BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. serta menjadi milik masyarakat itu sendiri yang dikenal dan dikagumi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nurul Kristiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bermaksud mengungkap tentang perkembangan petikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Bangka-Belitung merupakan daerah kepulauan, terdiri dari Pulau

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dinyatakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan masyarakat Jawa yang bermigrasi ke Sumatera Utara.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat dilihat dari keterlibatan generasi mudanya. Berpijak dari hal tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hilda Maulany, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Sunda, kata Sisingaan berasal dari kata si-singa-an. Kata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2016 PELESTARIAN TARI TRADISIONAL DI SANGGAR SUNDA RANCAGE KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan cara mengumpulkan, menyusun dan menginterpretasikan data.

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Koentjaraningrat (2009: 165) menyatakan, bahwa kebudayaan. masyarakat, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kelompok pemain gambus (Dokumentasi Tengku Firdaus)

BAB 1 PENDAHULUAN. Soepandi Mengatakan bahwa: Alat musik tiup yang ada di Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat dalam buku

IDENTIFIKASI KERAGAMAN UNSUR KEBUDAYAAN DIDESA NEGLASARI KECAMATAN SALAWU KABUPATEN TASIKMALAYA. Yani Sri Astuti 1, Ely Satiyasih Rosali 2.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Seperti yang diungkapkan oleh Nazir ( ) bahwa metode penelitian memandu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widdy Kusdinasary, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesenian Gembyung merupakan salah satu kesenian yang bernuansa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan musik merupakan proses sosial yang didalamnya dapat menggali

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau terdiri dari etnik - etnik yang memiliki kesenian

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Belitung Timur merupakan bagian dari wilayah Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik yaitu suatu metode penelitian yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni musik bisa dimulai dari tingkat pendidikan formal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fanny Ayu Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada akhirnya dapat membangun karakter budaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian helaran atau arak-arakan atau iring-iringan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 TARI GAWIL GAYA SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. oleh Plato (2000:5) Pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

Kerangka Materi, Narasi, dan Hasil Produk

I. PENDAHULUAN. mengetahui dan mempelajarinya. Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan paduan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membuat tradisi sering kali tercabut dari akar budayanya,sehingga menjadi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam bidang kesenian daerah. Hampir dapat dipastikan bahwa setiap daerah di Sumedang memiliki ragam kesenian yang berbeda dengan daerah-daerah yang lainnya. Salah satunya adalah daerah Rancakalong Kabupaten Sumedang. Di daerah ini tumbuh berbagai jenis kesenian daerah yang sangat digemari oleh masyarakatnya. Kecamatan Rancakalong memiliki panorama alam yang indah memperlihatkan kecantikan pesona alam pedesaan yang merupakan perpaduan bukit, lembah dan hamparan sawah serta udara yang masih bersih dan segar. Keaslian alamnya memperlihatkan belum terkena perubahan-perubahan yang mendasar sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Kecamatan Rancakalong termasuk daerah pegunungan yang letaknya berada di wilayah Gunung Puter atau wilayah Gunung Manglayang sebelah timur, yang mempunyai ketinggian kurang lebih 727 m di atas permukaan laut. Sebagai daerah pegunungan yang merupakan daerah pertanian subur, maka sebagian besar mayarakat berasal dari keluarga yang bermata pencaharian sebagai petani. Dalam kehidupan sehai-hari masyarakat Rancakalong masih kuat memegang teguh rasa tolong-menolong dan gotong-royong. Hal ini didasari oleh kekeluargaan,

2 mereka saling membantu satu sama lainnya baik dalam kehidupan sosial maupun pada saat mereka beraktivitas seperti bercocok tanam. Selain itu kehidupan masyarakat Rancakalong selalu melaksanakan tradisi-tradisi yang telah mendarah daging dengan jiwa mereka. Begitu juga dengan kepercayaannya terhadap roh-roh dan makhluk-makhluk halus yang mendiami tempat-tempat tertentu seperti mata air, gunung-gunung, sungai-sungai, pohon-pohon, batu-batu, dan padaringan goah. selain itu juga untuk tujuan lainnya, baik hidup bahagia, dikasihi majikan, maupun naik pangkat. Seperti disampaikan Sulastri (2001:34), bahwa: Masyarakat Rancakalong selalu melaksanakan upacara-upacara seperti nyuguh, numbal (upacara menanam kepala ayam, kambing, kebau dan sapi) juga mereka mempunyai tempat-tempat yang dikeramatkan seperti : Cisindang (mata air yang diyakini membawa kahuripan), Tanjungboma (tempat yang sering didatani orang-orang yang punya maksud negatif), Jami Akram (tempat yang dipercaya orang bisa membuat terkenal penyanyi/pesinden dan membuat anak menjadi pintar) dan masih banyak yang lainnya. Kesenian di kecamatan Rancakalong pada saat ini mengalami perkembangan pesat. Hal ini dikarenakan pemerintah setempat setiap tahun selalu mengadakan acara dengan tema Sumedang Puseur Budaya Sunda, di mana pada pelaksanaan upacara adat ini seluruh kesenian yang berada di kecamatan Rancakalong selalu dipertunjukkan di tempat yang telah disediakan. Menurut data yang tercatat di Dinas Kebudayaan Rancakalong terdapat 55 grup kesenian yang terbagi ke dalam 15 bentuk kesenian. Hal itu disampaikan olah Mamat bahwa grup kesenian yang ada di Rancakalong adalah :

