING DAN TANPA STRETCHING TERHADAP TINGGI JUMPING SMASH PADA ATLIT BULUTANGKIS DI KLATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kegiatannya yaitu penggunaan remote control, komputer,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai barometer kemajuan dan alat ukur cita cita manusia. Juga

BAB I. Aktivitas fisik setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. dalam menunjang paradigma hidup sehat hendaknya dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan

LATIHAN FLEKIBILITAS

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa

BAB I PENDAHULUAN. robek pada ligamen,atau patah tulang karena terjatuh. Cedera tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian prestasi yang maksimal dalam olahraga dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu olah raga yang berbentuk kompetitif adalah lompat jauh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi

PENGARUH PENAMBAHAN CORE STABILITY EXERCISE

BAB I PENDAHULUAN. Osteoartritis (OA) penyakit sendi degeneratif atau artritis hipertropi.

Dewasa ini didapati angka kehidupan masyarakat semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk biopsikososial

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menghambat aktivitas kegiatan sehari-hari, di Jerman persentase

BAB I PENDAHULUAN. agar tidak kemasukan bola dari regu lawan dengan aturan-aturan tertentu

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing cabang olahraga termasuk Cabang Bulu Tangkis atau

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan sampai lanjut usia pada

BAB I PENDAHULUAN. bertambah cenderung lebih cepat (Bandiyah, 2009). tujuh tulang (vertebra) dengan bantalan lunak (cakram) antara masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. seperti di Indonesia. Sebagai negara yang sedang berkembang maka. Gerak merupakan elemen essential bagi kesehatan individu yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia sampai tahun ini mencapai 237,56 juta orang (Badan

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

FLEKSIBILITAS PENGERTIAN FLEKSIBILITAS

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

BAB I PENDAHULUAN. Futsal adalah permainan bola yang dimainkan oleh dua tim, yang. masing-masing beranggotakan lima orang. Tujuannya adalah memasukkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. gastrocnemius merupakan otot tipe slow twitch (tipe 1). Otot gastrocnemius

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ada, sangat kompleks sekali masalah demi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran sehingga dapat memperbaiki kualitas kesehatan para penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri Punggung Bawah (NPB) merupakan gangguan musculoskeletal yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Potter dan Perry (2005) Pertumbuhan dan perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan orang dengan sadar untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. (ruangan),yang jika digabung artinya menjadi sepak bola dalam ruangan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak akan terlepas dari masa remaja. Masa remaja merupakan saah satu periode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Menurut soetjiningsih (2004) Pada sebagian besar masyarakat remaja pada umumnya dimulai pada usia 10 13 tahun dan berakhir pada usia 18 22 tahun (Notoatdmojo, 2007). World Health Organization (WHO) menetapkan batas usia remaja terbagi menjadi 2 bagian yaitu remaja awal 10 12 tahun dan remaja akhir 15 20 tahun. Namun Sarwono (2001) menyatakan bahwa batasan usia remaja di Indonesia, umumnya antara 11 24 tahun. Pada masa ini umumnya remaja mengalami perubahan fisik yang ditnandai dengan meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan social. Namun Santrock (2003:91) mengungkapkan bahwa Perubahan fisik yang terjadi pada remaja akan sangat terlihat pada masa pubertas. Pada fase ini kesehatan berperan penting dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangannya. Kesehatan adalah hal yang dicari oleh semua orang World Health Organization (WHO). Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan sosial. Salah satu caranya dengan menjaga tubuh tetap sehat adalah diperlukan suatu aktivitas fisik seperti halnya olahraga (Lundy dan Sharyn, 2009). Olahraga merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membantu menunjang pertumbuhan dan perkembangan bagi seseorang. Menurut United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) olahraga adalah setiap aktivitas tubuh berupa permainan yang berisikan motor skills. Dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan olahraga adalah aktifitas gerak 1

