BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak akan terlepas dari masa remaja. Masa remaja merupakan saah satu periode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan sosial. Menurut soetjiningsih (2004) Pada sebagian besar masyarakat remaja pada umumnya dimulai pada usia 10 13 tahun dan berakhir pada usia 18 22 tahun (Notoatdmojo, 2007). World Health Organization (WHO) menetapkan batas usia remaja terbagi menjadi 2 bagian yaitu remaja awal 10 12 tahun dan remaja akhir 15 20 tahun. Namun Sarwono (2001) menyatakan bahwa batasan usia remaja di Indonesia, umumnya antara 11 24 tahun. Pada masa ini umumnya remaja mengalami perubahan fisik yang ditnandai dengan meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan social. Namun Santrock (2003:91) mengungkapkan bahwa Perubahan fisik yang terjadi pada remaja akan sangat terlihat pada masa pubertas. Pada fase ini kesehatan berperan penting dalam menentukan pertumbuhan dan perkembangannya. Kesehatan adalah hal yang dicari oleh semua orang World Health Organization (WHO). Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat yang utuh secara fisik, mental, dan sosial. Salah satu caranya dengan menjaga tubuh tetap sehat adalah diperlukan suatu aktivitas fisik seperti halnya olahraga (Lundy dan Sharyn, 2009). Olahraga merupakan sesuatu yang sangat penting untuk membantu menunjang pertumbuhan dan perkembangan bagi seseorang. Menurut United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) olahraga adalah setiap aktivitas tubuh berupa permainan yang berisikan motor skills. Dari penjelasan tersebut dapat dijelaskan olahraga adalah aktifitas gerak 1
2 fisik yang melibatkan beberapa organ dan struktur tubuh untuk meningkatkan kualitas hidup (Cloalter, 2013). Pada jenjang usia perguruan tinggi seorang remaja dalam kehidupan sehari-harinya melakukan aktivitas dan pekerjaan yang melibatkan seluruh anggota gerak tubuh. Dimana gerakan hanya akan terjadi apabila adanya suatu kontraksi dan fleksibilitas dari otot-otot yang bersangkutan. Untuk dapat melakukan aktivitas secara maksimal dibutuhkan kemampuan fleksibilitas yang baik. Fleksibilitas adalah kemampuan suatu jaringan atau otot untuk memanjang semaksimal mungkin sehingga tubuh bisa bergerak dengan lingkup gerak sendi yang penuh, tanpa disertai rasa nyeri. Fleksibilitas otot dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya struktur sendi, usia, jenis kelamin, latihan/aktivitas, suhu tubuh, serta kehamilan (Wismanto, 2011). Fleksibel atau tidaknya otot dapat ditentukan oleh luas atau sempitnya ruang gerak sendi-sendinya atau elastis atau tidaknya otot tersebut. Otot yang kaku dan tidak elastis, biasanya memiliki keterbatasan ruang gerak sendi. Elastisitas pada otot dapat disebut juga dengan fleksibilitas (Hoeger dan Sharon, 2010). Hal ini berarti, dalam melakukan gerakan diperlukan fleksibilitas otot yang dapat memaksimalkan aktivitas sehari-hari. Fleksibilitas juga dibutuhkan dalam gerakan otot hamstring. Hamstring merupakan bagian dari otot hip dan knee yang terletak pada sisi belakang paha yang berfungsi untuk gerakan fleksi lutut, ekstensi hip, dan membantu gerakan eksternal dan internal rotasi hip. Bagian otot ini terdiri atas beberapa otot yaitu: biceps femoris, semitendinosus, dan semimembra-nosus (Irfan dan Natalia, 2008). Otot hamstring adalah otot tipe I (tonik) atau otot postural, yang berguna untuk melakukan gerakan fleksi hip, ekstensi knee, juga membantu gerakan eksternal dan internal rotasi hip (Wismanto, 2011). Jadi dapat diartikan bahwa hamstring dapat membantu gerakan internal dan eksternal fleksi hip. Otot hamstring yang merupakan jenis otot tipe 1 atau tonik, biasanya mengalami patologi yaitu berupa pemendekan atau tightness. Yang bila dibiarkan dapat menyebabkan kerja otot tidak sesuai dengan fungsi normalnya.