3 dua puluh grup kesenian Jentreng/Tarawangsa, enam grup kesenian Kuda Renggong, lima grup kesenian beluk, lima grup kesenian Silat, empat grup kesenian Kliningan, tiga grup kesenian Jaipongan, dua grup kesenian Reak, dua grup kesenian Rengkong, dua grup kesenian Wayang Golek, dan satu masing-masing kesenian Calung, Singa Depok, Bangreng, Koromong, Rudat, dan Reog. Dari keseluruhan kesenian di atas kesenian yang sering dipertunjukkan adalah kesenian Tarawangsa. (wawancara 13 juli 2010). Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa kesenian di desa Rancakalong begitu banyak, salah satunya adalah kesenian Reak. Kesenian Reak di desa Pasir Biru kecamatan Rancakalong pada awalnya merupakan suatu sarana upacara teteba, yaitu upacara untuk mengiringi anak laki-laki turun mandi sebelum anak di khitan atau disunat. Dewasa ini kesenian Reak berfungsi sosial yaitu sebagai sarana hiburan pengiring arak-arakan (helaran) setelah selesai disunat, akan tetapi dalam pertunjukkannya masih bersifat sakral. Reak adalah suatu pertunjukkan helaran yang banyak mengandung unsur-unsur magis, karena masih dipengaruhi oleh unsur-unsur animisme, dinamisme, dan totemisme. Pertunjukan Reak merupakan kombinasi atau gabungan dari alat musik reog, dan angklung, yang kemudian berkembang dengan musik tambahan seperti kecrek, kempul, goong, kendang, dan tarompet, sedangkan lagu pengiringnya adalah lagu-lagu beluk. Properti yang digunakan adalah dua kuda lumping, empat sampai enam pecut dan bangbarongan. Kesenian reak ini sangat erat kaitannya dengan agama Islam, karena khitan adalah salah satu syarat bagi seseorang (laki-laki) yang masuk Islam. Namun, bukan berarti bahwa reak bermakna religious, tetapi kesenian ini pada dasarnya hanya untuk menghibur anak yang akan dikhitan. Dalam perkembangan fungsinya kesenian reak

4 ini tidak banyak berubah, yaitu sebagai hiburan. Selain itu kesenian reak juga sekaligus berfungsi sebagai identitas masyarakat pendukungnya yang bermakna bahwa kesenian tradisional reak merupakan salah satu unsur jati diri masyarakat Desa Pasir Biru, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Kesenian Reak pada saat ini masih eksis dan dinantikan banyak orang untuk dilihat sebagai hiburan pada acara khitanan. Keberadaan Kesenian reak Lingkung Seni Gelar Pusaka Desa Pasir Biru sangat menarik, apabila diamati dalam sebuah penelitian untuk melihat keberadaanya di masyarakat. Salah satu hal yang menarik dari keberadaan kesenian Reak Lingkung Seni Gelar Pusaka yaitu para pemain atau pelaku adalah anak-anak berumur 8 sampai 14 tahun, karena kesenian ini merupakan re generasi dari para pemain sebelumnya yang tidak lain adalah orang tua atau kakek nenek mereka. Maka berdasarkan pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sajian kesenian Reak, teknik memainkan instrumen musik pengiring pada lagu-lagu pokok di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul STRUKTUR PENYAJIAN KESENIAN REAK PADA ACARA KHITANAN OLEH LINGKUNG SENI GELAR PUSAKA DI KABUPATEN SUMEDANG.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian ini secara khusus dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana struktur pertunjukan Kesenian Reak grup Lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang pada acara khitanan dililihat dari segi non musikal? 2. Bagaimana struktur pertunjukan Kesenian Reak grup Lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang pada acara khitanan dililihat dari segi musikal? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta memperoleh data dan gambaran lengkap tentang: 1. Struktur pertunjukan Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang pada acara khitanan dililihat dari segi non musikal. 2. Struktur pertunjukan Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang pada acara khitanan dililihat dari segi musikal.