2 fisik yang melibatkan beberapa organ dan struktur tubuh untuk meningkatkan kualitas hidup (Cloalter, 2013). Pada jenjang usia perguruan tinggi seorang remaja dalam kehidupan sehari-harinya melakukan aktivitas dan pekerjaan yang melibatkan seluruh anggota gerak tubuh. Dimana gerakan hanya akan terjadi apabila adanya suatu kontraksi dan fleksibilitas dari otot-otot yang bersangkutan. Untuk dapat melakukan aktivitas secara maksimal dibutuhkan kemampuan fleksibilitas yang baik. Fleksibilitas adalah kemampuan suatu jaringan atau otot untuk memanjang semaksimal mungkin sehingga tubuh bisa bergerak dengan lingkup gerak sendi yang penuh, tanpa disertai rasa nyeri. Fleksibilitas otot dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya struktur sendi, usia, jenis kelamin, latihan/aktivitas, suhu tubuh, serta kehamilan (Wismanto, 2011). Fleksibel atau tidaknya otot dapat ditentukan oleh luas atau sempitnya ruang gerak sendi-sendinya atau elastis atau tidaknya otot tersebut. Otot yang kaku dan tidak elastis, biasanya memiliki keterbatasan ruang gerak sendi. Elastisitas pada otot dapat disebut juga dengan fleksibilitas (Hoeger dan Sharon, 2010). Hal ini berarti, dalam melakukan gerakan diperlukan fleksibilitas otot yang dapat memaksimalkan aktivitas sehari-hari. Fleksibilitas juga dibutuhkan dalam gerakan otot hamstring. Hamstring merupakan bagian dari otot hip dan knee yang terletak pada sisi belakang paha yang berfungsi untuk gerakan fleksi lutut, ekstensi hip, dan membantu gerakan eksternal dan internal rotasi hip. Bagian otot ini terdiri atas beberapa otot yaitu: biceps femoris, semitendinosus, dan semimembra-nosus (Irfan dan Natalia, 2008). Otot hamstring adalah otot tipe I (tonik) atau otot postural, yang berguna untuk melakukan gerakan fleksi hip, ekstensi knee, juga membantu gerakan eksternal dan internal rotasi hip (Wismanto, 2011). Jadi dapat diartikan bahwa hamstring dapat membantu gerakan internal dan eksternal fleksi hip. Otot hamstring yang merupakan jenis otot tipe 1 atau tonik, biasanya mengalami patologi yaitu berupa pemendekan atau tightness. Yang bila dibiarkan dapat menyebabkan kerja otot tidak sesuai dengan fungsi normalnya.

3 Otot hamstring dapat mengalami beberapa gangguan. Menurut Wismanto (2011), gangguan yang timbul dari pemendekan yang terjadi pada otot hamstring adalah nyeri, keterbatasan gerak, penurunan lingkup gerak, kelemahan otot dan gangguan posture. Hamstring yang memendek menyebabkan seseorang mudah untuk terkena cidera (strain). Hamstring yang pendek berpengaruh pada penurunan kekuatan/keseimbangan otot sehingga kontraksi menjadi tidak sinergis. Pada kondisi tertentu akan menyebabkan disfungsi pada lumbal (Stephens et al.,2006). Adanya pemendekan pada otot bagian tubuh, misalnya pemendekan pada bagian otot hamstring dapat menyebabkan penurunan kekuatan dan keseimbangan otot hamstring baik untuk seorang atlit maupun pada remaja yang dapat menyebabkan disfungsi lumbal. Penurunan fleksibilitas otot hamstring pada dasarnya dapat dilihat melalui kondisi dimana seseorang tidak mampu memegang kedua kaki ketika menunduk dan meluruskan kedua kaki, untuk memastikan penurunan fleksibilitas hamstring dapat dilakukan dengan memakai pengukuran yang spesifik untuk menilai jangkauan memanjang dan memendek otot hamstring. Pengukuran fleksibilitas hamstring dapat dilakukan dengan cara aktif unilateral Straight Leg Raise test, pasif unilateral Straight Leg Raise test, Sit and Reach test. Menurut Quinn (2014) Sit and Reach Test merupakan metode pengukuran untuk mengukur fleksibilitas dari otot hamstring dan punggung belakang yang meggunakan media berupa boks terbuat dari papan atau metal yang tingginya 30 cm, lalu diatas boks tersebut diletakan penggaris ukur yang panjangnya 26 cm keluar dari boks dan -26 cm sampai ke ujung dari boks tersebut. Untuk mengatasi masalah pemendekan serta gangguan fleksibilitas yang terjadi dan untuk meningkatkan kerja otot hamstring secara maksimal, maka diperlukan suatu terapi atau latihan yang bersifat penguluran jaringan pada otot yang mengalami pemendekan atau tightness serta mengembalikan fleksibilitas otot tersebut yang dikenal dengan istilah stretching (Irfan, 2008). Secara umum stretching adalah suatu terapi yang digunakan untuk meningkatkan atau menambah pemanjangan jaringan lunak yang mengalami