3 Otot hamstring dapat mengalami beberapa gangguan. Menurut Wismanto (2011), gangguan yang timbul dari pemendekan yang terjadi pada otot hamstring adalah nyeri, keterbatasan gerak, penurunan lingkup gerak, kelemahan otot dan gangguan posture. Hamstring yang memendek menyebabkan seseorang mudah untuk terkena cidera (strain). Hamstring yang pendek berpengaruh pada penurunan kekuatan/keseimbangan otot sehingga kontraksi menjadi tidak sinergis. Pada kondisi tertentu akan menyebabkan disfungsi pada lumbal (Stephens et al.,2006). Adanya pemendekan pada otot bagian tubuh, misalnya pemendekan pada bagian otot hamstring dapat menyebabkan penurunan kekuatan dan keseimbangan otot hamstring baik untuk seorang atlit maupun pada remaja yang dapat menyebabkan disfungsi lumbal. Penurunan fleksibilitas otot hamstring pada dasarnya dapat dilihat melalui kondisi dimana seseorang tidak mampu memegang kedua kaki ketika menunduk dan meluruskan kedua kaki, untuk memastikan penurunan fleksibilitas hamstring dapat dilakukan dengan memakai pengukuran yang spesifik untuk menilai jangkauan memanjang dan memendek otot hamstring. Pengukuran fleksibilitas hamstring dapat dilakukan dengan cara aktif unilateral Straight Leg Raise test, pasif unilateral Straight Leg Raise test, Sit and Reach test. Menurut Quinn (2014) Sit and Reach Test merupakan metode pengukuran untuk mengukur fleksibilitas dari otot hamstring dan punggung belakang yang meggunakan media berupa boks terbuat dari papan atau metal yang tingginya 30 cm, lalu diatas boks tersebut diletakan penggaris ukur yang panjangnya 26 cm keluar dari boks dan -26 cm sampai ke ujung dari boks tersebut. Untuk mengatasi masalah pemendekan serta gangguan fleksibilitas yang terjadi dan untuk meningkatkan kerja otot hamstring secara maksimal, maka diperlukan suatu terapi atau latihan yang bersifat penguluran jaringan pada otot yang mengalami pemendekan atau tightness serta mengembalikan fleksibilitas otot tersebut yang dikenal dengan istilah stretching (Irfan, 2008). Secara umum stretching adalah suatu terapi yang digunakan untuk meningkatkan atau menambah pemanjangan jaringan lunak yang mengalami
4 pemendekan atau tightness sehingga penurunan fleksibilitas otot baik karena patologi maupun non patologi yang menghambat lingkup gerak sendi (Kisner dan Lynn, 2012) Pada kondisi penurunan fleksibilitas otot hamstring fisioterapi dapat memberikan suatu latihan atau olahraga yang bersifat teratur dan terorganisir untuk dapat menambah kemampuan fleksibilitas hamstring seperti Prone hang exercise dan Nordic hamsrtring exercise. Prone hang exercise sering digunakan pada pemulihan Rekontruksi Anterior Cruiciate Ligament pada pemulihan fase 2 dengan tujuan utama untuk meningkatkan atau menambah ruang gerak sendi lutut (Behm, 2011). Selain digunakan untuk menambah ruang gerak sendi lutut, latihan ini dapat memfasilitasi terjadinya static stretching, dimana posisi pasien tengkurap, dan bagian kaki menggantung pada pinggir kasur atau bed. Dapat diletakan bantal kecil atau handuk dibawah lutut untuk menambah regangan dan menghindari kompresi terhadap lutut, ketika terjadi peregangan pada posterior capsul, maka handuk yang diletakan pada lutut akan melentur karna beban dari kaki bertambah dan panjang otot akan ikut bertambah. (Filippakopoulus, 2010). Latihan Nordic Hamstring umumnya bersifat stretching (penguluran) dan juga strengthening (penguatan). Latihan Nordic Hamstrimg merupakan suatu jenis latihan yang bersifat eksentrik yaitu kontraksi ketika panjang otot bertambah, ketegangan otot meningkat. Khususnya pada otot hamstring dengan menggunakan kontraksi otot antagonis secara eksentrik (Lorenz, 2011). Konsumsi oksigen dalam gerakan eksentrik sangat sedikit karena kontraksi yang dikeluarkan menghasilkan perlambatan terhadap otot, namun gaya yang dihasilkan pada gerakan eksentrik besar karena adanya gerakan melawan gravitasi sehingga adanya penurunan tegangan pada otot di akhir gerakan, yang membuat otot menjadi memanjang dan peningkatan ruang gerak sendi. Menurut Waseem et al (2009), latihan ini bertujuan dalam meningkatkan fleksibilitas atau panjang otot hamstring. Latihan ini juga meningkatkan kekuatan otot dan mencegah terjadinya cidera.