6 D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan jawaban atas permasalahan yang dikemukakan di atas dan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti, Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman langsung dalam melakukan kegiatan penelitian lapangan di masyarakat, selain itu menambah wawasan khususnya dalam mengkaji Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang dan bekal pengalaman yang paling berharga guna mempersiapkan diri di tengah masyarakat sebagai pendidikan musik. 2. Bagi Pembaca, dapat memberi motivasi untuk lebih meningkatkan kecintaan terhadap kesenian-kesenian tradisional yang ada di Jawa Barat. 3. Bagi Program Studi Seni Musik, dapat memberi masukan untuk menambah wawasan tentang kesenian tradisional di Indonesia khususnya Jawa Barat, dan juga dapat menjadi rujukan bagi para peneliti sejenis khususnya tentang Kesenian Tradisional yang ada di Jawa Barat. E. Asumsi Asumsi dalam penelitian ini adalah stuktur pertunjukan pada Kesenian Reak memiliki ciri khas tersendiri yang dapat diamati melalui struktur pertunjukan dan teknik memainkan dog-dog dan anklung yang bervariasi.

7 F. Metode Penelitian Seperti tergambarkan pada judul penelitian, bahwa penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang. Oleh karena itu, metode penelitian yang dianggap paling tepat untuk dapat menggali seluruh paparan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan suatu gejala atau peristiwa dari objek yang diteliti. G. Teknik Pengumpulan Data Keberhasilan pengumpulan data di dalam sebuah kegiatan penelitian, sangat bergantung kepada teknik yang digunakan peneliti di dalam pengumpulannya. Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan pengumpulan data tersebut, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Observasi Observasi yang diartikan sebagai sebuah kegiatan pengamatan, dalam kegiatan penelitian yang akan dilakukan ini akan digunakan untuk mengamati berbagai kegiatan yang berkaitan dengan Kesenian Reak. Dengan melakukan pengamatan ini, diharapkan peneliti akan mendapatkan sejumlah data yang akan diteliti.

8 2. Wawancara Untuk melengkapi data-data yang tidak dapat digali melalui kegiatan observasi yang akan dilakukan peneliti, maka dilengkapi dengan kegiatan wawancara. Wawancara akan dilakukan dengan beberapa tokoh Kesenian Reak. 3. Studi Dokumentasi Teknik lainnya yang diperlukan di dalam melakukan penelitian ini adalah mengenai dokumen-dokumen penting dalam bentuk audio visual dan deskripsi tertulis, khususnya mengenai kesenian Reak lingkung seni Gelar Pusaka. Dokumen-dokumen tersebut merupakan media informasi sebagai data faktual yang sangat penting untuk dikaji, selain sebagai dokumen data tambahan yang sangat bermanfaat dalam memecahkan masalah yang terdapat dalam penelitian ini. Untuk kelengkapan teknik pengumpulan data penelitian ini, semua data yang terhimpun akan didokumentasikan melalui perekam audio dan audio visual yang dimaksudkan untuk pelengkap data otentik di lapangan, hal ini akan dilakukan agar dalam pengumpulan data-data penelitian akan valid dan maksimal. 4. Studi Pustaka Melalui teknik ini, data-data penelitian dapat dilengkapi melalui berbagai referensi dan sumber pustaka, seperti: buku-buku, majalah, jurnal, artikel, skripsi, dan media cetak lainnya yang terkait dengan data penelitian yang dubutuhkan.

9 H. Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini terletak di Desa Pasir Biru Kecamatan Rancakalong Kabupaten Sumedang sedangkan subjek penelitiannya yaitu Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka. Alasan peneliti mengambil Kesenian Reak grup lingkung seni Gelar Pusaka, karena grup tersebut merupakan salah satu grup lingkung seni yang masih menampilkan kesenian Reak dan hingga kini tetap eksis. I. Langkah-langkah Penelitian Untuk membantu proses penelitian dilapangan, peneliti merumuskan dan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Pemilihan topik atau judul Dalam hal ini peneliti mencari topik atau permasalahan yang akan dikaji dan dijadikan sebagai bahan untuk penelitian. Selanjutnya penenliti memberikan anggapan sementara mengenai topik yang akan diteliti. 2. Penyusunan proposal Setelah judul atau topik disetujui langkah selanjutnya, adalah penyusunan proposal yang terdiri dari, permasalahan-permasalahan yang akan peneliti ungkap. 3. Survai Survai atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang sangat populer dalam penelitian deskriptif. (Alwasilah, 2002:151). Dalam hal ini sesudah menentukan judul dan tempat penelitian, peneliti melakukan survai yang tujuannya untuk mendapatkan informasi faktual dengan melihat kejadian, fenomena,

10 eksistensi, karakteristik dan keberadaan kesenian tradisional pada suatu kelompok reak Lingkung Seni Gelar pusaka. 4. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan mencari data-data yang akurat, baik dalam literatur, melakukan observasi maupun wawancara sesuai dengan topik atau permasalahan yang sedang dikaji. 5. Penyusunan laporan Langkah terakhir adalah penyusunan laporan kedalam bentuk skrpsi yang berisikan rincian yang berlaku, selanjutnya dipertanggung jawabkan dalam ujian sidang skripsi.