4 pemendekan atau tightness sehingga penurunan fleksibilitas otot baik karena patologi maupun non patologi yang menghambat lingkup gerak sendi (Kisner dan Lynn, 2012) Pada kondisi penurunan fleksibilitas otot hamstring fisioterapi dapat memberikan suatu latihan atau olahraga yang bersifat teratur dan terorganisir untuk dapat menambah kemampuan fleksibilitas hamstring seperti Prone hang exercise dan Nordic hamsrtring exercise. Prone hang exercise sering digunakan pada pemulihan Rekontruksi Anterior Cruiciate Ligament pada pemulihan fase 2 dengan tujuan utama untuk meningkatkan atau menambah ruang gerak sendi lutut (Behm, 2011). Selain digunakan untuk menambah ruang gerak sendi lutut, latihan ini dapat memfasilitasi terjadinya static stretching, dimana posisi pasien tengkurap, dan bagian kaki menggantung pada pinggir kasur atau bed. Dapat diletakan bantal kecil atau handuk dibawah lutut untuk menambah regangan dan menghindari kompresi terhadap lutut, ketika terjadi peregangan pada posterior capsul, maka handuk yang diletakan pada lutut akan melentur karna beban dari kaki bertambah dan panjang otot akan ikut bertambah. (Filippakopoulus, 2010). Latihan Nordic Hamstring umumnya bersifat stretching (penguluran) dan juga strengthening (penguatan). Latihan Nordic Hamstrimg merupakan suatu jenis latihan yang bersifat eksentrik yaitu kontraksi ketika panjang otot bertambah, ketegangan otot meningkat. Khususnya pada otot hamstring dengan menggunakan kontraksi otot antagonis secara eksentrik (Lorenz, 2011). Konsumsi oksigen dalam gerakan eksentrik sangat sedikit karena kontraksi yang dikeluarkan menghasilkan perlambatan terhadap otot, namun gaya yang dihasilkan pada gerakan eksentrik besar karena adanya gerakan melawan gravitasi sehingga adanya penurunan tegangan pada otot di akhir gerakan, yang membuat otot menjadi memanjang dan peningkatan ruang gerak sendi. Menurut Waseem et al (2009), latihan ini bertujuan dalam meningkatkan fleksibilitas atau panjang otot hamstring. Latihan ini juga meningkatkan kekuatan otot dan mencegah terjadinya cidera.