5 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji perbedaan efektivitas penambahan Prone hang exercise pada Nordic hamsrtring exercise terhadap peningkatan Fleksibilitas Hamstring pada remaja. B. Identifikasi Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak menuju ke masa dewasa. Kondisi fisik yang optimal diperlukan oleh seorang remaja agar dapat melakukan aktivitas dengan baik, efektif dan efisien. Kondisi fisik dipengaruhi salah satunya oleh aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari. Perkembangan pesat ilmu dan teknologi dalam aktivitas sehari-hari seperti penggunaan remote, komputer, lift, eskalator, transportasi dan peralatan serba automatis membuat tubuh cenderung kurang melakukan aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik rutin dikaitkan dengan risiko timbulnya penyakit tidak menular dan penyakit degenerative. Otot hamstring termasuk grup otot yang mempuyai peran penting dalam membantu sebuah gerakan khususnya gerakan pada ekstremitas bawah seperti berjalan, melompat, berlari, dan menaiki tangga, otot hamstring juga berfungsi seperti rem pada mobil untuk memperlambat kecepatan ketika gerakan mengayunkan kaki ke depan seperti menendang atau berlari (Bailey, 2015). Maka ketika terjadi penurunan fleksibilitas pada otot hamstring akan mempengaruhi keseimbangan kerja otot yang berdampak terhadap munculnya gangguan-gangguan lainnya dalam aktivitas individu. Salah satu di antaranya adalah perubahan sikap postur mempengaruhi biomekanik yang pada akhirnya dapat memunculkan keluhan nyeri punggung bawah. Selain itu juga mempengaruhi aktivitas berjalan dimana penelitian Bing et-al (2008) menunjukkan bahwa kecepatan pemanjangan otot hamstring secara signifikan lebih tinggi selama fase menapak dibandingkan fase mengayun. Untuk dapat melakukan aktivitas berjalan dengan efisien dengan resiko cedera kecil membutuhkan fleksibilitas otot hamstring yang adekuat.
6 Fisioterapi sebagai tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan dan ketrampilan dalam bidangnya juga mempunyai peran yang besar dalam meningkatkan atau mengurangi resiko cidera khususnya pada hamstring. Untuk meningkatkan fleksibilitas hamstring, dapat diberikan latihan seperti : Prone hang exercise dan Nordic hamsrtring exercise. Prone hang exercise adalah latihan yang digunakan pada pemulihan Rekontruksi Anterior Cruiciate Ligament pada pemulihan fase 2 dengan tujuan utama untuk meningkatkan atau menambah ruang gerak sendi lutut (Behm, 2011). Latihan ini dilakukan di atas bed dengan posisi tengkurap, posisikan badan diujung bed sehingga kaki dapat menggantung tanpa menyentuh lantai, letakan gulungan handuk kecil di bawah paha agar mencegah terjadinya tekanan di lutut atau patella. Nordic hamsrtring exercise adalah suatu jenis latihan yang bersifat eksentrik yaitu kontraksi ketika panjang otot bertambah, ketegangan otot meningkat. Khususnya pada otot hamstring dengan menggunakan kontraksi otot antagonis secara eksentrik (Brughelli, 2007). Latihan ini dapat dilakukan diatas matras ataupun bed dan dilakukan dengan menggunakan bantuan dari orang lain, berikan aba-aba kepada pasien untuk menjatuhkan badan dan menahan secara perlahan kemudian kembali keposisi awal untuk melakukan pengulangan gerakan yang sama. Melihat dari betapa pentingnya peran otot hamstring dalam perkembangan masa remaja maka penulis ingin mengetahui apakah Prone hang exercise dan Nordic hamsrtring exercise dapat meningkatkan fleksibilitas pada remaja, dan seberapa efisienkah penambahan latihan tersebut dalam meningkatkan fleksibilitas hamstring pada remaja. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, identifikasi masalah yang ada maka dapat disimpulkan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Apakah Prone hang exercise efektif dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun?
7 2. Apakah Nordic hamsrtring exercise pada Prone hang exercise efektif dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun? 3. Apakah ada perbedaan efektivitas penambahan Nordic Hamstring Exerrcise pada Prone hang exercise terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui perbedaan efektivitas penambahan Nordic hamsrtring exercise pada Prone hang exercise terhadap peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui efektivitas Prone hang exercise dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun. b. Untuk mengetahui efektivitas Nordic hamsrtring exercise pada Prone hang exercise dalam meningkatkan fleksibilitas otot hamstring pada remaja putra usia 18-21 tahun. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai sumbangan terhadap pengembangan ilmu fisioterapi untuk dapat diberikan kepada masyarakat. b. Sebagai informasi penelitian lebih lanjut kepada mahasiswa/i yang akan mengembangkan penelitian tentang peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada remaja. 2. Manfaat Praktis a. Agar fisioterapi dapat mengembangkan ilmu yang dimiliki khususnya fisioterapis yang bergerak di bidang pelayanan untuk memberikan
8 latihan dalam upaya peningkatan fleksibilitas otot hamstring pada remaja b. Dapat menangani cidera otot hamstring di fasilitas pelayanan kesehatan.