5 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji perbedaan efektivitas penambahan Prone hang exercise pada Nordic hamsrtring exercise terhadap peningkatan Fleksibilitas Hamstring pada remaja. B. Identifikasi Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa. Kondisi fisik yang optimal diperlukan oleh seorang remaja agar dapat melakukan aktivitas dengan baik, efektif dan efisien. Kondisi fisik dipengaruhi salah satunya oleh aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari. Perkembangan pesat ilmu dan teknologi dalam aktivitas sehari-hari seperti penggunaan remote, komputer, lift, eskalator, transportasi dan peralatan serba automatis membuat tubuh cenderung kurang melakukan aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik rutin dikaitkan dengan risiko timbulnya penyakit tidak menular dan penyakit degenerative. Otot hamstring termasuk grup otot yang mempuyai peran penting dalam membantu sebuah gerakan khususnya gerakan pada ekstremitas bawah seperti berjalan, melompat, berlari, dan menaiki tangga, otot hamstring juga berfungsi seperti rem pada mobil untuk memperlambat kecepatan ketika gerakan mengayunkan kaki ke depan seperti menendang atau berlari (Bailey, 2015). Maka ketika terjadi penurunan fleksibilitas pada otot hamstring akan mempengaruhi keseimbangan kerja otot yang berdampak terhadap munculnya gangguan-gangguan lainnya dalam aktivitas individu. Salah satu di antaranya adalah perubahan sikap postur mempengaruhi biomekanik yang pada akhirnya dapat memunculkan keluhan nyeri punggung bawah. Selain itu juga mempengaruhi aktivitas berjalan dimana penelitian Bing et-al (2008) menunjukkan bahwa kecepatan pemanjangan otot hamstring secara signifikan lebih tinggi selama fase menapak dibandingkan fase mengayun. Untuk dapat melakukan aktivitas berjalan dengan efisien dengan resiko cedera kecil membutuhkan fleksibilitas otot hamstring yang adekuat.

6 Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam bidangnya juga mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan atau mengurangi resiko cidera khususnya pada hamstring. Untuk meningkatkan fleksibilitas hamstring, dapat diberikan latihan seperti : Prone hang exercise dan Nordic hamsrtring exercise. Prone hang exercise adalah latihan yang digunakan pada pemulihan Rekontruksi Anterior Cruiciate Ligament pada pemulihan fase 2 dengan tujuan utama untuk meningkatkan atau menambah ruang gerak sendi lutut (Behm, 2011). Latihan ini dilakukan di atas bed dengan posisi tengkurap, posisikan badan diujung bed sehingga kaki dapat menggantung tanpa menyentuh lantai, letakan gulungan handuk kecil di bawah paha agar mencegah terjadinya tekanan di lutut atau patella. Nordic hamsrtring exercise adalah suatu jenis latihan yang bersifat eksentrik yaitu kontraksi ketika panjang otot bertambah, ketegangan otot meningkat. Khususnya pada otot hamstring dengan menggunakan kontraksi otot antagonis secara eksentrik (Brughelli, 2007). Latihan ini dapat dilakukan diatas matras ataupun bed dan dilakukan dengan menggunakan bantuan dari orang lain, berikan aba-aba kepada pasien untuk menjatuhkan badan dan menahan secara perlahan kemudian kembali keposisi awal untuk melakukan pengulangan gerakan yang sama. Melihat dari betapa pentingnya peran otot hamstring dalam perkembangan masa remaja maka penulis ingin mengetahui apakah Prone hang exercise dan Nordic hamsrtring exercise dapat meningkatkan fleksibilitas pada remaja, dan seberapa efisienkah penambahan latihan tersebut dalam meningkatkan fleksibilitas hamstring pada remaja. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah yang ada maka dapat disimpulkan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Apakah Prone hang exercise efektif dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun?

7 2. Apakah Nordic hamsrtring exercise pada Prone hang exercise efektif dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun? 3. Apakah ada perbedaan efektivitas penambahan Nordic Hamstring Exerrcise pada Prone hang exercise terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan efektivitas penambahan Nordic hamsrtring exercise pada Prone hang exercise terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui efektivitas Prone hang exercise dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun. b. Untuk mengetahui efektivitas Nordic hamsrtring exercise pada Prone hang exercise dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sumbangan terhadap pengembangan ilmu fisioterapi untuk dapat diberikan kepada masyarakat. b. Sebagai informasi penelitian lebih lanjut kepada mahasiswa/i yang akan mengembangkan penelitian tentang peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada remaja. 2. Manfaat Praktis a. Agar fisioterapi dapat mengembangkan ilmu yang dimiliki khususnya fisioterapis yang bergerak di bidang pelayanan untuk memberikan

8 latihan dalam upaya peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada remaja b. Dapat menangani cidera otot hamstring di fasilitas pelayanan kesehatan.